Pesta besar ulang tahun Santosa Coorperation Group digelar di sebuah hotel megah. Hall utama hotel telah dikerumuni banyak tamu undangan. Dari lantai dua, Farren nampak mengamati kerumunan orang-orang dan ia mulai merasa bosan dengan pesta semacam ini, kecuali wine dan wanita. Farren mengedarkan pandangannya untuk mencari mangsa wanita yang akan ditidurinya malam ini. Sepanjang mata Farren memandang, ia mengamati sekilas deretan wanita - wanita yang hadir. Wanita-wanita parlente yang menurutnya membosankan. Sebagian dari mereka hanya peduli dengan penampilan dan bagaimana menghabiskan uang untuk belanja. Beberapa dari mereka, ada yang dibekali dengan otak cerdas. Beberapa hanya berotak tumpul. Beruntung saja mereka lahir dan dibesarkan dari kalangan keluarga konglomerat sehingga menutupi ketumpulan otaknya.
Tangan kanan Farren menggenggam segelas wine, menggoyangkannya, lalu meneguknya sedikit. Sejauh matanya memandang, Farren belum menemukan target wanita yang akan dibidiknya malam ini. Mungkin dia merasa bosan dengan wanita-wanita yang menyandang gelar pewaris perusahaan A, B, atau C. Lalu, tatapan matanya tertambat kepada Ben yang sedang berdiri di sudut hall dan dikelilingi banyak wanita. Ben - yang datang ke kehidupan keluarganya dan menghancurkan semuanya. Ben - anak dari selingkuhan papanya yang tiba-tiba menjadi raja dan rivalnya. Ben - anak yang dipungut dari kubangan, namun lama-lama menjadi parasit dalam hidup Farren. Tawa sinis Farren mengembang. Saat ini, semua mata tertuju pada Ben karena dia adalah anak kesayangan papa. Kabarnya, Ben digadang – gadang akan menjadi pewaris Santosa Coorperation Group. Anak yang terkenal santun, cerdas, penurut, berprestasi, dan membawa banyak kemajuan bagi perusahaan.