Ben kini berada di salah kamar hotel yang dia sewa untuk menginap malam ini karena dia malas untuk pulang. Dia menyewa VVIP room yang menawarkan pemandangan gedung-gedung tinggi tengah kota di lantai teratas.
Kini, Ben berendam di sebuah bathub kamar mandi dengan pemandangan lampu kelap-kelip kota yang bisa dilihat melalui kaca jendela besar di hadapannya. Pikirannya pun melayang. Untuk sesaat jantung Ben berhenti berdetak ketika mendapati Sherra yang tiba-tiba ada di tengah pesta. Dari mana datangnya dan bagaimana bisa? Sedetik pun dia tak pernah lupa akan teman masa kecilnya yang istimewa. Sorot mata yang masih merasa sedih dan kosong seperti dulu. Kenangan-kenangan indah mereka terdahulu tiba-tiba sekelebatan berputar seperti film.
Sherra dengan keadaan tangan yang hampir patah dan muka babak belur setelah dihajar ayahnya sendiri- dilarikan ke rumah sakit oleh warga sekitar. Dia ditempatkan di bangsal yang sama dengan Ben. Ben dirawat di rumah sakit karena baru terjatuh dari sepeda dan lukanya serius sehingga lukanya butuh dijahit dan harus menginap beberapa hari di rumah sakit.
Sherra yang kemudian menjadi anak tertutup dan pemurung dan hanya mau berteman dengan Ben setelah Ben memberinya permen cokelat.
Setelah Sherra sembuh, Bu Asri - pemilik Panti Asuhan berinisiatif untuk membawa Sherra ke Panti Asuhan karena Sherra tak punya siapa-siapa lagi dan tak mungkin kembali kepada ayah yang sering menyakitinya. Sejak kejadian pemukulan itu, kabarnya Ayah Sherra dipenjara.
Sherra dan Ben yang pernah tinggal dalam satu kamar bangsal rumah sakit, dan pernah tinggal dalam satu Panti Asuhan meski hanya satu minggu.
Selama itu, Sherra menghibur Ben ketika ibu yang berjanji akan menjemput Ben di kala hujan tidak pernah datang.
Mereka telah banyak berbagi kesedihan. Mereka saling mengisi sepi karena ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintai di usia anak-anak. Hari-hari yang telah mereka lewati dengan tawa di tengah keputusasaan akan masa depan.
Hingga akhirnya Ben memutuskan untuk mengejar masa depan dan tidak terjebak pada masa lalu kelamnya.
Banyak hal yang sudah dia korbankan untuk sampai pada tahap ini. Tidak mudah meraih semua kesuksesan di saat statusnya hanya anak dari selingkuhan papanya yang tiba-tiba dipungut dari kubangan. Farren yang diakuinya adalah rival yang andal. Juga obsesi Farren yang bisa kapan pun mengancam posisinya. Ben tak mau terintimidasi oleh Farren. Sekeras apa pun dia harus bertahan. Ben sudah mengatur strategi demikian rupa. Selangkah lagi, dia akan menjadi pewaris Santosa Cooperation Group. Posisi tertinggi yang sudah lama diidam-idamkannya.
Jika saja, Ben mengedepankan emosinya. Jika saja, Ben tak ingat akan mimpi-mimpi tinggi yang ingin diraihnya. Jika saja, Ben tak ingat setiap kerja keras dan pengorbanan untuk sampai pada tahap ini, maka sudah dipastikan dia akan memeluk Sherra pada saat itu juga. Betapa dia menjadi lelaki yang paling berdosa. Dengan ikrarnya, dia telah berjanji akan menjadi pelindung Sherra dan tak akan meninggalkannya. Bahkan ketika hari di mana mereka berpisah. Ikrar Ben adalah akan terus mengirimi Sherra surat dan akan selalu datang untuk menjenguknya. Namun, Ben sendiri yang telah melanggar janji-janjinya.