Akhir pekan ini adalah deadline Sherra memberi jawaban kepada Farren apakah dia mau menjadi wanitanya atau tidak. Yang artinya, hubungan mereka ditandai dengan diperkenalkannya Sherra secara resmi kepada anggota keluarga Farren. Farren akan menjemputnya pukul tiga sore. Sekarang masih jam satu. Sherra masih punya waktu setidaknya dua jam untuk bersiap-siap.
Sebelum bersiap-siap, Sherra berselancar di dunia maya instagram untuk mencari referensi padu padan gaun yang cocok juga mencari referensi make up mimimalis namun terkesan glamor. Yang akan Sherra hadapi bukanlah keluarga sembarangan. Melainkan salah satu keluarga konglomerat di Indonesia, pendiri sekaligus pemilik Santosa Coorperation Group. Jadi, Sherra harus berpenampilan yang pantas.
Sempat terjadi pergulatan batin dalam diri Sherra. Di satu sisi dia merasa menjadi seorang wanita yang jahat. Memanfaatkan Farren untuk punya kesempatan mengetuk hati Ben dan berniat mengembalikan memori Ben akan kenangan mereka yang telah dilupakan. Di sisi yang lain pula, Sherra tak mampu menolak kehadiran Farren karena lelaki itu seperti punya sisi misterius. Seseorang yang memiliki segalanya, namun batinnya hampa. Juga, sikap lelaki itu yang selalu ada untuk Sherra di masa-masa sulit, melayangkan angan Sherra. Barangkali Farren memang dikirim kepadanya seperti lotere. Rezeki yang tak terduga seperti datang dari langit.
Sherra mengembuskan napas panjang untuk memantapkan niat. Apapun yang terjadi nanti, terjadilah. Sherra tak punya pilihan lain selain maju. Mundur pun percuma, karena Sherra sudah melangkah sejauh ini.
Pilihan Sherra jatuh pada gaun brokat berwarna salem. Berlengan panjang. Panjang gaunnya di bawah lutut berbentuk rok sepan yang mampu membentuk lekuk tubuh Sherra dengan sempurna. Terlebih, gaun itu adalah hasil rancangan desainer ternama limited edition. Sherra mengurai rambut sebahunya dan sedikit di-curly bagian ujungnya. Tak lupa mengoles make-up minimalis dan mengenakan lipstik warna merah ke-oranyean untuk memberi penekanan pada bibir Sherra yang bentuknya bagus. Sebelum menemui Farren di depan gedung apartemen, dia memastikannya penampilannya sekali lagi. Kini dia telah menjelma menjadi wanita elegan berkelas. Tak lupa dia mengenakan high heels 7 cm dan clutch yang didapatnya juga dari brand ternama.
Farren bersandar di sisi pintu kemudi mobilnya sambil memandang sekeliling, mencari-cari sosok Sherra. Lima belas menit sudah dia menunggu, dan sejujurnya Farren benci menunggu. Dia belum pernah melakukan hal-hal bodoh seperti ini kepada wanita, selain Sherra. Wanita itu pengecualian.
Ketika mata Farren menyapu sekeliling, seketika dia dibuat terpana oleh sosok yang menarik perhatiannya dari kejauhan. Dan sudah dipastikan itu adalah Sherra. Sherra yang dikenalnya selalu nampak lesu, tak bertenaga akibat patah hati. Juga kerasnya hidup yang menimpa Sherra menjadikan Sherra sosok cuek yang bahkan mungkin tak punya waktu untuk merawat diri apalagi memanjakan diri sendiri. Kini, wanita itu berjalan dengan anggunnya mendekati Farren. Sherra telah menjelma menjadi sosok elegan berkelas. Hingga membuat Farren tak mampu berkedip dan hanya menganga saking takjubnya. Terutama ketika Farren melihat bibir Sherra yang dihiasi lipstik dengan warna menggoda. Bibir yang tak mampu Farren jangkau dengan mudah meski di luar sana banyak wanita yang bahkan mengambil inisiatif duluan demi mendapatkan ciuman Farren.
“Apakah ini sesuai standar keluargamu?” tanya Sherra membangunkan lamunan Farren.
Farren tergeragap dan mengangguk lemah. “Oh… cepat masuk!” perintahnya sambil berjalan ke pintu sisi lain mobil untuk membukakan pintu.
Sherra bergegas memasuki mobil. Dan mobil itu pun melaju ke sebuah rumah yang terletak di pinggiran kota Surabaya. Komplek mansion elit tempat Crazy Rich Surabaya berkumpul.