Annoying Healer

Harisa Maksalini
Chapter #5

#AH; 5

Suasana ruang OSIS yang sedang digunakan untuk rapat itu hening ketika si Ketua menjelaskan materi. Ia tidak menyukai suara saat rapat atau pertemuan dilaksanakan. Terlebih, jika memuat maksud yang kurang penting atau bahkan tidak ada sama sekali. Terkenal disiplin, Ia sering kali tidak menoleransi kecerobohan.

Dia duduk setelah materi yang dibawakannya habis. Kemudian memberikan kesempatan kepada para anggota OSIS yang hadir untuk menanggapi dan memberi saran.

Tepat pada peringatan hari Seni Nasional yang akan diperingati bulan depan, pengurus OSIS akan mengadakan penggalangan dana dalam bentuk Bazar Seni. Dua tujuan di dalam satu acara. Proposal telah diajukan dan mendapatkan persetujuan

Maka rapat yang diadakan pada siang hari ini, mengharuskan seluruh anggota OSIS untuk hadir dan ikut memusyawarahkan planning  penyelenggaraan kegiatan tersebut.

Yumna baru saja menjelaskan mengenai alasan penyelenggaraan, dan tujuannya. Sedikit banyak sudah Ia sampaikan namun tak menampik kemungkinan dirinya melupakan satu atau dua hal yang harus di ketahui anggota yang lainnya. Karena itu, Yumna meminta Sakti untuk menambahkan kekurangan seputar dari apa yang disampaikannya tadi.

"Bukan cuma untuk membantu dalam bentuk dana, kita juga bisa bikin mereka senang karena merasa diperhatikan. Anak-anak yatim piatu, terlebih yang masih kecil itu butuh banyak sekali perhatian." katanya.

Ah, Yumna selalu memuji Sakti dalam hati. Wakilnya memang pandai bicara dan sangat bisa diandalkan. Kata-kata cowok itu akan melengkapi apa yang disampaikan Yumna sebelumnya, seperti biasa.

Benar. Alasan utama pertama acara tersebut dilaksanakan adalah untuk menyantuni anak yatim dengan memberi bantuan dana ke panti asuhan tempat mereka tinggal. Kedua, sebagai sarana memperingati hari Seni Nasional.

"Tapi, waktu hari H nanti, apa kita cuman mau jual karya yang dibeli dari seniman di luar?, atau kita jual hasil karya siswa-siswi sekolah kita sendiri?" seorang anggota bertanya.

"Mungkin kita bisa jual buatan anak ekskul seni rupa. Selain lebih hemat dibanding kalo beli sama orang lain, kita juga sekalian nunjukin karya-karya anak sekolah kita" Johanah, Sekretaris satu OSIS mengusulkan pendapatnya.

Rika, selaku bendahara dua OSIS menyangkal, "Tapi, buatan sendiri kadang nggak bernilai jual. Walaupun niat kita bagus mau show our art, nunjukin hasil karya seni anak sekolah kita. Tapi kita harus tetap memperhatikan tujuan penyelenggaraan. Kalau gak memenuhi ekspetasi hasilnya, apalagi sampai rugi, kita dapet capeknya aja. Tujuan gak tercapai" pernyangkalan itu pun ada benarnya.

Pertanyaan demi pertanyaan terlontar. Komentar juga disampaikan. Semua anggota sudah cerdas dalam menyampaikan pendapat. Sudah terbiasa dengan situasi semacam ini hingga tidak lagi merasa kesulitan dalam beradu arguman.

Tidak jarang, Yumna atau Sakti menengahi saat suasana mulai memanas.

Ketua Osis bersama wakilnya itu juga tak kalah sibuk menanggapi sambil menuliskan poin-poin penting yang didapatkan dari diskusi.

Setelah Sakti menutup rapat yang berdurasi dua jam lebih sedikit itu, semua orang bernafas lega. Tenaga benar-benar terkuras saat beradu argumen, tapi wajah mereka tampak puas. Keputusan sudah didapat, tinggal diusulkan kepada kepala sekolah. Untuk informasi terbaru atau perubahan rencana akan dikabarkan lagi nanti.

Sakti sudah mengunci pintu ruang OSIS dan mengantongi kuncinya.

"Na, pulang bareng gue aja. Udah lumayan sore ini"

Yumna menggeleng "Enggak masalah. Saya biasa pakai angkot, Sakti"

Sakti menghela napas. "Jangan lupa waspada, Bu ketu" candanya

Lihat selengkapnya