Annoying Healer

Harisa Maksalini
Chapter #13

#AH; 13

"Jadi, lo gak pulang bareng Yumna?" 

Seraya mengangguk Morgan tetap sibuk pada permainan di laptopnya. "Dia naik angkot"

"Padahal, gue udah kaget banget pas dia nerima tangan lo macam di drakor-drakor yang suka ditonton pembokat gue. Ternyata lo cuman dijadiin alesan buat ngejauh dari Dean. Sian banget sih temen gue" bahkan setelah mengatakan itu, Ian menghirup santai coklat panas pemberian nenek Morgan. Dan mendesah nikmat setelahnya. Tidak lupa memuji nenek mengenai kepiawaiannya memanjakan lidah. 

Morgan hanya berdeham sambil lalu. Tidak tertarik menanggapi omongan Ian yang bahkan dia sendiri malu membahasnya. Mengingat itu, Morgan juga mau tak mau kembali kepada kejadian sore tadi. 

Tiba-tiba saja Yumna menghentikan langkahnya saat mereka berjalan menuju parkiran. Cewek itu juga sudah mengambil arah berbeda dari Morgan yang untungnya disadari cowok itu. 

"Lo mau kemana?. Parkirannya di sana" cegah Morgan sambil menunjuk arah parkiran yang sebenarnya. Di sebaliknya dari arah yang Yumna ambil. 

Yumna menghentikan langkah kaki. Menoleh sebentar dengan wajah tanpa ekspresi. Mengeratkan posisi tas serut dipinggungnya. "Saya pulang naik angkot" lalu pergi dengan tidak memerdulikan panggilan Morgan. 

Morgan benar-benar terheran tapi tetap berniat mengejar cewek itu untuk mengajak pulang bersama. Tapi sialnya, dari sudut mata dia menangkap sesosok cewek berpenampilan berlebihan berlari kecil ke arahnya. Langsung saja Morgan berbalik dan tergesa memasuki mobil. Memasukkan persneling dan mengemudi melewati Sinta yang memberenggut melihat jelas morgan yang tidak ingin bertemu dengannya. 

Dan saat sudah tiba di hadapan Yumna, Morgan turun dari mobil. 

"Bareng gue aja. Gue masih inget kok jalan ke rumah lo" 

Yumna menelengkan kepala dengan kerutan di dahi. "Saya menolak" katanya kemudian. 

"Sudah sore gak baik pulang sendiri. Lagian gue udah bilang mau nganterin lo. Gue orangnya pegang omongan" Morgan bukannya hanya memegang omongan. Tapi bukankah melaksanakan balas dendam harus sampai tuntas?. Maka dari itu dia harus mengantarkan Yumna pulang, kan?. 

"kamu tidak mengingkari omongan. Saya yang menolak niat baik kamu. Jadi kamu tidak bersalah. Sekarang, mending duluan saja"

Morgan bahkan tidak sempat berkata-kata lagi. Yumna sudah mencegat angkot dan segera masuk ke dalamnya. Seolah angkot itu datang memang di waktu yang tepat. Tapi tidak untuk Morgan. Cewek itu menolak ajakannya, yang diidam-idamkan cewek-cewek lain di luar sana. Benar-benar mencengangkan. 

Dan tentunya Morgan tidak menceritakan sepenuhnya kejadian itu pada Ian. Cowok yang tidur terlentang di kasurnya itu species manusia yang bermulut lancar layaknya tidak punya beban. Mungkin memang begitulah hiduonya. Berbeda dengan Morgan yang masih mengalami tekanan dari masa lalu. Andai saja bisa se-Bodoamat Ian. 

Ketukan di pintu kemudian terdengar. Nenek masuk setelahnya. Membawa serta nampan berisi dua mangkuk soto dan dua gelas berisi air jeruk dingin. Morgan meninggalkan permainannya dan berjalan cepat ke arah nenek. Mengambil alih bawaan wanita itu dan menghelanya untuk masuk. 

Ian bangun dari posisi terlentangnya. Tersenyum lebar menatap Nenek Morgan yang sedang tersenyum hangat. "Ini, tadi pak Alfi nenek suruh beliin soto. Dimakan ya, Yan. Nanti kalian berdua tidurnya jangan kemaleman loh. Besok sekolah" katanya. 

Ian bahkan sudah turun dari kasur dan menilik antusias pada mangkuk di nampan yang dipegang Morgan.

"Nenek emang debes. Boleh gak Ian jadi cucu Nenek?" 

Untung saja Morgan masih menahan beban di kedua tangannya. Jika saja tidak, sudah pasti kepala Ian akan dihadiahi toyoran keras olehnya. Apalagi mata yang berbinar dengan maksud terselubung itu. Seolah mengundang mata Morgan untuk berotasi tanpa berhenti. 

"Boleh dong. Biar Morgan ada temennya juga"

Setelah meletakkan nampan di atas meja, Morgan mendekat dan mewujudkan yang sedari tadi ingin dia lakukan. Membuat Ian terdorong duduk di kasur. 

"Morgan gak mau ya Nek, punya sodara macem dia" katanya dengan menoyor sekali lagi sisi kepala Ian.

Ian malah mencebikkan bibir dramatis. 

"Jahad kamu mas" 

Nenek terkekeh, "Sudah-sudah jangan berantem begitu. Makan gih sotonya nanti dingin gak enak. Nenek mau istirahat dulu"

Sepeninggalan nenek dari kamarnya, Morgan meninju lengan Ian keras. Dilanjutkan dengan toyoran sekali lagi sebelum duduk di kursi dan mulai menyantap soto. Meninggalkan Ian yang mengumpatinya dengan kesal. 

Lihat selengkapnya