ANJANI

Nuning Soedibjo
Chapter #11

CHAPTER 11 : RENA MENYELIDIK

Rena memicingkan mata sejenak dan mengingat-ingat. Belum pernah dia melihat Ismanto bersama laki-laki ini.

“Siapa Mas ini?” Rena menegur laki-laki ini. “Apakah Mas mengenal teman saya Ismanto?”

Laki-laki itu mengangguk pelan dan menyodorkan tangannya. “Kenalkan, nama saya Bagas.”

Rena menyalaminya. “Rena.”

Didengarnya lagi kata Bagas,

“Dulu saya sahabat dia waktu kuliah, putus kontak selama beberapa tahun. Bertemu dia dengan tidak sengaja beberapa hari lalu. Saya mau mendatangi dia, diberi alamat apartemen ini. Tapi saya tidak mengabari Ismanto, kalau mau datang bertemu dia. Mau kasih kejutan. Tapi saya haus dan lapar, mampir ke minimarket ini. Eh, saya malah tidak sengaja melihat Mbak Rena melihat foto Ismanto.”

Rena terdiam, berusaha mencerna kata-kata Bagas. Pikiran baru berkelebat di benaknya.

Bagas tersenyum culas, dia ingin tahu lebih banyak cerita tentang sahabatnya sendiri dari mulut orang lain sejak perpisahan mereka.

“Begini, Mbak Rena. Saya lihat Mbak Rena sepertinya sedang galau dan gelisah bukan main. Mungkin bisa saya traktir makan malam, siapa tahu Mbak Rena mau menceritakan apa masalahnya dan kita bisa carikan solusi bersama-sama. Bagaimana, Mbak Rena?”

Rena tidak langsung mengiyakan. Dia masih curiga dan tidak percaya terhadap seorang laki-laki yang baru saja dia kenal.

Bagas tersenyum lagi dan berkata,

“Saya selalu membawa album foto saya dengan teman-teman ke mana-mana, sebagai pengingat kenangan-kenangan yang berharga bagi saya.”

Rena menjadi tertarik hatinya.

“Sungguh? Ada foto-foto lama Mas Bagas dengan Ismanto?”

Bagas mengangguk dengan tegas.

“Bagaimana kalau kita makan malam dulu, sambil mengobrol?”

Rena mengiyakan ajakan Bagas.

Sambil menunggu makanan pesanan mereka datang, Bagas mengambil album foto dari dalam tas selempangnya.

Dia membuka halaman, mencari-cari foto dan setelah menemukannya, ditunjukkannya kepada Rena.

Rena terlihat senang sekali bisa melihat foto-foto lama Bagas dan Ismanto. Ismanto tetap hitam manis, tak berubah sama sekali. Dia akrab sekali dengan Bagas. Ada beberapa foto dia dengan beberapa temannya.

Ini adalah suatu hal yang sangat baru dan berarti bagi Rena, sebab dia menjadi tahu lebih banyak tentang masa lalu Ismanto, yang selama ini tidak pernah diceritakan banyak-banyak kepada Rena.

Bagi Bagas, dia menjadi paham apa yang terjadi pada Ismanto setelah putus kontak bertahun-tahun lalu. Dia menjadi tahu jika Bagas pernah mempunyai istri dan dua anak, namun bercerai. Bahkan belum punya pengganti baru lagi, hingga sekarang.

Dia bisa melihat Rena itu sangat menyukai Ismanto, dan juga cemburuan. Dia juga mengetahui jika Ismanto sama sekali tidak menganggap Rena sebagai seseorang yang spesial di hatinya.

Bagas pernah menjadi sahabat Ismanto, maka dia tahu jika Rena bukan tipe Ismanto sama sekali.

Tiba-tiba gerakan tangan Rena yang membolak-balik halaman album foto Bagas terhenti. Matanya terlihat sangat terkejut, ekspresi mukanya tidak bisa disembunyikan sama sekali.

Bagas melirik halaman foto mana yang baru saja dilirik oleh Rena. Dia langsung tersenyum tipis. Sengaja dia tidak langsung menegur Rena, karena dia ingin melihat seperti reaksi apa yang akan diperlihatkan oleh wanita itu ketika melihat foto yang membuatnya terperanjat.

Rena mendekatkan album foto ke matanya. Ditelitinya baik-baik. Dia gantian memandang Bagas dengan penuh tanda tanya.

Barulah Bagas menanggapi Rena,

“Ada apa, Mbak Rena?”

Rena menunjuk foto seorang perempuan rambut sebahu, dan dia cantik. Nampak dia foto berdua dengan seorang perempuan.

Bukan hanya satu foto saja yang terpampang di album itu, ada cukup banyak. Sekitar sepuluh foto dan kebanyakan Ismanto yang mendekat ke arah perempuan itu. Dari tatapan mata Ismanto yang menatap wanita itu, kentara sekali jika Ismanto sangat menyukai perempuan itu. Berbeda dengan gestur tubuh perempuan yang terlihat di foto, dia bersikap biasa saja terhadap Ismanto.

Rena mengingat-ingat, perempuan ini bukanlah mantan istri Ismanto. Siapa dia? Mengapa wajah perempuan itu terlihat sangat familier baginya? Di mana dia pernah melihatnya? Rena memeras otak lagi.

Rena menyerah. Dia memberikan album foto itu kepada Bagas, sambil menunjuk perempuan yang dipeluk oleh Ismanto dengan mesra.

“Siapa ini, mas Bagas? Mengapa aku merasa pernah melihatnya, ya?”

Rena masih berpikir dengan keras. Bagas yang melihatnya, hanya tersenyum dan menyahut,

“Itu gadis yang sangat disukai oleh Ismanto, dulu. Sebelum dia menikah. Ismanto selalu mengejar gadis ini dalam tiap kesempatan apapun. Tapi gadis ini tidak suka sama Ismanto, dia hanya mau berteman saja dengan Ismanto.”

“Namanya siapa, mas Bagas?” Rena bertanya lagi, mendesak.

“Nah!” Bagas menggeleng sambil tersenyum. “Lebih baik mbak Rena tanyakan sendiri kepada Ismanto. Gantian saya yang boleh bertanya, Mbak?”

“Apa?” Rena balik bertanya.

“Mbak Rena sangat menyukai Ismanto, ya? Saya bisa melihat dari tatapan mata mbak Rena setiapkali melihat foto-foto Ismanto di album ini.”

Rena mengangguk girang.

“Iya, saya suka sekali sama Ismanto, sejak pertama kali bekerja dengan dia di kantor.”

“Ah, jadi, mbak Rena adalah teman sekantor Ismanto. Pasti kalian berdua sudah dekat ya, sampai-sampai mbak Rena datang ke apartemennya.”

Rena mengangguk. “Kami sering bareng, baik berangkat dan pulangnya. Hanya saja....”

“Kenapa, mbak Rena?” tanya Ismanto, ikut penasaran.

Rena mengedikkan bahunya dan berkata,

“Entahlah, sudah beberapa bulan ini dia tidak pernah lagi berjalan bareng saya. Tiap saya tanya, dia secara tidak langsung bilang sudah ada wanita lain.”

Bagas yang mendengarnya, tersenyum misterius.

“Tidak tahu siapa dia, tapi kelihatannya Ismanto senang sekali terhadap perempuan ini.”

“Eh!” Rena menjerit tertahan, tangan kirinya menutup mulutnya, tangan kanannya memegang ponsel.

Rena mendadak teringat sesuatu dan Rena menunjukkan sebuah foto di ponselnya kepada Bagas,

“Apakah kira-kira Mas Bagas bisa melihat perempuan yang duduk di sebelah Ismanto?”

Bagas tersenyum dan menjawab,

“Bisalah, Mbak. Kan memang ada perempuan ini di foto. Pertanyaan Mbak Rena kok aneh-aneh saja!”

Bagas masih bersikap pura-pura tidak tahu apa-apa. Rena menatap Bagas dengan tajam, tidak percaya dengan respon lawan bicaranya.

Rena berpikir keras lagi.

“Haruskah aku bertanya lebih detail lagi kepada Mas Bagas? Aku penasaran, apakah perempuan ini masih hidup? Namanya saja bahkan tidak boleh kuketahui!”

Rena mengambil keputusan besar dengan cepat. Diraihnya ponselnya dan dia memencet panggilan telepon video ke ponsel Bagas.

Saat itu, Ismanto masih berada di depan lift, belum naik ke apartemennya. Dia melihat ponselnya yang berbunyi nyaring. Ada tulisan Rena dan dia memonyongkan bibirnya, kepalanya menggeleng malas mengangkatnya. Ditolaknya panggilan itu dan dia memasukkan ponselnya kembali lagi ke dalam saku celananya.

Rena membanting kaki dengan kesal, ekspresi mukanya pun sama.

Bagas tersenyum dan bertanya pelan,

“Barusan mbak Rena menelepon Ismanto?”

Rena merengut, menjawab dengan galak,

“Iya! Tapi dia menolakku! Aku penasaran siapa wanita baru yang berhasil merebut hatinya!”

Bagas tersenyum licik, dan mengangkat ponselnya. Dipencetnya nomor Ismanto.

Ismanto masih saja di depan lift, ketika Bagas meneleponnya.

Kening Ismanto langsung mengernyit. Dia heran, kenapa kebetulan sekali setelah Rena meneleponnya, gantian Bagas yang mengebelnya.

Lihat selengkapnya