"Kenapa dia mengejar Kakak?" tanya Richel berjalan ke arahku.
"Aku juga tidak tahu ...." jawabku seolah tidak ada apa-apa.
"Pasti ada gara-garanya, Kak!" seru Richel menerka-nerka. "Hemmmmm ... kayaknya itu mantan Kakak, deh!"
Kulihat Richel sangat antusias sekali membahas lelaki misterius itu.
"Kamu bisa saja, lagipula aku tidak punya mantan."
"APA ...?!" kejut Richel melongo. "Kakak cantik, tapi enggak punya mantan?!"
"Memangnya ... kenapa?" tanyaku terheran.
"Ini 2020 tahu, Kak! Masa iya belum punya mantan?"
Aku membalas ucapan Richel dengan senyuman kecil. Richel kemudian memperhatikan bentuk wajahku. "Maaf, Kak!" ucap Richel, ia mengelus rambutku dengan punggung tangannya.
"Kakak cantik, kayak bidadari ..." puji Richel terkagum.
"Aku enggak cantik, tapi terima kasih sudah mau berbohong ...."
"Hehehehe, Kakak lucu!" pujinya lagi. Kali ini Richel memperhatikan kedua kelopak mataku.
Tiba-tiba Ricardo memanggil kami dengan teriakan.
"RICHEL!! AJAK ANJELICA KEBAWAH DULUUU!!!"
"Kak Ricard!" seru Richel sesaat mendengar suara yang memanggil. "Yuk, Kak!" ajaknya meraih tanganku.
"Ada apa, ya?" ucapku sambil berjalan.
"Kurang tahu, Kak. Siapa tahu penting, yaaa meskipun suka aneh-aneh." balasnya sembari berjalan menarik tanganku.
Kulihat dari atas tangga ada dua lelaki asing di sana, yang satu mengenakan kemeja dengan motif abstrak di dada dan lengannya. Dan satunya lagi mengenakan kemeja kotak-kotak dan sebuah holster yang melingkar di dadanya.
Kami menuruni anak tangga dengan rasa penasaran, terlebih aku. Karena holster yang dikenakannya memiliki lencana Rastra Sewakottama yang berwarna kuning keemasan.
Kudengar lelaki yang mengenakan holster itu berbincang dengan Ricardo.
"Itu orangnya?" tanyanya melihat ke arahku yang sedang menuruni anak tangga.