ANJANI

Nuning Soedibjo
Chapter #7

CHAPTER 7 : SOSOK PEREMPUAN

Rani merenung. Sudah waktunya dia menghubungi kembali temannya, Ismanto.

Jam tujuh malam, Rani menelepon kembali Ismanto melalui telepon video.

Tampak seorang laki-laki dari seberang di layar ponsel Rani, dia tersenyum dan bertanya,

“Hai Rani, bagaimana masalahmu, sudah bereskah?”

Rani menjawab dengan nada suara yang sangat dalam, pertanda sangat cemas sekali dengan masalah yang sedang dihadapi olehnya.

“Belum! Malah Chiko makin lama makin ribut. Ini sudah tiga minggu. Ini kenapa sih sebenarnya ya, Is?”

Di seberang, Ismanto berpikir sejenak. Dia memberi isyarat kepada Rani dengan telunjuknya,

Give me a moment. I must turn this phone off. Just wait for a minute.”

Rani tidak membantah perkataan Ismanto dan mengiyakannya. Ditunggunya dengan sabar.

Ismanto sedang duduk di meja makannya ketika ditelepon oleh Rani.

Dia menghampiri Anjani yang sedang duduk di sofa ruang keluarganya. Dia sudah mematikan teleponnya, untuk meminta saran dari Anjani.

Anjani baru saja menyatakan kesediaannya untuk membantu Ismanto dalam melakukan pekerjaannya sebagai pemburu hantu.

“Anjani, bisakah kamu membantuku?”

Anjani menoleh memandang Ismanto, katanya dengan dingin,

“Soal temanmu Rani?”

“Iya, coba kamu lihat ini foto rumahnya. Apakah memang ada sesuatu di sana?”

Ismanto menyerahkan ponsel pintarnya untuk dilihat oleh Anjani.

Sebagai sosok hantu yang mempunyai energi yang sangat kuat, Anjani merasakan hawa negatif yang keluar dari dalam rumah itu, meskipun hanya lewat foto. Andaikan manusia yang melihat dan sangat peka, pasti manusia itu akan merasakan sekujur badannya merinding semua.

“Ada aura negatif yang dikirim masuk ke dalam rumah itu, oleh orang depan rumahnya. Tidak tahu siapa dan yang mana, tetapi rumah itu harus segera dibersihkan dari energi negatif.”

Anjani berkata lagi,

“Tunggu, aku akan masuk ke dalam rumah itu.”

Anjani masuk ke dalam rumah itu, dan menatap Chiko yang sempat ribut melihatnya. Tetapi Chiko peka, dia tahu Anjani tidak bermaksud jahat. Anjani mendekatinya dan mengelus-elus punggungnya hingga kepalanya.

Chiko menggonggong sekali dan Anjani tahu maksud Chiko hendak minta tolong kepada dia.

“Tenang, aku akan memeriksa ke dalam rumah. Jangan khawatir, Chiko!”

Saat itu sudah jam satu dinihari, energi Anjani sudah terasa kuat sekali dari radius satu kilometer. Aura negatif yang berada di dalam rumah itu pun merasakannya dan bereaksi dengan cepat.

Kentara dia takut kepada energi Anjani yang mendominasi. Chiko belum melihat wujud aura negatif itu, tapi sudah merasakan bentrokan kedua energi tidak kasat mata itu.

Chiko menyalak ribut lagi, berjaga-jaga jika seandainya energi negatif itu keluar dari dalam rumah. Tetapi belum nampak wujudnya.

Anjani masuk ke dalam rumah dan terasa bagi Chiko, energi negatif ini agak mengkeret setelah didatangi oleh Anjani.

Anjani berjalan pelan-pelan mencermati ke dalam rumah itu.

Mulai dari ruang tamu, tidak ada apa-apa. Masuk ke dalam kamar orang tua Rani, dia mendapati sosok penjaga yang tidak kasat mata. Dia bersikap sopan dan menghaturkan sikap permisi sebagai seorang tamu kepada sosok bapak-bapak yang berwibawa itu. Anjani tahu bapak itulah yang menjaga kamar orang tua Rani tetap bersih dari energi negatif. Kentara bapak itu dari era kerajaan Jawa kuno, sebab dia memakai beskap dan blangkon.

Anjani melangkahkan kakinya ke dalam ruang keluarga. Aman, tidak ada apa-apa karena Vera senantiasa memutar murottal surah Yassin.

Anjani masuk ke dalam kamar Rani yang terletak di lantai dua. Dia merasakan ketenangan yang luar biasa, karena energi spiritual yang besar dari Rani yang rajin beribadah kepada Tuhan-Nya. Anjani sejenak merasa adem, ingin tinggal lama-lama di dalam kamar Rani tetapi tidak bisa.

Karena Anjani masih mengemban tugas dari Ismanto. Maka Anjani turun lagi ke bawah, memeriksa dapur dan kamar pembantu.

Dirasakannya sedikit energi negatif dan Anjani mencari dari manakah itu.

Dilihatnya Teteh dan Anjani tahu Teteh bukan orang baik, tetapi tidak sampai membahayakan keselamatan rumah dan majikannya.

Namun Anjani sudah merasakan jika dia sebentar lagi akan mendekati energi negatif yang langsung sembunyi ketika merasakan energi kuat dari Anjani.

Anjani melangkahkan kakinya ke tangga belakang menuju ruang jemuran ke lantai dua. Terpisah dari bangunan utama.

Lihat selengkapnya