Sesaat setelah keluar ruangan Santosa, Farren tertegun karena melihat beberapa wajah baru dan salah satunya adalah Sherra.
Sherra pun tak kalah terkejutnya melihat pipi Farren tergores sesuatu dan keluar ruangan dengan ekspresi amarah tertahan, bahkan nampak kacau.
“Begini Pak, saya ingin memperkenalkan pegawai Management Trainee baru yang sudah diterima perusahaan kepada Pak Santosa, rencananya mereka-mereka ini akan menjalani pelatihan selama enam bulan sebelum akhirnya diterima perusahaan. Saya sudah membuat janji, tetapi sepertinya situasi tidak memungkinkan,” Ratna, salah satu pegawai di bidang pemasaran menjelaskan kepada Farren. Dia juga sempat mendengar keributan kecil di dalam ruangan Pak Santosa barusan.
“Kembalilah setelah makan siang! Mood direktur sedang tidak bagus!” pesan Farren singkat, kemudian berlalu. Sorot matanya sekilas mengamati Sherra, namun ia memutuskan seolah-olah tak mengenali Sherra. Dia malu dilihat dalam keadaan kacau seperti ini.
“Apa dia Farrenino, salah satu kandidat pewaris perusahaan?” tanya salah seorang karyawan baru.
“Lebih cakep aslinya ya daripada di iklan-iklan dan majalah.”
“Marah saja berkharisma.”
“Katanya dia lajang, lho.”
“The most wanted person.”
“Aku sempat melihatnya saat wawancara perekrutan.”
Bisik-bisik karyawan baru mulai terdengar sampai akhirnya Ratna menghentikan mereka. “Shhhhhtttt, jaga bicara kalian!”
Seketika semuanya terdiam.
***
Ketika jam makan siang, Sherra mengamati sekeliling di luar ruangan Farren. Memastikan bahwa setiap pegawai meninggalkan meja kerja mereka untuk makan siang di kantin. Sejujurnya, Sherra merasa berhutang budi kepada Farren karena ketika Sherra sakit, Farren lah yang merawatnya. Dan ketika Sherra menyaksikan keadaan Farren yang kacau seperti tadi siang, ada keinginan kuat untuk memeriksa keadaan Farren. Namun, sebelum memasuki ruangan Farren, dipastikannya tak ada orang yang melihatnya memasuki ruangan petinggi perusahaan supaya tidak menimbulkan gosip yang tidak-tidak. Dia memberanikan diri mengetuk ruangan Farren.
“Ya masuk!” Farren mempersilakan. Begitu pintu terbuka, ia terkejut Sherra mendatanginya. “Wow, ada angin apa ini?”
“Punya kotak P3K?” tanya Sherra tanpa basa basi.
Farren memicingkan mata. “Kamu sempat mendengar keributan kecil tadi?” tanyanya memastikan.
Sherra mengangguk tipis.
Farren beranjak dari duduknya, mengambil kotak P3K di sudut lemari dan mengajak Sherra duduk di sofa.