Anne Dan Eve

HANA PUSPARINI
Chapter #3

Eve Mendadak Sakit Keras Karena Sanguis

Seekor burung sedang bernyanyi di atap istana, Anne membuka mata. Kemudian ia memegang kursi. Namun, dia berhenti melihat sang adik yang tidur dan masih memakai selimut karena tadi malam butiran salju turun dengan lebat. Negeri sihir tempat bangsawan kerajaan penyihir putih selalu diliputi salju dan sihir.

 “Kakak, sudah bangun. Kenapa tidak siap-siap. Hari ini kakak akan mengikuti ujian praktek pembuatan obat-obat sihir, kan?” tanya Eve. Wanita itu bangun perlahan-lahan. “Kak, aku muntah darah,” lanjut Eve. Anne melihat seorang wanita yang dia cintai dan rawat sepenuh hati sedang lemas karena muntah darah akibat penyakit pusat peredaran darah yang tidak bisa memompa dengan sempurna. Tidak di sangka, Eve penyakitnya kambuh dan Anne meneteskan air mata karena tadi malam dia sakit. Penyakit kutukan setiap hari menghantui mereka berdua.

 “Aku akan mengobati kamu. Kamu harus di sini dan duduk. Jangan pergi, kondisi kamu lemah. Ini bisa membuat kita diserang penyihir hitam.”

 Anne mencoba berjalan dengan penompang raganya yang layu dan tidak bisa merasakan apa-apa. Ia mencoba meraih tongkat di meja, kemudian tongkat itu Anne arahkan ke kursi roda dan beberapa detik kemudian kursi roda itu bergerak perlahan-lahan menuju Anne.

 Anne perlahan-lahan mulai bergerak, meski tompangan raga tidak bisa digerakkan dengan pikirannya. Kemudian ia menuju ke kursi roda dengan tenaga yang masih tersisa. Setelah duduk di kursi roda, wanita itu kemudian menggerakkan kursi roda. 

 “Kakak, maaf kan diriku yang lemah. Padahal kakak sudah ada jadwal ujian,” ucap Eve dengan mata yang berair.

 “Kamu, ayah, ibu, dan aku tidak salah. Ingat semua ini ulah bangsawan penyihir putih yang berbuat curang. Mereka kerja sama dengan penyihir hitam demi meruntuhkan kerajaan ini.”

Eve masih menggenggam selimut yang berkualitas tinggi. Ia tidak bisa memandang wajah kakaknya karena masih bersalah.

 Salah seorang dayang istana berlari dengan terburu-buru, ia berjalan dengan cepat.

Kemudian menggunakan tongkat sihir untuk sampai di ruang tempat istirahat Eve dan Anne. Sementara itu, Anne sedang mencari obat untuk mengobati saudara kembar yang berhagra. Wanita itu menggerakkan kursi roda.

 “Kakak, apakah kita bisa mengalahkan musuh dalam kedaan seperti ini?” tanya Anne ragu. Anne tidak bisa menyembuhkan beberapa pasien jika sedang sakit parah. Pikirannya kacau, sedangkan tubuh dan energi sihir belum kembali normal untuk menyelamatkan penduduk yang tak lain adalah seorang sihir. Mereka sedang sakit keras karena habis membuat perdamaian antara bangsa sihir, sementara Eve yang ditugaskan untuk mengobati tentara dan kesatria sedang istirahat di kasur karena penyakit arteri kambuh.

 “Nona Eve dan Anne, bahaya. Banyak sekali yang harus saya bahas,” ucap seorang dayang di pintu. 

 “Eve, kamu di dalam saja. Aku yang menemui dayang Anita untuk berbicara sebentar.” Anne kemudian menggerakkan kursi roda dan menuju ke pintu kamar. Perempuan yang memakai baju adat Eropa itu kemudian mendekat ke pintu. Anne membuka pintu dan melihat muka dayang tercinta pucat. “Kenapa dayang seperti ini? Apakah ada hal yang mendesak?” tanya Anne.

Lihat selengkapnya