"Ca, hari ini lo ada ekskul tulis nggak?" tanya Felix masih dengan kepala diletakkan di meja.
"Nggak. Pembimbing gue ada acara keluarga," jawab Disha.
Sedetik kemudian Felix beranjak dari duduknya. "Nice! Akhirnya gue bisa keluar sama lo lagi, Ca."
"Mau kemana emangnya?"
"Ke minimarket biasa." Felix yang kebetulan tidak pernah membawa tas setiap hari jumat itu kemudian mengambil alih totebag milik Disha, menggenggam tangannya kemudian menarik Disha dengan semangat. "Sini, gue bawain tas lo. Yuk."
Macet. Sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan kenyataan betapa padatnya kota Jakarta. Apalagi saat jam pulang sekolah dan pulang kerja seperti ini. Kalau Alvian, dia tipe orang akan mengomel sepanjang perjalanan tanpa henti. Berbeda dengan Felix yang malah sibuk memamerkan kemampuan beatbox-nya ditengah kepadatan jalanan.
Disha yang merupakan satu-satunya gadis penumpang setia motor besar Felix pun ikut mengangguk menikmati irama beatbox cowok melek di depannya. Hal ini yang membuat sebagian besar siswi di sekolahnya merasa iri dengan Disha. Sudah satu kelas dengan Felix yang notabenenya masuk dalam most popular guy-julukan yang digunakan untuk para cowok famous dan paling banyak disukai siswa di sekolah mereka, ditambah lagi dengan kedekatan mereka.