Farren sudah menunggu kedatangan Sherra di kantornya. Di salah satu ruangan yang ada di lantai 12. Ruangan itu sengaja didesain dengan pencahayaan sempurna dikelilingi dinding-dinding kaca lebar yang langsung mengarah ke pemandangan gedung-gedung tinggi yang berhadapan dengan gedung kantornya. Saat ini Farren menjabat sebagai manajer tim kreatif yang menangani hal-hal berhubungan dengan periklanan, pemasaran, dan hal-hal promosi yang ada sangkut pautnya dengan graphic designer. Ruangannya disesuaikan dengan konsep memberi rasa nyaman untuknya menuangkan ide-ide kreatif.
Tak jauh dari meja kerja Farren, tersusun sofa panjang dan meja khusus untuk menyambut kedatangan tamu. Sudah dia sediakan dua cangkir teh hangat dan snack ringan. Tak lama kemudian, pintu kantornya diketuk dan sekretarisnya mengabarkan bahwa Sherra sudah datang. Farren segera berdiri untuk menyambutnya.
Sementara, Sherra berusaha bersikap senormal dan seprofesional mungkin. Dilihatnya Farren mengulurkan tangan untuk menyambutnya, namun Sherra hanya meliriknya sekilas dan kemudian duduk tanpa menjabatnya. Jauh dari kesan sopan.
Farren tergelak tipis lalu ia pun ikut duduk di hadapan Sherra. Diamatinya Sherra yang sedang mempersiapkan note kecil dan alat perekam suara.
“Saya hanya akan mempersingkat waktu, jadi saya akan langsung bertanya to the point!” Sherra mengawali pembicaraan yang masih jauh dari etika seseorang yang bertamu, yang seharusnya bersikap ramah dan seharusnya memancing pembicaraan dengan kalimat-kalimat pembuka yang mengalir serta memberi rasa nyaman bagi orang yang akan diwawancarai.
Farren hanya menatap Sherra dalam diam, lekat, hangat, justru sanggup membuat Sherra merinding.
“Sebelumnya, alasan saya mewawancarai Anda karena profil Anda terpilih di salah satu rubrik WOMENDREAM yang mengulas profil-profil pria sukses. Jadi, pertanyaan-pertanyaan saya nantinya hanya berputar tentang kehidupan pribadi Anda…dan bagaimana kiat sukses menurut Anda!” meski sedikit gugup, Sherra akhirnya mampu membuka percakapan yang serba canggung itu. Keadaan ini sungguh Sherra ingin mencaci. Sikap lelaki di depannya, caranya menatap, dan senyumnya. Sherra membenci semua yang ada di dalam diri Farren, entah mengapa.
Farren mengangguk dan mulai bersuara. “Baik, jadi bagimu aku merupakan sosok pria sukses yang diimpikan banyak wanita? Karena itu profilku wajib diulas di rubrik WOMENDREAM?”