Penolakan Sherra tadi siang membuat Farren terpukul. Maka, malam itu ia ingin menghabiskan harinya dengan melepas penat. Mabuk dan bermain wanita. Didatanginya salah satu club malam langganannya. Dengan statusnya sebagai tamu VVIP, dia mendapat fasilitas nomor satu. Sebuah ruangan karaoke besar dengan berbagai jenis alkohol terhidang di atas meja ditemani oleh tiga wanita yang harganya mahal. Musik karaoke berdebum menggebu memenuhi ruangan. Farren sudah menghabiskan berbotol-botol alkohol. Ketiga wanita yang kini menemaninya pun, sudah mulai menunjukkan aksi untuk merayunya. Ponsel Farren tiba-tiba saja berdering bertepatan ketika salah seorang wanita hampir saja melucuti bajunya. Dengan malas, Farren mengangkatnya.
“Hallo…” sejenak dia mengambil jeda menjauh dari wanita-wanita yang mulai menggodanya. Dikecilkannya volume musik untuk mendengarkan suara di seberang.
“Di mana? Aku mau bicara!” sahut suara di seberang membuat Farren seketika membelalak karena dia mengenali suara itu. Diamatinya layar ponselnya sesaat. Nomor itu memang belum tersimpan di kontak memori ponselnya. Tapi suara itu adalah milik Sherra.
“Sherra?” tanya Farren memastikan.
“Iya, kita selesaikan urusan kita sekarang dan setelahnya semoga kita tak pernah berurusan lagi,” seru suara di seberang ketus. Namun, entah mengapa Farren terasa tergelitik mendengarnya.
Bibir Farren tersenyum sumringah, tanpa basa-basi dikiriminya Sherra lokasinya melalui fitur Share Location di whatsapp.
“Wanita-wanitaku, malam ini aku tetap membayar kalian mahal, harga standar kalian. Tapi, aku tidak bermain malam ini karena aku punya permainan yang lebih menantang!” pamit Farren kepada wanita – wanita yang dia booking malam ini. Kemudian, ia berlalu meninggalkan ruangan begitu saja.
Farren memilih tempat eksklusif bersofa di sudut ruangan club. Tempat yang lebih terbuka dan bersekat. Menurutnya cocok untuk berbincang secara privat dan sedikit jauh dari kebisingan.
Begitu Sherra tiba di lokasi yang Farren beritahukan, ia memberanikan diri memasuki club itu. Dia hanya perlu menyebutkan tujuannya bertemu siapa kepada seseorang penjaga di pintu, orang itu pun mengantarkan Sherra ke tempat yang sudah dipesan Farren.
Kalau saja Sherra tidak ingat ceramah Pak Yanto tadi siang, dia enggan berada di tempat ini. Jadi, kamu tak tahu kesalahan fatalmu! Masa mewawancarai begini saja tidak becus? Bagaimana kerjamu! Ini bergantung masa depan perusahaan. Aku kasih waktu sampai besok, kamu harus bisa mencari informasi tentang Farren untuk diulas di rubrik ‘Profil Inspiratif’. Atau kamu pilih! Dipecat dan tidak dapat gaji bulan ini!
Ancaman itu sanggup membuat Sherra kalang kabut dan menekan harga dirinya untuk menemui Farren malam itu juga. Dia akan berpura-pura tidak ada yang terjadi tadi siang. Pernyataan Farren juga kesungguhan yang terpancar dari mata lelaki itu membuatnya merinding hingga ia tak tahu harus melakukan apa selain kabur. Imbasnya, dia tak mendapat bahan untuk artikel dan terancam dipecat. Padahal, pekerjaannya saat ini adalah sumber kehidupannya. Sherra tak boleh menyerah karena keadaan. Jika Farren mencoba mempermainkannya sekali lagi, kali ini akan Sherra balas dengan menantang lelaki itu. Akan dia tunjukkan kepada Farren bahwa Sherra bukanlah gadis lemah yang mudah terintimidasi.
“Hai, sudah datang. Silakan duduk!” sambut Farren lalu mempersilakan Sherra untuk duduk. “Mau minum alkohol? Jenis apa?” tanyanya basa-basi.
“Aku tidak minum,” jawab Sherra cepat.
Justru membuat dahi Farren berkerut. “Di pesta waktu itu kamu minum.”