Menonton film sudah menjadi agendaku setiap weekend, bahkan setiap hari. Comedy romance adalah jenis film yang sejauh ini paling sering ku tonton. Kedua adalah thriller. Ketiga dan seterusnya sudah pasti action, fantasy, dan horror. Aku suka sekali membuat daftar tentang film yang telah ku tonton. Dari mulai yang terbaik hingga terburuk. Bukan terburuk, lebih tepatnya not my type of movies. Sebagai orang awam, mengkritik suatu hal yang bukan keahlian sah-sah saja. Namun, aku berpendapat untuk tidak melakukannya kecuali jika hal tersebut sudah keluar batas. Contohnya, karya seni yang mengandung SARA. Mulut julid ini sangat siap melontarkan kata-kata andalan.
The Garden State, film tahun 2004 karya Zach Braff akan menjadi tontonanku sekarang. Entah sudah berapa kali aku melihatnya, mungkin dua hingga lima kali. Sasha pernah bilang, “Gini nih yang bikin aku dan Dan malas banget nonton bareng kamu, kita udah lihat ini film dua kali Ann, masa nonton untuk yang ketiga kalinya sih?”. Kasian juga sih mereka, karena itu aku lebih suka nonton sendiri di kamar. Bisa santai sambil tiduran, bikin mie instan, makan sampai kenyang, yang paling penting tanpa dengar celotehan Sasha dan permintaan terus menerus Dan untuk ku masakkan indomie tiga bungkus.
“Love of my life you hurt me, you’ve broken my heart and na na na na”, lagu Queen rasanya bisa selalu membuat moodku menjadi baik. Pas juga sebagai pengiring saat aku menunggu biji jagung yang sudah sepuluh menit lalu ku masak dengan harap-harap cemas akan hasilnya.
“Halo Sha? Ini sumpah fix banget aku gagal bikin popcornnya, ini gimana sih?”, tanyaku pada Sasha yang bertanggungjawab akan kekacauan dapur kali ini.
“Lagian udah dibilangin pakai yang instan aja Ann, banyak di supermarket. Malah milih yang susah gitu, ribet tahu!”, jawab Sasha yang membuatku mengelus dada. “Kapan nih orang bilangnya, emang deh Sha paling bener”, batinku.
“Sha, bentar bentar James nge-chat nih”. Belum kelar masalah popcorn, urusan kantor datang. Yang aku harapkan hanya satu, nggak disuruh ngantor tiba-tiba.
“Saya hubungi kamu dari tadi nggak bisa, saya mau kamu ke kantor sekarang!”, benar saja dugaanku, emang nih bos terbaik deh. Nada bicaranya yang naik sukses buat aku panik dan meninggalkan huru hara biji jagung tak berharapan. Ditebak dari perintahnya barusan, akan ada masalah serius.
“Mr. Steven membatalkan kerja sama dengan YOUNIVERSE”, ucap James saat aku baru saja tiba dan ingin meletakkan tasku.
Steven Jo merupakan klien paling dikejar oleh James. Kesuksesannya di usia muda dengan perusahaan teknologi digital yang ia rintis sendiri, berhasil membawa namanya melambung tinggi. Selain karena bisnis suksesnya, Steven sendiri adalah sahabat dekat James saat masih di bangku kuliah. Sudah lama James ingin melakukan kerja sama dengan Steven. Namun, dulu itu James orangnya juga pernah insecure, ia memilih untuk menunggu hingga bisnisnya cukup layak bersanding dengan milik Steven Jo. Sudah kebayang kan, emosi James yang pasti meluap kepadaku?