Perempuan itu melirik sekilas jam dinding yang menggantung tepat di atas pintu masuk klinik. Hanya tinggal lima belas menit lagi sebelum waktu praktiknya resmi usai. Sebagai dokter hewan profesional, ia betul-betul menghargai etos kerja. Salah satunya dengan tidak meninggalkan klinik sebelum betul-betul jam tutup. Ia tidak mau kejadian anjing chihuahua pekan lalu terulang lagi.
Ponselnya kembali berbunyi. Sebaris notifikasi pesan masuk terbaca sekilas oleh matanya.
Aku sudah berangkat. Sampeyan masih di klinik?
Perempuan itu bahkan tak mau hanya sekadar membalas pesan pada jam kerja. Hal tersebut tidak sesuai dengan moto kerja yang ia junjung tinggi bak umbul-umbul bendera.
Televisi layar datar di sudut ruang tunggu sengaja dibiarkan menyala supaya tempat ini tak terlampau hening. Acara musik yang sedari tadi menghiburnya, kini sudah berganti menjadi siaran berita sore. Belakangan ini tidak ada berita menarik. Kebanyakan hanyalah penangkapan gembong narkoba, atau salah satu anggota parpol tertangkap basah oleh KPK.
Namun sore ini, ada yang berbeda. Begitu nama itu disebut oleh si pembaca berita, kontan kepala si perempuan menoleh. Seakan memastikan ia tidak salah dengar. Di layar televisi, seorang lelaki berkemeja biru tengah diwawancarai awak media. Terbaca di bawahnya, sebaris kalimat yang langsung membuat ia kontan tak percaya. DR. FERDI PRATAMA BERHASIL MEMBUAT TEROBOSAN OBAT AQUAGENIC URTICARIA.