Mobil pick-up double cabin melaju dengan kecepatan penuh, mengawal empat unit truk tangki air. Kru penjinak api itu tak terkendala karena jalanan tak terlalu padat di malam hari. Setiap kendaraan secara otomatis menyingkir dan memberi laluan pada mobil dengan sirine yang terus berbunyi kencang.
Di bawah komando Prasta, timnya dengan cekatan menemukan titik-titik api yang harus dipadamkan. Pemukiman yang lumayan padat penduduk sedikit menyulitkan. Namun, karena diatasi oleh tim terlatih dengan jam terbang yang tinggi. Tak sampai satu jam api berhasil dijinakkan. Prasta merasa sangat lega karena tak ada korban jiwa dalam kebakaran yang disebabkan oleh konsletting listrik.
Semangat Yudha Brama Jaya sungguh terpatri dalam hati masing-masing personil Kru, tak terkecuali Prasta. Nasib yang telah membawanya ke satuan itu setelah beberapa bulan wisuda sarjana. Sulitnya mendapatkan pekerjaan membuatnya iseng mengikuti seleksi di kantor Dinas Pemadam Kebakaran. Pada akhirnya, ia sangat mencintai pekerjaan mulia yang menuntunnya menjadi Aparatur Sipil Negara.
Pagi begitu cerah, Prasta begitu bahagia karena akan pulang. Semenjak Anjani mengisi hati dan hari-harinya. Hanya ada bayangan gadis itu di kepalanya, senyumnya yang menawan terus memenuhi ingatannya. Hidupnya seperti memiliki alasan untuk terus bersemangat menjalani hari-hari yang penuh tantangan. Tekadnya sudah bulat untuk mencari keluarga gadis pujaannya, Prasta akan menyunting Anjani untuk menjadi istrinya.
Pemuda itu meluncur ke sebuah Mall, menuju gerai perhiasan. Setelah memilih beberapa cincin yang direkomendasikan oleh SPG, sebuah cincin emas bermata indah di tengahnya menarik perhatian Prasta. Ia menahan senyum, teringat kemarin saat ia mengukur jari manis Anjani menggunakan seutas tali tanpa gadis itu sadari. Kotak cincin ia masukkan ke dalam saku jaketnya.
Tak butuh waktu lama untuk sampai ke rusun. Meski lalu lintas macet, dengan mengendarai sepeda motor masih bisa salib sana-sini. Rasa lelah setelah semalam menaklukkan si jago merah seolah tak terasa ketika Prasta sampai di parkiran. Ekor matanya menangkap sosok yang selalu ada dalam pikirannya.
“Anjani …!” suara Prasta lantang memanggil gadis yang sedang mengetuk-ngetukkan tongkat pemandunya mencari tangga. Gadis yang ia panggil mencari-cari arah suara. Setengah berlari Prasta menghampiri dan mengambil tongkat Anjani lalu melipatnya.
“Kamu nggak butuh ini …, sini pegang tanganku,” ucap Prasta sambil melingkarkan tangan Anjani ke lengan kirinya.
Anjani tersenyum, wajahnya menyiratkan kebahagiaan, begitu juga dengan Prasta yang dengan sabar membimbing Anjani menaiki tangga.