Another Me

JeanNia
Chapter #2

Pemain Pengganti

KRINGGG–– KRINGGG–– KRINGGG––

Bel istirahat berbunyi. Tidak seperti biasanya, begitu bel istirahat berbunyi, semua murid SMAN 606 berhamburan keluar, berlomba-lomba menuju ke kantin. Alasannya? Tentu saja karena hari ini adalah hari yang spesial. Hari yang hanya terjadi sebulan sekali di SMAN 606.

Dalam sekejap mata, lorong kelas yang biasanya lengang dan sepi, langsung dipadati oleh ratusan murid yang kelaparan. Semua murid yang sedang dalam perjalanannya menuju kantin meneriaki hal yang sama, seakan telah dicuci otak. Tidak terkecuali Nada.

“WOI!!! JANGAN HALANGIN JALAN GUE!!! STEAK MURMER KANTIN!!!” Nada tidak ragu untuk mendorong mereka yang menghalanginya bersatu dengan makanan kantin nomor satu SMAN 606. Yap, makanan itu adalah steak. Simpel memang, tapi steak rasa bintang lima harga kaki lima, siapa yang mau menolak?

Nada sendiri yang masih terjebak di lautan manusia–atau bisa dibilang lautan murid–berjuang dengan penuh pengorbanan untuk melewatinya.

TAKDIR GUE SAMA STEAK KANTIN. KALI INI HARUS DAPET. HARUS. GA MAU TAU.

Sebelum Nada sempat mendorong seorang cewek kuncir dua yang menghalangi jalannya, tiba-tiba, terdengar sebuah teriakan yang mencuri perhatian massa. Seorang cowok bertubuh jangkung naik ke meja kantin, memberi pengumuman kepada semut-semut manusia yang berdesakan satu sama lain.

“WOI!!! STEAK KANTIN DAH ABIS! SOLD OUT! BUBAR KALIAN! BUBAR!!!”

Awalnya, pengumuman tersebut berhasil membungkam mereka yang tadinya berusaha menuju kantin. Lorong yang tadinya berisik seperti mau konser, seketika menjadi sehening kuburan.

Tapi, dalam sekejap mata, keheningan itu langsung berubah menjadi kekecewaan. Raut wajah mereka suram, tidak puas dengan apa yang baru saja mereka dengar. Suara sorakan terdengar memenuhi lorong, rasanya lorong kelas menjadi tempat demo singkat para murid. Di saat yang sama pengumuman tadi adalah satu-satunya kata kunci yang dapat membubarkan kerumunan pecinta steak kantin. Satu-persatu, mereka meninggalkan kerumunan dan kembali ke kelas mereka masing-masing.

Saat lorong kelas mulai sepi, Nada–yang masih tidak percaya dengan fakta bahwa ia gagal mendapatkan jatah steak kantin bulan ini–hanya bisa berdiri terdiam.

Apa? Gue gagal lagi bulan ini? Steak gue...

Sebelum Nada sempat tenggelam dalam kekecewaannya lebih dalam lagi, Nada merasa tubuhnya didorong dari belakang.

“DOR!”

Nada membalikkan tubuhnya dan menemukan seorang anak cowok dengan tinggi kurang lebih 183 cm. Rambut ikalnya hitam legam, iris matanya berwarna coklat tua, sebuah pemandangan yang sangat familiar di mata Nada.

“Ga kaget tau. Suara langkah kaki lo udah kayak gajah.” Nada membalas cetus kelakuan Ardhias terhadapnya. Ekspresi datar terpahat jelas di wajahnya.

“Yaelah, ga seru lo. Jadi, gagal lagi bulan ini?” Ardhias tiba-tiba memutuskan untuk mendaratkan tangannya di pundak Nada.

“Ugh, ga usah memperparah mood gue lagi,” ujar Nada kesal sambil menepis tangan Ardhias.

“Lol, oke sorry sorry, hahaha. Jangan galak-galak dong sama temen masa kecil lo satu ini. Masih ada bulan depan kok.” wajah Ardhias yang cengar-cengir tanpa dosa itu berbeda 180 derajat dengan wajah Nada yang masih cemberut karena bad mood.

Ni orang bahagia amat dah, udah kayak menari-nari di atas penderitaan gue.

Ardhias hanya menatap wajah Nada tanpa mengatakan apapun selama beberapa saat, seperti sedang melakukan analisis terhadap Nada.

“Entar pulang bareng yok, mampir ke tempat gue dulu ya. See ya!” Ardhias mengacak-ngacak rambut Nada sebelum ia buru-buru pergi untuk meladeni Berto–sahabat Ardhias–yang tiba-tiba muncul, tertawa cekikikan dari jauh.

Jadi ni orang nyamperin cuma buat ngetawain terus pergi gitu aja. Oke, ga nyebelin sama sekali.

Begitu, Ardhias hilang dari pandangan, Nada kembali mendengar teriakan lainnya. Kali ini, teriakan tersebut berasal dari seorang cewek.

Lihat selengkapnya