Another Cinderella Story

Mustika Nur Amalia
Chapter #9

TIDAK JADI DIPECAT

Sherra memasuki kantor WOMENDREAM dengan enggan. Dia sudah siap menerima segala risiko yang akan dihadapinya. Semprotan dari Pak Yanto, kemungkinan tidak mendapat gaji, seringai sinis dari Jenny, atau bahkan mungkin kemungkinan terburuk ia akan dipecat. Sherra belum punya rencana jika hal itu terjadi.

Namun, sesampainya di kantor ada hal yang tak biasa. Tiba-tiba saja semua orang menjadi seksi serba sibuk karena kabarnya akan kedatangan tamu spesial, Farrenino Arsyad Santosa. Seorang salah satu petinggi perusahaan ternama yang tiba-tiba datang ke kantor media online yang seumur jagung dan baru saja berkembang. Kedatangan Farren artinya adalah peluang bagus bagi perusahaan media WOMENDREAM jika mau membujuk Farren untuk bekerja sama. Setidaknya, itulah yang diharapkan Pak Tirto pimpinan WOMENDREAM. Oleh karenanya, kedatangan Farrenino Arsyad Santosa harus disambut dengan baik.

Sherra yang tahu apa-apa seperti orang bodoh yang melihat kehektikan di kantor. Ia memandang orang-orang di sekelilingnya sudah mendapat tugas masing-masing.

“Kamu, dipanggil ke ruangan Pak Tirto…,” salah seorang rekan kantor Sherra menegur, Eka. “Dengan membawa kopi tentunya….” lanjutnya.

Sherra sudah menduga ini akan terjadi pada dirinya. Dia sudah menyiapkan mentalnya untuk dipecat. Dengan langkah tergesa, Sherra bergegas menuju dapur, membuatkan kopi untuk dibawa ke ruangan Pak Tirto.

Sherra mengetuk pintu dengan membawa nampan yang di atasnya terdapat dua cangkir kopi. Dari dalam, suara Pak Tirto memerintah masuk. Begitu Sherra membuka pintu, tanpa ia duga Farren sudah duduk manis di ruangan Pak Tirto dan nampaknya keduanya mengobrol sangat akrab.

Kedatangan Sherra sejenak menghentikan obrolan mereka.

Farren tanpa disangka mengembangkan senyuman hangat khasnya ketika melihat Sherra datang. Justru kini ekspresi wajah Sherra nampak terkejut. Demikian pula, Pak Tirto yang juga menyambutnya dengan senyuman.

“Sherra, silakan duduk! Ada yang mau saya bicarakan sama kamu,” Pak Tirto menyambut Sherra ramah. Hal yang janggal bagi Sherra, karena Pak Tirto yang dikenalnya adalah sosok yang tidak ramah apalagi kepada karyawan kasta bawah seperti Sherra.

Sherra segera meletakkan dua cangkir kopi di atas meja dan menuruti perintah Pak Tirto untuk duduk. Sebisa mungkin dia menjaga jarak dari Farren. Meski ia tahu Farren mengamati gerak-geriknya, Sherra berusaha sebisa mungkin menghindari mata Farren. Sejujurnya, dia masih marah atas apa yang Farren lakukan kemarin. Kalau dia punya kuasa, ingin rasanya menuntut laki-laki itu dengan tuduhan pelecehan seksual. Namun, benarkah pelecehan seksual itu murni kesalahan Farren? Bukankah ketika Farren mengecup bibirnya, jauh di dalam hati Sherra juga sedikit menikmatinya? Namun, sialnya lelaki itu tetap saja memasang ekspresi tanpa dosa seolah tak pernah melakukan apa-apa.

“Pak Farren ini, spesial datang ke sini untuk meminta maaf atas sikapnya kemarin yang menolak untuk diwawancarai karena jadwalnya terlalu sibuk,” Pak Tirto berujar kalem.

Lihat selengkapnya