"Yo wassup gengs!" sapa Disha pada Alvian dan Dhio yang kebetulan berangkat bersamaan dengannya.
"Ciaelah, kangen sama gue, Ca?" goda Alvian. "Baru beberapa hari nggak ketemu aja kayak gini, gimana besok kalau udah lulus? Kangen kayak mau meninggal pasti."
"Dih, mon maap, kagak." Disha menertawai Alvian yang wajahnya langsung berubah masam begitu mendengar jawaban darinya.
"ICAAA!" teriak Felix dari belakang. Felix meletakkan helmnya sembarangan lalu berlarian kecil sembari merentangkan tangannya seperti anak kecil yang sedang minta dipeluk. "Ica!"
Disha terkekeh pelan. Gadis itu lebih memilih untuk mengacak gemas rambut Felix daripada benar-benar memeluknya. Kalau Disha beneran memeluk Felix, tidak akan baik untuk kesehatan jantungnya yang selalu lemah jika berhadapan dengan cowok jakung itu.
"Ca, gila. Nggak ada lo di sekolah rasanya nyiksa. Pelajaran jadi berasa lamaaa banget," Felix mengadu lucu pada Disha. "Udah nggak ada temen sebangku, nggak ada yang bisa jelasin matematika lagi, huh."
"Hahaha, apasih gitu doang." Entah keajaiban dari mana, setiap Disha melihat atau hanya dengan mendengar suara Felix moodnya semakin membaik. "Nanti sore mau hunting siomay di pasar kuliner?" tawar Disha.
"Gas lah, Ca."
Baru saja mengiyakan ajakan Disha, tiba-tiba Felix teringat sesuatu. Kemarin bukannya Sheline mengajak dirinya untuk ... kencan?
"Anu, Ca ... gue lupa kalau nanti nggak bisa, duh."
"Hm? Tumben?"
"Soalnya-"
"Heiii!" suara nyaring khas Sheline bergema di koridor sampai membuat ucapan Felix terputus. Sheline menghampiri gerombolan mereka, kemudian langsung menggandeng tangan Felix tanpa permisi.