Anima Terrae

Novian
Chapter #11

Ikatan Abadi

Beberapa minggu kemudian, Arya kembali ke Indonesia, bersembunyi di hutan lebat Kalimantan. Dia sengaja memilih pulau ini, tertarik ke tempat di mana Anima Terrae pertama kali ditemukan.

Bisikan parasit itu semakin jelas sejak ledakan, bukan hanya di pikirannya, tetapi juga di darahnya, membimbingnya ke pusat asal-usulnya—sistem gua tersembunyi di dalam hutan hujan, tak tersentuh oleh waktu.

Gua itu bagaikan labirin batu yang berkilau, dindingnya dipenuhi ukiran kuno yang menceritakan kisah lebih tua dari manusia. Sosok-sosok dengan mata bercahaya dan anggota tubuh yang melebar, setengah manusia, setengah sesuatu yang lain, disembah oleh suku-suku yang telah lama terlupakan. Udara terasa berat dengan aroma tanah dan pembusukan, setiap langkah menggema dengan denyut aneh, seolah gua itu hidup.

Arya berlutut di dekat kolam cairan gelap yang berkilau di pusat gua. Itu bukan air—itu adalah zat yang sama yang dia lihat di tangki-tangki, darah kehidupan Anima Terrae. Suara parasit itu lebih nyata di sini, bukan sekadar bisikan, melainkan paduan suara, berbicara dalam bahasa yang entah bagaimana dia pahami.

"Kau adalah pilihan kami," kata suara itu, kuno dan luas, seperti rintihan gunung.

"Kau membawa kehendak kami, ingatan kami. Melaluimu, kami bangkit."

Tangan Arya gemetar saat menyentuh liontin yang masih menggantung di lehernya.

"Aku tidak meminta ini," katanya, suaranya teguh meskipun ketakutan menggerogoti batinnya.

"Aku hanya ingin menyelamatkan sahabatku. Menghentikan mereka dari menyakiti orang lain."

Lihat selengkapnya