Salah satu hal yang Morgan benci saat pertama kali siuman sejak kecelakaan adalah, atensi orang banyak.
Sebisa mungkin mencoba tidak terlihat agar tidak perlu lagi merasakan ketakutan. Ah, memuakkan sekali mengingatnya.
Seperti pada pagi hari yang cerah ini. Belum jauh ia berjalan masuk melewati gerbang, ia sudah merasa semua pasang mata tertuju padanya. Sudah akan berputar arah ketika namanya justru diserukan seseorang dari arah depan. Di sana berdiri Pak Gun yang melambaikan tangan, memintanya untuk menghampiri.
Morgan menghitung dengan jari akan pulang saja atau melanjutkan langkah masuk ke sekolah baru ini. Namun sayang, jarinya tangan kanannya hanya lima buah dan ia baru saja meletakkan pilihan sekolah di urutan pertama.
Tamatlah riwayatnya.
"Bapak kira kamu gak jadi datang, ayo sebentar lagi bel bunyi" kata Pak Gun saat Morgan tiba di hadapannya.
Siswa baru itu tersenyum canggung, mengekori Pak Gun ke ruang kelas yang seharusnya tempati untuk kurang lebih dua tahun ke depan.
Siswa-siswi SMA Berlian Jaya sama seperti pelajar pada umumnya. Sekolah yang tidak terlalu terkenal namun mempunyai fasilitas mencukupi walau beberapa darinya hanya berupa bangunan sederhana. Tidak semewah sekolah lama Morgan yang serba mewah dan lengkap.
Morgan perlu bersyukur karena ketika ia menapaki tangga menuju bangunan kelas utama, bel masuk berbunyi nyaring. Para siswa dan siswi berebut jalan menuju kelas dengan terburu-buru. Menghela napas lega, karena tak perlu lagi menerima tatapan memuja para cewek, atau sorot curiga para cowok. Setidaknya sekarang. Mengejutkan pula, Morgan pikir ia masuk ke lingkungan tidak tertib dengan pelanggaran dimana-mana. Tetapi melihat para siswa terburu-buru memasuki kelas ketika bel, pendapatnya berubah begitu saja.
Bangunan kelas utama adalah bangunan paling besar, menampung murid kelas sebelas baik IPA maupun IPS. Terdiri dari tiga lantai dengan lantai dasar sebagai tempatnya ruang laboratorium dan ruang serba guna. Lantai kedua adalah ruang kelas sebelas IPS, dan lantai ketiga sekaligus teratas adalah lantai untuk ruang kelas sebelas IPA. Masing-masing kelas terdiri dari 4 lokal baik IPA maupun IPS yang letaknya berurutan dari kelas 1 hingga 4
Puas mengamati, Morgan berhenti karena Pak Gun melakukan hal yang sama. Berbelok masuk ke salah satu ruang kelas, setelah meminta Morgan untuk menunggu di luar sebentar. Di sudut atas pintu, terdapat papan bertuliskan XI IPA-2. Dari tempatnya berdiri, ia masih bisa mendengar kata-kata Pak Gun yang mengumumkan pada siswa dan siswi di kelas yang akan dimasukinya bahwa mereka akan kedatangan teman baru pindahan dari Ibu kota. Terdengar nyaring sekali riuh di dalam sana. Tentu saja.
"Silakan masuk, Morgan"
Saat itu juga, Morgan masuk ke dalam kelas. bersamaan dengan jeritan tertahan para cewek dan kehebohan yang lain yang tidak terlalu jelas terdengar. Menyambut Morgan entah dengan suka atau duka.
Berusaha mengusung senyum, "Namaku, Alka Morgan Fahrezi. Pindahan dari SMA Cala Pelita. Salam kenal." ucapnya
"Duh, gantengnya"
"senyumnya, woy. Astaga astaga"
"mayan sekelas sama cogan"
"kira-kira duduk sama gue mau gak ya"
"ajakin kantin kuy, abis ini"
"hy ganteng"
Mendengar semua kata-kata itu, tak lantas membuatnya melunturkan senyum. Tapi heran pula, kenapa Bu guru dan dan Pak Gun membiarkan saja kelas ramai oleh suara-suara tidak jelas itu, seolah menikmati situasi ini.
apa Morgan bilang, nek!.
Batinnya tidak sengaja menggerutu
Beberapa saat setelahnya, Pak Gun berbincang sebentar dengan guru yang mengajar di kelas tersebut dan pergi setelah menepuk dua kali pundaknya.
"Nah, Alka. Selamat datang . Saya Ratna Melani, Guru Fisika sekaligus wali kelas sebelas IPA 2. Semoga betah, ya." Ucapnya yang dianggukin sopan oleh Morgan.
Bu Ratna mempersilakan Ia untuk duduk. Tepat di samping seorang siswi berkacamata setelah meminta teman sebangku gadis itu untuk pindah duduk ke kursi belakang.
****
"Hai, Aku Sinta. Mau ke kantin bareng?."
seorang cewek dengan kuncir kuda terlalu tinggi itu mengerling genit pada Morgan, dan menyalami paksa tangannya.Tepat setelah bel istirahat berbunyi dan guru yang mengajar baru saja keluar dari kelas. Di susul banyak tangan yang juga melakukan hal yang sama. Semuanya cewek.