ANJANI

Nuning Soedibjo
Chapter #5

CHAPTER 5 : KASUS RUMIT

“GUK! GUK! GUK!”

Suara gonggongan anjing masih saja terdengar menembus rumah-rumah sekitarnya, padahal sudah jam sebelas malam.

“Mas, itu Chiko kenapa sih yah? Sudah dari jam tujuh malam,” keluh Vera kepada Thomas.

Vera terbangun dari tidurnya yang lelap. Bertepatan dengan suaminya yang baru saja masuk ke dalam kamarnya, setelah memeriksa anjing yang ditaruh di kandang di halaman depan.

“Nggak tahu, nih. Aneh ya, tiba-tiba Chiko menggonggong tak ada hentinya.”

“Iya. Seharusnya kita tanya ke Rani. Dia lebih paham Chiko karena lebih sering bersamanya. Tapi Rani kan sudah tidur. Besok pagi saja kita ceritakan ke dia, kita tahu kan dia tidak bisa mendengar apa-apa.”

Rani adalah adik Vera. Dia selalu menggunakan penyumbat telinga setiapkali tidur, karena dia mempunyai riwayat insomnia. Bahkan tiap tidur, dia selalu memakai penutup mata, supaya dia bisa tidur lebih cepat lagi.

Kamar Rani terletak di lantai dua. Vera dan Thomas malas naik tangga, tetapi hati mereka berdua sangat gelisah karena gonggongan Chiko yang tiada henti.

“GUK! GUK! GUK!”

“Hmmm, Mas! Kamu ke depan aja deh, lihat-lihat dan periksa ada apa dengan dia. Kok aneh, menggonggong terus ya!? Sekarang kan sudah jam duabelas malam,” Vera menyuruh suaminya dengan nada kesal.

Thomas juga sama kesal dan capeknya karena Chiko baru berhenti menggonggong jam empat dinihari. Dia menunggui halaman depan rumah supaya Chiko merasa ada temannya dan berhenti menggonggong. Ternyata tidak.

Jam lima pagi, Rani bangun seperti biasa, salat subuh. Karena hari itu hari Minggu yang adalah hari libur, Rani masih ingin tidur lagi, bermalas-malasan dengan tenang. Namun tak bisa, karena Teteh membangunkannya dengan mengusap-usap kakinya.

Rani terbangun dan heran mendapati Teteh berada di kamarnya. Dikuceknya matanya yang masih mengantuk. Dicopotnya penyumbat telinganya, dan Teteh bercerita kepadanya,

“Mbak Rani, tadi saya dimarahi oleh tetangga depan. Pak Erik ngomel terus, itu anjingnya Chiko ribut melulu. Suruh taruh di belakang saja.”

Rani terheran-heran mendengar cerita dari pembantunya. Tak pernah dia mendengar Pak Erik cari perkara dengannya soal anjing.

Jam tujuh pagi kurang, Rani ke halaman depan rumahnya. Menuju ke kandang Chiko. Begitu melihat Rani, Chiko langsung menggonggong keras-keras.

Chiko berdiri bertopang pada kedua kaki belakang, sedangkan kedua kaki depannya berada di jeruji kandang, meminta keluar dari kandang.

Rani kaget melihat perubahan perilaku Chiko yang tidak biasa. Dia tahu Chiko sedang meminta tolong. Tetapi apa? Apa yang ingin dikomunikasikan oleh Chiko kepadanya?

Dilihatnya Thomas keluar dari rumah, hendak memeriksa Chiko yang menggonggong keras. Dia melihat Rani dan berkata,

“Semalam dia menggonggong terus dari jam tujuh malam sampai jam empat pagi, lho!”

Rani semakin curiga. Dia memeriksa kandang Chiko dengan teliti, tapi tak ada apa-apa. Perempuan itu juga mengecek keadaan di sekeliling kandang, tapi tak ada apa-apa. Paling beberapa tikus berkeliaran di sekitar situ karena memang ada saluran buangan yang terhubung dengan got di bawahnya.

Rani masih ingin mengamati lebih jauh, maka dia masih belum mengijinkan Chiko keluar kandang.

“Itu kenapa ya, Chiko?” Vera bertanya kepada Rani. “Tidak biasa dia menggonggong terus-menerus seperti itu. Aku bahkan sudah suruh Teteh menemani dia sebentar.”

“Nggak tahu deh. Bukannya memang sudah biasa dia menggonggong seperti ini?” sahut Rani, tak perduli.

Vera menyahut gelisah dan berusaha meyakinkan adiknya,

“Tapi beneran, sumpah! Tidak biasanya Chiko menggonggong begitu. Nadanya lain!”

Rani terdiam tetapi pikirannya sudah berkelana ke mana-mana. Dia naik ke atas, masuk ke dalam kamarnya.

Lihat selengkapnya