Hari Minggu kali ini Sherra menghabiskan waktunya untuk bersih-bersih apartemen. Karena kesibukannya dia tidak sempat membersihkan apartemen secara keseluruhan. Tiba-tiba dering ponselnya berbunyi. Dengan semangat diraihnya ponselnya yang tergeletak di meja makan seolah menunggu telepon dari seseorang. Meski ia tahu Farren jarang menghubunginya dan memberi kabar karena dia masih siaga menunggu mamanya di rumah sakit. Begitu melihat nomor ponsel tak dikenal, Sherra sedikit kecewa dibuatnya.
“Hallo…,” jawab Sherra.
“Sherra, aku Tania. Mau nemenin aku fitting baju tunangan?” tanya Tania tanpa basa-basi.
Sherra kontan terbelalak. “Tania?” Tunangan Ben itu? dirinya nyaris saja memekik. Untung saja Sherra bisa mengontrol diri sendiri.
“Maaf mendadak. Tapi Ben hari ini tidak bisa nemenin. Aku nggak punya temen dekat yang bisa kumintai tolong. Lagipula, kita kan sebentar lagi akan menjadi ipar. Jadi, boleh minta tolong nemenin aku?” cerocos Tania ceria tanpa dosa. Namun, ada sirat paksaan di dalamnya.
Sherra terdiam sesaat dan menelan ludah. Kenapa aku selalu ada dalam posisi serba rumit.
“Gimana Sher? Aku tunggu ya… Sebentar lagi aku share loc tempatnya,” Tania mendesak.
“Ok, aku akan segera ke sana,” jawab Sherra tanpa pikir panjang. Dan entah kenapa pula dia tak punya kuasa menolak.
***
Sherra menuju sebuah butik mewah yang ada di kompleks ruko elit tengah kota sesuai dengan lokasi yang dibagikan oleh Tania. Begitu memasuki butik itu rasanya silau karena berbagai macam gaun pengantin dipajang di etalase-etalase dengan kaca-kaca besar tinggi menjulang. Begitu Sherra memasuki ruangan, ia disambut oleh seorang karyawan yang berusia dua puluhan.
“Selamat Siang, Bu. Sudah ada janji dengan desainer kami?” tanya karyawan itu ramah.
“Saya ada janji dengan Bu Tania di sini,” Sherra menjelaskan maksudnya.