Ben lembur malam ini. Dia hanya memutar-mutar kursi kerja di ruangannya. Pencahayaan di ruangan itu ia buat temaram karena dia membutuhkan suasana tenang. Banyak pikiran yang mengganggunya terutama ketika tanpa sengaja dia melihat sosok Sherra berkeliaran di sekitar kantor. Beberapa hari yang lalu dia mendengar kabar Sherra dirawat di rumah sakit. Lalu, sekarang sudah berkeliaran di sekitar kantornya. Untuk menjawab segala keingintahuannya, Ben menyuruh orang kepercayaannya untuk menyelidiki Sherra. Apa yang dilakukannya hingga bisa punya akses berkeliaran di kantor. Dan hasil yang didapatkannya sungguh mencengangkan.
Kini, Ben mengamati foto-foto kiriman dari orang suruhannya tentang keseharian Sherra. Dari foto itu, seolah bisa menjawab semua rasa penasaran Ben. Menurut hasil laporan, kini Ben tahu kalau hubungan Sherra dengan Farren semakin dekat. Hal itu terbukti dari salah satu foto ketika Farren memeluk Sherra. Entah mengapa, Ben merasa ada yang terbakar di dalam ketika melihat foto itu.
Ben mengusap layar tabletnya untuk melihat foto selanjutnya. Ada salah satu foto Sherra yang sedang berbelanja di gerai ternama salah satu mall. Brand gerai yang tak mungkin Sherra jangkau tanpa koneksi, dan sudah dipastikan Farren-lah yang memberikan akses kepada Sherra. Terutama Sherra terdaftar sebagai karyawan baru “Management Trainee” di bawah departemen Farren. Jika dipikir memakai logika, Sherra bukanlah lulusan fresh graduate yang biasa dicari untuk posisi “Management Trainee”. Sherra berada di usia yang seharusnya ada di mid-carrier dalam bidangnya. Tidak mudah beralih profesi dari “content writer” kemudian menjadi “Management Trainee” di perusahaan multinasional yang biasa merekrut karyawan-karyawan fresh graduate, selain akses yang diberikan orang dalam. Dan sudah dipastikan orang itu adalah Farren. Farren yang memberikan semua kemudahan untuk Sherra. Fasilitas yang seharusnya juga mampu Ben berikan.
Ben mengusap kedua mukanya dengan telapak tangan dan memijat keningnya yang mulai berdenyut pusing. Apa rencana Farren? Apa juga yang diinginkan Sherra? Jalan logika Ben berpikir, jika melihat Ben akan membuat Sherra terluka, lalu mengapa wanita itu justru memilih bekerja di perusahaan yang sama dengannya? Yang artinya kesempatan bertemu dengannya akan semakin besar. Ben yakin bahwa Sherra tak setegar itu mampu menguasai diri jika dia berpapasan dengan Ben tanpa sengaja. Ekspresi ketika wawancara tempo hari jelas terlihat. Kalaupun memang yang Sherra butuhkan adalah pekerjaan, Farren punya banyak akses ke berbagai cabang perusahaan. Tak sulit bagi Farren untuk mempromosikan Sherra di cabang perusahaan Santosa Group yang lain, asal bukan kantor pusat.
Atau Farren ingin menjadikan Sherra selalu dekat dengannya? Karena Sherra bekerja di bawah divisinya. Tapi, Farren tak semudah itu gegabah. Yang Farren inginkan adalah menjauhkan Sherra sejauh-jauhnya dari Ben, atau kalau perlu membuat Sherra tak lagi punya akses bertemu dengan Ben. Tapi mengapa Farren justru mempekerjakan Sherra di kantor pusat? Yang artinya kesempatan Ben untuk bertemu Sherra akan semakin sering.
Sempat Ben mengabaikan perasaannya yang berkecamuk, sempat ia membuang segala bentuk perasaan melankolis. Tapi kini, saat dia sedang menyendiri, perih itu menyapa. Andai Sherra tahu ini juga sama sulitnya. Di tengah Ben bergulat dengan batin, ponsel Ben berdering. Nama Tania tertera di layar telepon. Ben tak ingin diusik, maka dia biarkan ponsel itu terus berdering tanpa ada keinginan mengangkatnya.
Ternyata berpura-pura melupakanmu, tak semudah yang aku kira Sherra...matamu masih sama seperti dulu. Ekspresi merindukan seseorang yang akan membuat sepinya jiwamu terisi. Ketika bersedih, ekspresimu pun masih sama seperti dulu. Ingin menangis tersedu, namun kamu harus berlagak tegar karena tak ada seorang pun yang bisa kamu andalkan. Dan, ketika kamu terbaring lemah di rumah sakit, mengingatkanku pada masa di mana kamu dilarikan ke rumah sakit dengan ekspresi putus asa sehingga membuatku ingin menghiburmu, memelukmu, melindungimu, dan menghapus air matamu.
Di pesta kala itu, jantungku nyaris terhenti dan aku kehilangan kata-kata karena meskipun sekian waktu telah berlalu, dan kini dirimu menjelma wanita dewasa yang cantik, aku masih mengenalimu sebagai anak kecil yang merintih, meringkuk ketakutan karena dihantui mimpi-mimpi buruk, dan menangis sepanjang malam.
Ben memejamkan kedua matanya, menyesali kebodohannya yang bersikap seolah tak mengenali Sherra. Kecamuk dalam hatinya kian mendesak.