Ankle Breaker Origin

Dhimas Ardhio
Chapter #2

[Chapter 2: Ankle Breaker]

"Okay, karena kita punya pemain baru, kita juga perlu rancang strategi baru. Apalagi jadwal semi final," Trea bergeming, mengingat sesuatu. Lalu menghitung satu per satu dengan kelima jari tangan kanannya. "Lima hari lagi. Yang artinya kesempatan latihan kita empat kali lagi," sambil jari tangan kanan berisyarat empat. "Harus siap, Alter?"

Alter pikir seharusnya Trea bertanya, Kamu siap, Alter?

"Kita sedang mengikuti BSGE. Batam Street Game Elevation," sementara Trea khususkan pandangan hanya kepada Alter, "Ada beberapa cabang street game, sih. Ya, kita hanya ngomongin basket. Kita udah berhasil melangkah sampai final grup. Jadi, berikan yang semua terbaik! Okay?"

"Okay," jawab Alter.

"Nah," Andreka menyela, sambil membuat bola berputar seimbang pada ujung jari telunjuknya. "Aku kira intro udah cukup. Ayo kita latihan. Three ex three."

"Atur!" timpal Wasik sambil membenarkan posisi sarung lengan.

"Aku, Siix, Bimo. Bactio, Ivan, Alter," Andreka tentukan.

"Enggak imbang, nih," sanggah Bactio percaya diri.

"Nraktir Baso Beranak lagi tim Mo Drage nanti," kata Ivan bersemangat.

"Trea ngapain?" tanya Alter.

"Ngambilin bola," jawab Bimo.

"Dapat gue tembakin ke loe biar enggak jomlo," balas Trea.

Tidak ada tanda khusus yang membedakan kawan dan lawan tim, maka ingatan Alter mencatan kaus putih Bactio dan Jersey biru Ivan sebagai penanda rekan latihan tandingnya. Alter menjaga Andreka pada awal pertandingan, menangani beberapa macam drive dan fake Andreka yang dilakukan tiba-tiba. Pun begitu Andreka merasa belum mendorong posesi permainannya lebih dari lima puluh persen selama dua puluh detik pertama, tidak cukup mudah melewati penjagaan dari Alter dengan gaya itu.

Namun Andreka cukup prediktif melihat celah perhatian penjaganya, membuat operan langsung melewati sebelah kiri telinga Alter. Operan tinggi yang mengarah ke rim tunggal, membuat Bimo harus beradu ketepatan waktu dan ketinggian lompat dengan Bactio, saling berlomba menggapai bola di udara.

Tidak, Bimo yang melompat lebih awal, menangkap bola secara akurat dengan kedua tangan, bukan waktu yang tepat untuk mendarat sedangkan jarak rim dengan jangkauan lengannya dekat. Meski posisi Bactio kini sebadan lebih dekat, yang siap menggagalkan aley-oop Bimo dengan block, tapi sebelah tangan Bactio tidak sebanding kekuatan dua tangan Bimo yang menyelesaikan aley-oop dengan dunk. Alter terpukau menyaksikannya, dalam hati menilainya hebat, dunk Bimo mau pun blocking Bactio.

"Ivan," seru Bactio sambil menembakkan bola ke Ivan.

Alter paham, dia harus membuat posisinya memudahkan Ivan apabila bermaksud memberinya operan, meski dijaga Wasik rasanya cukup menyusahkan. Namun Ivan pikir, penjagaan Andreka membuat posisi Bactio lebih sulit untuk menerima operan darinya. Sekali lagi melirik Alter, Ivan merasakan momentum yang tepat. Sesuai penilaian, Alter menerima operan dari Ivan cukup mudah. Kesempatan Alter untuk membuktikan bahwa dia tidak mudah mengecewakan pilihan teman-temannya. Bukan, bukan hanya Wasik. Alter tidak mengert, apa yang Andreka, Bimo dan Wasik rencanakan sehingga posisi Ivan dan Bactio terabaikan?

"Langsung menjagaku dengan triple-team seawal ini!?" pikir Alter yang belum bisa memercayai hal itu sepenuhnya. Bahkan Ivan, Bactio dan Trea juga. Namun sorot mata dari tiap lawan yang menjaganya meyakinkan hal itu sesuai dengan yang mereka rencanakan.

Seperti yang Trea saksikan dengan antusias, Alter membawa gaya bermainnya lebih lugas, sesuai dengan situasi dan tingkat tekanan yang dia rasakan saat itu. Mencoba gaya bermainnya menghadapi tiga macam pertahanan sekaligus. Sebagaimana Ivan juga Bactio perhatikan, penampilan solo yang cukup tangguh Alter bawakan. Pola langkah kaki yang fleksibel, kombinasi drive, crossover dan drible dengan berbagai tempo secara acak, bahkan mulai terkesan tidak sporty yakni di luar gerakan fundamental olahraga basket. Trea perhatikan, begitu terbiasa Alter melakukannya.

"Oh!? Jadi sebenarnya ...?" Trea bergumam, seperti menyadari suatu hal yang baru dia temukan.

Trea pikir, Wasik tidak sedang kehilangan konsenstrasi, mungkin faktor lainnya yang membuat Wasik di luar perkiraannya sendiri mengapa bisa terhuyung lalu menumbur Andreka. Karenanya Alter akan lebih mudah meloloskan diri lewat celah yang Wasik buka untuknya. Namun bukan itu yang Alter pikirkan, tampaknya dia ingin menerobos lewat penjagaan Bimo sementara Andreka sedang terganggu oleh tumbangnya Wasik. Sedikit berdampak juga hal itu kepada langkah Bimo yang sempat tersenggol lengan kanan Andreka. Bimo tidak cukup terganggu hal sekecil itu, konsentrasinya tetap diarahkan penuh untuk berusaha mematahkan daya serang Alter.

Sebagaimana Bimo sendiri merasa, melemahnya pergelangan kaki secara tiba-tiba tidak masuk dalam perhitungannya. Pergeseran keseimbangan pusat gravitasi tubuh membuat dirinya jatuh seperti Wasik dan Andreka. Alter meruntuhkan dinding pertahanan lawan sepenuhnya, dia leluasa melihat Ivan di dekat rim dan ... tidak ada yang menghalangi operan kepadanya. Namun tidak seperti yang Alter pikirkan, Ivan tidak melakukan lay-up untuk menyelesaikan giliran. Ivan mengoper ke Bactio yang ada di sisi high-post terdekat, di antara garis tepi court dengan garis zona dalam. Kini Alter paham maksudnya, tidak salah lagi, cluther-shoot Bactio berhasil membuat tiga poin.

Alter berbalik, menatap Andreka, Wasik dan Bimo yang berusaha bangkit.

"Maaf, gaes!" sesal Alter, menghampiri, "tadi beneran di luar kendali."

"Di luar kendali? What-whatation is that?" Bimo terdengar menyangkal.

Lihat selengkapnya