Tok... Tok... Tok...

Rizka Dahlila
Chapter #5

Masih

Pagi ini aku bangun kesiangan. Kutatap dari balik tirai, matahari sudah muncul ke permukaan. Ah, ini pasti karena kajadian tadi malam. Aku tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Memutuskan untuk segera keluar kamar aku mendapati Surya dan Rian sudah berada di dapur. Berkutat dengan masakan. Ah iya, aku jadi ingat. Semenjak keputusan bulat yang Reno utarakan dua hari yang lalu. Kami akhirnya tidak jadi pindah dari rumah ini.

Bahkan saat Aku, Surya dan Rian. Ngotot untuk mengajaknya pindah. Reno bersikeras tidak ingin meninggalkan rumah ini. Bahkan membiarkan saja saat kami mengancam akan meninggalkannya sendiri di rumah ini.

Benar-benar bukan Reno yang kukenal.

Yah pada akhirnya. Karena rasa persahabatan kami tidak meninggalkannya. Kami berbaik hati tetap menemaninya di sini. Meski selama dua hari sebelumnya tidak pernah ada kejadian aneh seperti pertama kali kami menginjakkan kaki ke sini.

Kecuali tadi malam saat aku bermimpi buruk dan kembaran jadi-jadian Surya muncul di hadapanku. Entahlah, aku tidak bisa menjamin itu hal yang baik.

"Sudah bangun Di?" Tanya Rian sembari meletakkan satu piring berisi empat telur mata sapi. 

Aku mengangguk, kemudian celingukan. Penasaran kulemparkan pertanyaan padanya," Reno mana?"

Surya dan Rian menoleh, kemudian berpandangan.

"Dibelakang, seperti biasa," lirih Surya pada kata terakhirnya. Aku terpaku di tempat. Sejenak melihat pintu belakang yang terbuka dengan lebar. Lagi dan lagi. Pemuda itu selama berada di sini selalu bertingkah dengan aneh. Seperti saat ini, setiap pagi selalu kebelakang rumah entah melakukan apa.

"Ehm... ayo kita sarapan!" Ucapku tidak memperdulikan Reno yang sejenak mampir di pikiran. Aku melangkah ke meja makan dengan sedikit terburu. Setelah kuambil piring berisi nasi goreng beserta telur mata sapi yang disodorkan Rian. Kulirik pintu belakang kembali. 

Aku merasa seperti ada dua mata yang sedang memperhatikan gerak-gerikku. Tapi nihil, tidak ada apa-apa disana. Aku mengangkat bahu, menggelengkan kepala. Mengenyahkan segala pikiran buruk yang mengendap.

Bahkan setelah aku tahu, aku telah bertindak bodoh.

*** 

"Tidak apa-apa meninggalkannya lagi?" Tanya Rian resah.

"Bukannya dia yang minta ya?" Ucap Surya tidak peduli.

"Memang, tapi kita sudah meninggalkannya beberapa hari ini. Dan hari ini hari pertama masuk kuliah. Masa Reno tidak ikut juga?"

"Kalau begitu kamu saja yang panggil!" 

"Aku?" Tukasku tidak percaya.

Lihat selengkapnya