Felix bertopang dagu mengamati amplop pink di depannya itu. Mengira-ira isi di dalamnya membuat jantung Felix berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. "Duh, jadi deg-degan."
"Ekhm." Felix berdeham untuk berdamai pada suasana canggung yang dia ciptakan sendiri. Lalu mulai memindai kata demi kata dalam surat yang ia terima itu.
Halo, Lix.
Gue cuma mau mengungkapkan sesuatu yang nggak bisa gue katakan langsung di hadapan lo. Sudah lama sekali, sejak lo traktir gue soto kantin utara, bareng sama Disha, dan beberapa teman lo.
Sebuah alasan random, sebatas di traktir soto itu bikin gue punya perasaan sama lo, Lix. Gue suka lo. Maaf, gue nggak punya keberanian untuk mengatakannya langsung.