Another Cinderella Story

Mustika Nur Amalia
Chapter #5

PAGI YANG BERBEDA


Hujan mengguyur deras tiada henti sejak kemarin sore. Seorang gadis terperangkap ketakutan di sebuah rumah sempit berukuran 3 x 5 meter. Memojok di sudut ruangan dan beringsut kerdil. Rumah yang hanya cukup memuat satu kamar tidur dan dapur seadanya. Rumah yang ada di kawasan kampung kumuh pinggiran kota Surabaya. Lalu, datanglah sosok lelaki tinggi kurus dengan membawa botol bir di tangan kirinya. Lelaki itu berjalan sempoyongan menghampiri rumah itu. Begitu pintu terbuka, tampak anak gadis dari lelaki itu menangis ketakukan dan bibirnya gemetar memanggil nama. “Ayah……”

Lelaki itu sontak menghampiri sang gadis. “Jangan berani kamu memanggilku ayah sebelum kamu menemukan ibumu yang kabur itu. Kamu tahu kan di mana ibumu? Katakan! Di mana ibumu?” tanya lelaki itu sedikit murka.

Gadis yang berusia 7 tahun itu hanya menggeleng ketakutan dan gemetar. Dia tahu apa yang akan menimpa dirinya. Setiap hari inilah pekerjaan ayahnya. Mabuk dan pulang ke rumah mencari ibu, namun ketika sang ayah tak menemukan jawaban dari sang anak, ia murka.

Tangan kanan lelaki itu terangkat dan dilayangkannya kepada anak gadisnya. “Pembohong! Katakan di mana ibumu!”

Anak gadis terhuyung lalu menjerit keras. “Tidak tahu…tidak tahu…!” rintih sang anak. Kemudian, sang ayah tak berhenti memukul dan menendang sang anak gadis hingga tangannya nyaris patah. Hingga sang anak gadis sesak napas. Dengan sisa-sisa tenaga, sementara sang ayah mulai lelah, anak gadis itu memberanikan diri melawan. Diambilnya botol bir milik sang ayah dan dipukulkan ke tengkuk ayahnya hingga membuat ayahnya tak sadarkan diri antara mabuk dan kesakitan.

Anak gadis berhasil kabur. Dengan langkah kecilnya, dia berlari sejauh mungkin agar tidak terkejar.

Sherra membuka mata dengan napas memburu dan keringat dingin bercucuran. Mimpi itu datang lagi. Dia segera menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Begitu Sherra dapat menguasai diri, kali pertama yang dilihatnya adalah tempat yang begitu asing. Kamar megah dengan dominasi perabotan serba kaca. Ada sebuah foto besar terpampang di dinding, foto seorang lelaki parlente yang mengenakan setelan jas licin sedang tersenyum ceria. Sherra segera bangkit dari ranjang dan merasakan pusing yang sangat luar biasa. Untuk sesaat, ia mengambil jeda sambil mengingat-ingat apa yang telah terjadi semalam. Dalam ingatannya, sekelebat muncul sosok Farren yang tiba-tiba mendatanginya, menuangkan wine, mengajaknya mengobrol, hingga dia tak tahu apa yang terjadi kemudian. Matanya sempat menangkap kemeja putih tergeletak di atas ranjang. Baru disadarinya, Sherra tidak berpakaian dan hanya mengenakan tanktop tipis dan pakaian dalam, lalu ia berpikir segala kemungkinan terburuk. Apa yang telah dilakukan lelaki itu? Sengajakah lelaki itu merayunya? Memanfaatkannya ketika dia tidak sadarkan diri? Kemudian, menidurinya?

Secepatnya, Sherra bangkit dari ranjang dan mencari kamar mandi. Setibanya di kamar mandi, hal pertama yang dia temukan adalah selembar handuk terlipat lengkap dengan pakaian dalam dan gaun yang baru di atas kabinet wastafel. Di sana terdapat sticky note “Segera bersihkan dirimu, kemudian keluarlah!”

Sherra meremas stiky note itu marah. Seolah lelaki itu tidak merasa bersalah telah memanfaatkannya. Setelah ini, Sherra tidak akan membiarkan lelaki itu berbuat seenaknya. Akan dia labrak atas tingkah kurang ajarnya.

***

Lihat selengkapnya