ANJANI

Nuning Soedibjo
Chapter #4

CHAPTER 4 : PEMBURU HANTU

Tiga hari sudah berlalu. Malam itu, Ismanto sedang duduk termenung di meja makannya. Mencermati salah satu berkas dokumen yang berserakan di mejanya. Ekspresi wajahnya terlihat sangat serius. Sesekali dia melihat ponsel pintarnya, agaknya dia sedang mencocokkan sesuatu dari berkas itu dengan sejumlah data yang didapatkan dari ponselnya.

Tiba-tiba dia merasa merinding dan suara halus berbisik di telinga kanannya,

“Hm... Pemburu hantu, huh?”

Refleks Ismanto terlonjak kaget menghadapi serangan tiba-tiba. Dia dan kursinya terjatuh ke samping kiri, ke lantai.

Tangannya terasa sakit setelah menghantam lantai marmer dan dia mengaduh sambil memegang kepalanya yang sempat tergoncang keras.

“Selalu senang membuatku jantungan, heh!?”

Dia sungguh kesal mendapati sosok Anjani yang menatapnya sambil tiduran di lantai. Anjani terkikik dengan muka pucatnya, matanya yang lebar dan berkantung memandanginya dengan lekat. Belum lagi rambut hitamnya yang tergerai.

“Sialan, Anjani! Sungguh menakutkan!” gerutu Ismanto dalam hati.

Dia mengerahkan seluruh tenaganya agar dia dapat berdiri tegak lagi.

Anjani bangun dan berkata kepadanya,

“Sudah kuduga kau mempunyai suatu rahasia. Ada kasus yang menarik? Perlu bantuanku?”

Ismanto menggeleng dengan galak. Salah satu tangannya terangkat menolak tawaran bantuan dari Anjani.

Hantu wanita itu tersenyum. “Yakin? Dari tadi aku melihatmu mengerutkan alis terus-menerus. Ada sesuatu yang sangat mengganjal hatimu dari kasus yang sedang kau tangani. Aku benar tidak?”

Ismanto menghela napas dengan kesal dan berkata, “Oke, oke, oke! Kamu benar. Puas?”

Ismanto duduk lagi di kursinya, dan menatap berkas-berkas itu dengan gelisah.

Anjani yang ikut duduk, tersenyum dan bertanya lagi sambil bertopang dagu,

“Kalau begitu, mau kubantu tidak?”

Ismanto mengerling kepada Anjani. Selama bertahun-tahun dia selalu bisa menangani kasus apapun dengan sendirian dan baru kali ini dia menemukan suatu masalah.

Pikirnya dalam hati,

“Apakah memang sudah takdir aku harus bertemu dengan hantu wanita ini? Tapi mengapa?”

Ismanto menghela napas dalam sekali, masih sangat tidak puas dengan semua kemisteriusan ini.

Dia sangat tidak menyukai ide di mana dia dibuntuti terus menerus oleh hantu. Biasanya dia akan mengusir hantu yang berani mengikutinya, dan dia selalu dapat melakukannya dengan mudah. Tapi terhadap Anjani, dia tak pernah bisa. Dia tahu kemampuan Anjani sangat tinggi. Percuma jika diusir. Satu-satunya cara untuk menyingkirkan Anjani hanyalah menghadapinya dengan cerdas dan memenuhi apapun keinginan Anjani asalkan masih dalam batasan wajar.

Dia menghela napas dengan masygul dan membatin,

“Mampukah suatu saat aku akan bebas dari Anjani? Kemauannya benar-benar sangat keras di dunia fana ini.”

Dia mengusap kepalanya dengan kedua tangannya, dan turun ke mukanya dan berkata dengan tegas,

“Baiklah Anjani, aku butuh bantuanmu. Tapi aku masih belum percaya padamu. Biar kutanyakan beberapa kasus padamu dan kamu harus bisa menjawabnya sekarang juga. Aku ingin tahu kemampuanmu.”

Anjani tertawa, tukasnya, “Pemburu hantu profesional, huh? Tak suka menerima kegagalan ya?”

Ekspresi wajah Ismanto tetap datar dan katanya,

Lihat selengkapnya