Setelah tiga hari lamanya dipenjarakan sabar dalam jeruji. Aku dibebaskan tanpa bersyarat.
Beberapa orang menyambutku hangat, mereka memberikan hadiah atas kebasaanku berupa mantel, makanan, bingkisan, dan uang.
Aku tidak menyangka sebelumnya, jika hari ini akan meriah seperti pesta parade musim panas. Tetapi kemeriahan yang lupa musim ini, tidak dapat menyembuhkan rindu yang semakin membengkak.
Sehingga, aku berhasil menyingkat waktu untuk meladeni mereka yang ingin bersalaman dan berfoto.
Di Berchules, aku bertemu dengan lembah sungai Guadalfeo, rumah-rumah putih dengan atap datar, dan jalan-jalan yang terhuyung-huyung, disesuaikan secara sempurna dengan medan yang rusak membentuk arsitektur alpujarrena yang khas.
Aku berdiri membelakangi pucak Sierra dan dikelilingi oleh petak-petak pohon kastanye yang mengikuti alur jalan setapak, saluran irigasi yang membentang, gua-gua yang berusia beratus tahun, rumah-rumah pertanian warga, dan reruntuhan yang bersembunyi di balik runput dan sungai.
Bermusim dingin di atas bukit yang berlembah sungai, menghasilkan suatu hawa sejuk setelah sekian lama menderita asma kegersangan sewaktu di penjara.
Aku menunggu kabar angin kedatangan Ricardo di sebuah bangku yang berlindung di bawah pohon kastanye. Berjam-jam kunikmati setiap lekuk alpujarrena yang menggantikan Moor pada abad ke-7 yang lalu.
Semakin lama waktu yang kutelan, semakin ia enggan keluar dari persembunyiannya. Dimanakah ia bersembunyi? Aku telah menanti hari ini akan terjadi, mengapa kau batalkan rencana pertemuan kita ?
Sedang, kini udara semakin menusuk dengan sikapnya yang dingin. Tidak toleran terhadap mantelku yang tebal.
Mengapa setelah dua hari berlalu, Ricardo tidak kunjung menyapaku di bangku ini? Menggigil sudah tubuhku usai dua hari ditimpa hujan salju, gerimis hati, dan gundah menanti angin selatan yang membawamu kemari.
Disetiap kesendirian, aku terpaku di bangku ini bersama lentingan badai dari lembah sungai Guadalfeo yang menghindariku dengan sengaja. Sedang di atas pohon ini, sepasang burung Gereja melihatku heran, dengan sengaja aku setia menjaga bangku ini untukmu.
Rik, meskipun aku harus mati kedinginan, tidak akan kuingkari janji pertemuan kita ....
Suhu rendah sungguh tidak menciutkan tekadku untuk bertemu, membekukan hatiku yang beraliran cinta. Sehingga Tuhan tahu bahwa tidak salah dia menciptakan cinta ditengah Adam dan Hawa dalam pencariannya.
Hati memanglah simetris, membagi dua perasaan antara cinta dan putus asa. Meskipun, aku putus asa setelah ditinggalkan pergi, membusuk di penjara, menangis dalam jeruji besi, dan menderita dalam kamar pesakitan, tetapi cintaku tetap mengisi satu sisi diantaranya.
"Anjelica ...."