ANOMALI AIR

Mochammad Eko Priambudi
Chapter #34

Episode 34 - Sore Bersama Kakek

Sepotong sore yang hangat membungkusku dalam nuansa tenteram. Gumpalan awan tipis bertengger manis di atas langit berhiaskan semburat jingga. Namun yang paling mengejutkan, sejuknya gemericik air terasa begitu nyata membelai mata kaki.

Aku merundukkan pandangan, mendapati kawanan ikan nila tengah asyik berkerumun di bawah sana. Warna jingganya seakan tengah membalapi gradasi warna langit saat ini.

Di pangkuanku terparkir seember pakan ikan nila, siap ditaburkan ke tengah tambak supaya kawanan itu segera enyah dari kakiku. Namun entah kenapa aku ingin mereka tetap di sana, mengisi rasa sendiri yang terasa begitu nyata dan hadir.

“Kasih makan, Gas. Kasihan.” Sebuah suara tahu-tahu membetotku keluar dari zona lamunan.

Kepalaku kontan menoleh ke samping, mendapati ada manusia lain hadir di tambak ini selain diriku. Posturnya yang jangkung, ditambah kulit keriputnya yang terbakar matahari, mengerucutkan kesadaranku hingga tercetuslah satu kata. “Kakek?”

Senyum renta itu rekah sempurna, memamerkan sederet gigi putih tertanam pada gusi abu-abu. Sorot pandangnya begitu hangat tatkala pendar matahari terpantul dari dalam sana. “Kasih makan, Gas. Kasihan ikannya.”

Aku ragu sejenak, namun kemudian kuraup buliran hijau dari dalam ember, lantas menaburkannya ke tengah tambak. Kawanan jingga itu sontak kabur, memburu makan sore mereka.

“Ini apa, Kek?” aku bertanya sembari menunjuk isi ember.

“Itu campuran daun talas sama daun singkong,” Kakek menjawab lembut. “Supaya ikannya gemuk-gemuk. Biar nanti Malam Tahun Baru bisa kita bakar sama-sama.”

“Betul, Kek? Asyik!” Perlahan semua yang ada di hadapanku mulai terasa akrab. Tempat ini. Dialog ini. Semuanya seperti pernah terjadi jauh di masa lampau. “Kalau ikan nila itu enaknya digoreng atau dibakar, Kek?”

“Enaknya diternak. Supaya makin banyak.” Kakek tertawa. Suara itu berfungsi seperti selembar selimut yang tahu-tahu meringkusku dari belakang.

Lihat selengkapnya