Another Cinderella Story

Mustika Nur Amalia
Chapter #26

KESEDIHAN YANG TAK TERUNGKAP

Sherra memeriksa ponselnya berkali-kali, memastikan bahwa ponselnya masih bekerja dengan baik dan sinyalnya tidak sedang error karena seharian ini dia tidak mendengar kabar dari Farren. Biasanya jam delapanan Farren akan memastikan bahwa Sherra sudah makan malam. Bahkan tadi Farren tumben tidak mengajaknya pulang bersama.

Apa mungkin gosip hubungannya sudah mulai tercium oleh karyawan kantor, sehingga untuk menjaga wibawa dan profesionalitas, Farren sengaja menghindarinya di kantor? Sherra tertegun sesaat, kenapa dia malah terganggu dengan ketiadaan Farren? Bukankah harusnya dia senang karena Farren tak lagi mengusiknya?

Sherra benci menunggu pesan masuk yang tak kunjung ada, maka dia melempar ponselnya dan menguburnya di bawah bantal. Mengapa aku mulai mengharapkan Farren? Harusnya aku tidak boleh dan tidak seharusnya aku memikirkan Farren!

Malam itu, entah mengapa Sherra gelisah dari tidurnya dan tidak bisa benar-benar tidur. Tiba-tiba saja bel apartemennya berbunyi. Sherra kontan terperanjat dan melihat waktu sudah menunjukkan tengah malam. Siapa juga tamu yang datang tengah malam begini?

Sherra menunggu, mungkin ia salah dengar atau bermimpi, tapi kali ini bel berbunyi lagi. Ia pun bergegas membukakan pintu. Begitu pintu terbuka, yang didapatinya adalah Farren yang menatapnya dengan tatapan pilu. “Boleh aku menginap di sini malam ini?” pintanya memelas.

Sherra terpana karena belum pernah melihat wajah tampan Farren sesendu itu.

Dengan gerak cepat, Farren menarik tubuh Sherra dan mendekapnya ke dalam pelukan. “Katakan padaku kata-kata apa saja yang menenangkan!” bisiknya lemah.

Sherra terkejut sesaat namun tak kuasa berontak. Tubuhnya mendadak kaku. Samar-samar dia mencium bau alkohol. “Kamu minum?”

Farren tak menjawab, selain hanya mata yang memejam lelah. “Biarkan seperti ini, sebentar saja,” bisiknya parau sambil mengeratkan pelukannya. Di sela kedua matanya yang memejam, ia menitikkan air mata yang dari tadi tertahan.

“Katakan apa saja…!” pinta Farren kembali lirih.

Dari pelukan Farren, Sherra mampu merasakan bahwa lelaki itu sedang tidak baik-baik saja. Entah masalah apa yang sedang dihadapinya, tapi kesedihan itu jelas nyata. Dari cara Farren yang butuh dukungan. Dari caranya memeluk Sherra yang seolah membutuhkan tempat untuk berkeluh kesah. Kemudian, kedua tangan Sherra dengan ragu tergerak untuk mengelus punggung Farren. Menenangkannya.

Lihat selengkapnya