Anne of Ingleside

Mizan Publishing
Chapter #3

PERJALANAN SINGKAT KEMASA LALU

Sungguh hari yang indah … hanya untuk kita,” ujar Diana. “Tapi, aku khawatir ini hari indah yang singkat … besok mungkin hujan akan turun.”

“Jangan pikirkan itu. Kita akan mereguk keindahannya hari ini, bahkan meskipun sinar matahari menghilang esok hari. Kita akan menikmati persahabatan kita hari ini, bahkan meskipun kita akan berpisah besok. Lihat bukit-bukit panjang hijau keemasan itu … lembah-lembah biru pudar itu. Mereka adalah milik kita, Diana … aku tak peduli meskipun bukit terjauh itu terdaftar atas nama Abner Sloane … bukit itu milik kita hari ini. Rasakan embusan angin barat—aku selalu merasa bagaikan petualang saat angin barat bertiup—dan kita akan mengalami penjelajahan yang sempurna.”

Mereka memang mengalaminya. Semua tempat tua yang mereka sayangi telah dikunjungi: Kanopi Kekasih, Hutan Berhantu, Alam Membisu, Permadani Violet, Jalan Birch, dan Danau Kristal. Ada beberapa perubahan. Lingkaran kecil pohon-pohon birch muda di Alam Membisu, yang menjadi rumah bermain mereka zaman dahulu, telah tumbuh menjadi pepohonan besar; Jalan Birch, yang sudah lama tidak dipijak orang-orang, sudah dilapisi oleh tanaman pakis; Danau Kristal sudah menghilang sama sekali, hanya meninggalkan ceruk berlumut yang lembap. Namun, Permadani Violet masih ungu dengan bunga-bunga violet dan pohon apel muda yang pernah Gilbert temukan jauh di dalam hutan sudah menjadi sebatang pohon yang sangat besar, dipenuhi bunga mekar kecil yang ujungnya berwarna merah tua.

Mereka berjalan tanpa memakai topi. Rambut Anne masih berkilauan bagaikan kayu mahoni yang dipoles di bawah sinar matahari dan rambut Diana masih hitam mengilap. Mereka bertukar pandangan yang ceria dan penuh pengertian, hangat dan akrab. Kadang-kadang mereka berjalan sambil membisu … Anne selalu merasa yakin bahwa dua orang yang seakrab dirinya dan Diana bisa merasakan pikiran satu sama lain. Kadang-kadang, mereka menghiasi percakapan mereka dengan kata apakah-kau ingat. “Apakah kau ingat hari ketika kau terjatuh di kandang bebek keluarga Cobb di Jalan Tory?” … “Apakah kau ingat saat kita melompat ke atas tubuh Bibi Josephine?” … “Apakah kau ingat Klub Cerita kita?” … “Apakah kau ingat kunjungan Mrs. Morgan saat kau mengecat hidungmu menjadi merah?” … “Apakah kau ingat bagaimana kita saling memberi isyarat dari jendela kita dengan lilin?” … “Apakah kau ingat kegembiraan yang kita alami pada pernikahan Miss Lavendar dan pita biru Charlotta?” … “Apakah kau ingat Kelompok Pengembangan?” Sepertinya mereka nyaris bisa mendengar gema nada-nada riang tawa lampau mereka selama tahun-tahun lalu.

Sementara itu, Kelompok Pengembangan Desa Avonlea telah mati. Kegiatan kelompok itu segera melempem setelah pernikahan Anne.

“Mereka tidak bisa mempertahankannya, Anne. Para pemuda di Avonlea sekarang tidak seperti pemuda-pemuda pada masa kejayaan kita.”

“Jangan bicara bagaikan ‘masa kejayaan kita’ sudah berakhir, Diana. Kita baru lima belas tahun lebih tua dan masih menjadi belahan jiwa. Udara tidak selalu penuh cahaya … udara adalah cahaya. Saat ini, sayap-sayap hatiku masih mengembang.”

“Aku juga merasa seperti itu,” ujar Diana, melupakan angka tujuh puluh delapan kilogram saat ia menimbang pagi itu. “Aku sering merasa jika aku ingin sekali berubah menjadi burung sebentar saja. Sepertinya terbang terasa mengagumkan.”

Keindahan mengelilingi mereka. Nuansa warna tak terduga berkelap-kelip dalam hutan gelap nan luas dan berkilauan dengan daya pikat mereka yang misterius. Sinar matahari musim semi menyebar di antara daun-daun hijau yang masih muda. Cericit nyanyian terdengar di mana-mana. Ada ceruk-ceruk kecil tempat kita merasa bagaikan sedang mandi di dalam sebuah kolam berisi emas cair. Di setiap kelokan, harum musim semi yang segar menerpa wajah mereka … pakis-pakis rempah … cemara balsam … aroma segar ladang-ladang yang baru dibajak. Ada sebuah jalan kecil yang bagaikan dilapisi tirai pohon-pohon sakura liar … lapangan tua berumput dipenuhi pepohonan spruce kecil yang baru saja mulai tumbuh dan tampak mirip makhluk-makhluk sekecil elf yang berjongkok di antara rerumputan … anak sungai yang belum “terlalu lebar untuk dilompati” … bunga-bunga starflower di bawah pohon-pohon cemara … lapisan pakis-pakis muda yang melingkar … dan sebatang pohon birch, dengan lapisan putih kulitnya yang tercungkil, menampakkan nuansa warna kulit gelap di bawahnya. Anne menatap pohon itu sangat lama sehingga Diana bertanya-tanya. Dia tidak melihat apa yang Anne lihat … nuansa warna yang terentang dari warna putih seperti krim paling murni, berubah perlahan menjadi gradasi keemasan yang indah, warnanya semakin lama semakin gelap, sehingga lapisan terdalamnya menampakkan warna cokelat tua tergelap, bagaikan memberi tahu bahwa seluruh pohon birch, yang tampak begitu genit sekaligus dingin jika terlihat dari luar, memiliki suatu perasaan yang hangat.

“Api purba milik bumi di jantung mereka,” gumam Anne.

Dan akhirnya, setelah menyeberangi sebuah lembah kecil di hutan yang penuh dengan kubangan katak, mereka menemukan taman milik Hester Gray. Tidak banyak yang berubah. Taman itu masih sangat manis dengan bunga-bunga yang indah. Masih banyak bunga lily bulan Juni, yang Diana sebut sebagai bunga-bunga narcissus. Barisan pohon ceri telah tumbuh lebih tua tetapi dipenuhi oleh bunga mekar seputih salju. Kita masih bisa menemukan jalan setapak berpagar mawar di tengah, dan dinding tanggulnya berwarna putih oleh bunga-bunga stroberi, biru oleh bunga-bunga violet, dan hijau karena pakis-pakis yang masih sangat kecil. Mereka menyantap hidangan piknik mereka di salah satu sudut taman, duduk di beberapa batu tua berlumut, dengan sebatang tanaman lilac di belakang mereka mengibarkan panji-panji ungu berlatar matahari yang menggantung rendah. Keduanya lapar dan sangat menikmati masakan mereka yang lezat.

“Betapa nikmatnya rasa makanan di luar ruangan!” desah Diana nyaman. “Kue cokelatmu, Anne … yah, aku tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata, tapi aku harus mendapatkan resepnya. Fred pasti akan memujanya. Dia bisa makan apa saja dan tetap kurus. Aku selalu berkata aku tidak akan makan kue lagi karena aku semakin gemuk setiap tahun. Aku ketakutan kalau-kalau nanti berubah seperti Nenek Sarah … dia begitu gemuk sehingga selalu harus ditarik untuk bangkit dari duduknya. Tapi, saat aku melihat kue seperti itu—dan seperti tadi malam di resepsi—yah, mereka semua pasti akan tersinggung jika aku tidak makan.”

“Apakah kau mengalami waktu yang menyenangkan?”

“Oh, ya, meskipun tidak sepenuhnya. Tapi, aku terjebak dalam cengkeraman Henrietta, sepupu Fred … dan dia merasa sangat puas karena bisa bercerita tentang operasi yang dia alami dan sensasi saat menjalaninya, dan seberapa cepat usus buntunya bisa meledak jika dia tidak dioperasi. ‘Aku mendapatkan lima belas jahitan di sana. Oh, Diana, betapa berat siksaan yang kuderita!’ Yah, dia menikmatinya, meskipun aku tidak. Dan dia memang tersiksa, jadi mengapa dia tidak boleh merasakan kesenangan untuk membicarakannya sekarang? Jim sangat lucu—aku tak tahu apakah Mary Alice menyukai itu semua …. Yah, hanya sedikit—mungkin hanya setetes air di dalam sebuah tong berisi air, kukira—sedikit kekurangan tidak akan membuat banyak perbedaan …. Satu hal yang dia katakan … bahwa tepat pada malam sebelum pernikahannya, dia begitu takut, bagaikan merasa akan naik kereta api yang menuju ke pelabuhan. Dia bilang, seluruh mempelai lelaki merasakan seperti yang dia rasakan jika mereka jujur tentang hal itu. Menurutmu Gilbert dan Fred merasa seperti itukah, Anne?”

Lihat selengkapnya