Sherra berjalan lunglai keluar gedung. Tanpa tenaga. Dia hendak kembali ke kantor WOMENDREAM, namun pikirannya kosong. Bayangan Ben sebentar lagi akan bertunangan menghantuinya. Benarkah Ben benar-benar melupakan dirinya? Kenangan masa kecilnya? Bahkan lelaki itu tak mengingat namanya? Lalu, apa artinya Sherra menunggu selama ini? Dan memori otak Sherra terlempar akan kenangan di masa lalu.
Awal perkenalan kala itu ketika hujan deras mengguyur. Dalam keadaan babak belur dan tangan yang nyaris patah setelah dihajar ayahnya, Sherra kecil dilarikan ke rumah sakit oleh warga sekitar. Setelah Sherra diobati, dia ditempatkan di sebuah bangsal. Sherra kecil ketakutan kalau ayahnya akan menemukannya dan tak berhenti menangis, lalu seorang anak laki-laki yang tidur di samping ranjangnya, bangkit, dan menghampiri Sherra kecil. Anak laki-laki itu memberinya permen rasa cokelat dan berujar.
“Hai, namaku Benny. Orang-orang di sini memanggilku Ben. Aku ditinggalkan ibuku di depan pintu gerbang panti asuhan ketika berumur lima tahun. Waktu itu ketika hujan. Ibu menyuruhku menunggu. Ibu bilang akan kembali, nyatanya sampai sekarang ibu tak pernah kembali. Karenanya, aku suka menunggu di luar panti ketika hujan. Siapa tahu ibuku datang untuk menjemputku… Tapi karena selalu sering kehujanan, menunggu ibu yang tidak datang-datang, aku sakit...” cerita anak laki-laki itu sedih namun dia tegar. “Ini adalah permen yang ibuku berikan ketika meninggalkanku. Ini untukmu!”
Sherra kecil mulai berhenti menangis, lalu ia menerima permen pemberian Ben. “Namaku Sherra….aku hanya ingin selamat. Aku membenci ayahku, aku tidak mau bertemu ayahku!” seru Sherra dengan air mata berlinangan. Dia trauma akan kenangan-kenangan menyakitkan bersama ayahnya. Dia membenci ayahnya yang bahkan tega hampir membunuhnya.
Ben semakin mendekat, kemudian mengusap air mata Sherra. “Mulai sekarang, jangan menangis lagi! Aku tidak pernah menangis lagi sejak ibuku pergi. Karena ibu melarangku menangis. Ibu bilang jika aku menangis, ibu tak akan datang menjemputku. Jangan takut. Aku di sini akan menjadi superman yang melindungimu dari kejahatan ayahmu!”
Perlahan, bibir Sherra membentuk senyuman. Itulah janji seorang anak laki-laki kecil yang akan melindungi Sherra. Sejak hari itu Sherra bermimpi di usia yang masih sangat kecil, bahwa jikalau nanti dia harus menikah, dia ingin menikah dengan Ben. Sherra telah menemukan cinta pertamanya. Superman-nya yang akan melindunginya.
Sherra kembali terlempar ke masa kini dan kesunyian kembali menyergapnya. Mimpi seorang anak kecil yang bodoh. Lalu, Sherra mengenang kembali hari-hari penuh sepi setelah Ben pergi dari Panti Asuhan karena pahlawannya telah ditemukan oleh ayahnya.
Senja kini tak pernah lagi sama. Senja yang tadinya indah kala dia menghabiskan waktu untuk bermain-main bersama Ben, kini menjadi senja yang terasa sepi menyiksa. Maka di kala senja ketika Sherra beranjak remaja, ia selalu menghabiskan waktunya untuk menulis surat kepada Ben yang tidak pernah dibalas. Mungkin itulah cara untuk mengobati rindu.
Ben sedang apa kamu? Bagaimana kabarmu? Apakah kamu merindu seperti halnya aku? Kamu tahu? Aku penyuka senja. Senja mengajariku satu hal bahwa setidaknya hari ini berakhir dengan indah. Aku selalu menantikan hari esok, siapa tahu mungkin itu adalah hari pertemuan kita. Siapa tahu aku bertemu denganmu di persimpangan jalan, atau di tempat-tempat yang dulu kita sering bermain…