30 menit lamanya mereka berkendara menjauhi pusat kota. Zayn tidak tahu mau kemana. Dia hanya membawa mobil berjalan menjauhi pusat kota. Menuju perumahan. Selama perjalanan, jalanan begitu lengang dan sepi. Sangat jarang terjadi di kota mereka yang sangat ramai dan maju tersebut.
Beberapa toko dan bangunan sudah hancur. Pusat kota terasa kota mati. Hanya ada beberapa mayat hidup yang berjalan gontai dengan tampilan mereka yang mengerikan. Tidak ada mahluk hidup lainnya.
“Zayn, kurasa kita harus kerumahku. Aku mencemaskan keluargaku. Dan aku merasa disana pasti aman.”
“Baiklah. Kita kesana.”
Audy tinggal di perumahan residen yang cukup jauh dari pusat kota. 45 menit perjalanan.
Tak lama, mereka sudah berada di daerah perumahan tempat tinggal Audy. Namun, saat mereka hendak masuk perumahan, segerombolan mayat hidup menutup jalan tersebut. Puluhan berkumpul disana.
“Apakah aku tidak salah lihat? Mereka banyak sekali!” Audy shock mengatakannya.
“Berarti wabah ini sudah tersebar hingga perumahan masyarakat. Jangan khawatir. Sepertinya pintu gerbang perumahan masih tertutup. Mayat hidup itu pasti berasal dari warga sekitar perumahan. Kita putar balik. Dan lewat gerbang belakang perumahan. Semoga disana tidak ada mayat hidup.” Zayn menjawab.
Saat tiba di pintu gerbang belakang perumahan, para mayat hidup memang tidak ada. Namun, pintu gerbang perumahan terbuka. Hal itu, membuat Audy meremas bahu Zayn ketakutan.
“It’s oke, selama keluargamu menutup pintu, mereka tidak akan masuk. Dan gerbang belakang ini, cukup jauh dari rumahmu. Mereka pasti belum sempat menjangkau kesana.” Zayn menenangkan. Audy pun mengangguk setuju berusaha tenang.
Zayn menyetir mobil masuk dengan kecepatan sedang. Namun, baru beberapa meter, mereka terhenti akan gerombolan mayat hidup didepan sebuah rumah. Mayat hidup itu belum menyadari kehadiran mereka yang hanya beberapa meter dekatnya. Mereka terlalu terfokus ke arah rumah. Dan terlihat sangat agresif.
“Zayn, lihat!” pekik Audy menunjuk kearah lantai dua rumah tersebut.
Disana, dijendela lantai dua, terdapat manusia yang masih hidup. Seorang Pria memegang sapu dan berusaha memukul para mayat hidup yang sudah hampir berhasil memanjat. Sementara dibelakang Pria itu, ada seorang wanita yang ketakutan memegang baju Pria itu sambil mengendong bayi kecil. Dan ada seorang balita di sampingnya yang menangis.
“Kita harus menolong mereka.” Seru Zayn.
“Tapi bagaimana caranya?” Tanya Audy.
Zayn terdiam beberapa menit memikirkan cara. Sambil melihat sekeliling. Seakan telah menemukan ide, dia menatap Audy sambil memegang kedua bahu Audy dan berkata, “aku akan menyelamatkan mereka. Tapi, kamu harus berani, oke?”
Meski wajah Audy ketakutan, dia tetap mengangguk.
“Kamu akan membunyikan klakson dan aku akan keluar dari mobil. Saat fokus mereka ada pada mobil, aku akan bersembunyi dibelakang mobil. Kamu jalankan mobil ini dengan klakson yang berbunyi. Aku akan memanjat pagar dinding rumah ini, kemudian menyelamatkan mereka. Kamu terus menyetir mobil ini, sampai masuk belokan sana..” jelas Zayn kemudian menunjuk belokan sebelah kanan mereka.
“Terus menyetir dengan membunyikan klakson, lalu, setelah belokan Itu, disana ada belokan sebelah kiri yang lurus tembus ke sana..” sambung Zayn kemudian menunjuk lorong yang beberapa meter dari belakang mereka.
“Kamu bertahun tinggal diperumahan ini, kamu pasti sangat tahu tentang jalanan sini. Lorong mana yang akan tembus kemana. Aku yang 5 tahun bersama kamu saja aku tahu, jadi kamu harus lebih tahu dari aku. Ini hanya inisiatif. Semisalnya, dibalik lorong depan dan belakang ada mayat hidup yang menghalangi, maka, carilah jalan lain. Aku tahu kamu pasti bisa, Audy.”
“Misalnya tidak ada jalan lain, yang ada hanya segerombolan mayat hidup, bagaimana?” wajah Audy sangat ketakutan mengatakannya.
“Maka, tetaplah dimobil. Aku akan datang menyelamatkanmu.” Jawab Zayn.
“Baiklah kalau begitu. Please, Zayn. Jangan tinggalkan aku.”
“Aku sudah berjanji, Audy. Aku takkan mengingkarinya.”