Isak tangis Eca tak tertahan saat ia sedang berada di taksi online. Ia masih ingat dengan jelas saat jantungnya berdebar kencang ketika ia melihat dengan mata kepalanya sendiri kekasihnya sedang berselingkuh dengan pelayan Cafe miliknya, di ruang kerja.
Saat itu, Eca bergegas menuju Cafe yang merupakan hasil dari kerja sama ia dan kekasihnya, Felix, untuk mengambil dompet yang tertinggal di ruang kerja sang kekasih saat istirahat siang dari kantor tempatnya kerja.
Eca sudah menelepon Felix, namun tidak ada jawaban. Dia hanya berfikir mungkin kekasihnya itu sedang sibuk atau istirahat karena Cafe cukup ramai hari itu.
Beberapa karyawan menyapa Eca ramah, semuanya berada di meja kasir.
"Mba Eca ada keperluan apa?" tanya kasir, yang bernama Nita.
Eca terhenti sejenak, merasa aneh karena tidak biasanya dia ditanyai seperti itu di Cafe miliknya sendiri.
"Pak Felix ada di dalam, 'kan?" ujar Eca diiringi senyumnya.
"Sepertinya Pak Felix sedang istirahat, Mba. Ruangannya dikunci," imbuh Nita.
Eca hanya senyum, sama sekali tidak menghiraukan kalimat Nita karena dia membutuhkan dompetnya segera.
Namun diluar dugaan Eca, rupanya kekasihnya sedang beristirahat dengan melakukan hal yang membuat Eca kehilangan akal sehat. Eca mendapati Felix sedang bermain-main dengan Rena, di atas meja di ruang kerjanya.
Samar Eca mendengar namanya disebut sebagai 'partner bisnis' terbaik.
Eca berteriak nyaring hingga terdengar hingga bagian depan, membuat sebagian pengunjung terkejut.
Kekacauan yang tak tertahan membuat Eca menampar kekasihnya dan mencengkeram leher karyawannya hingga wanita itu mendelik hampir kehabisan napasnya.
Tidak ada yang berani melerai, karyawan lain hanya memastikan kalau kegaduhan itu tidak mengganggu kenyamanan pelanggan dengan menyalakan lagu yang sedang hits.
Bukan memberikan penjelasan yang menenangkan, Felix justru memarahi Eca karena dianggap melanggar privasinya. Felix juga marah karena Eca hampir membunuh wanita yang sedang bersamanya.
Kalimat kotor terlontar dari mulut Eca berkali-kali. Hingga dia pergi setelah kembali menampar Felix dengan sisa kekuatannya.
Seluruh tubuh Eca gemetar, napasnya naik turun, mendadak dia merasa sakit dan memutuskan untuk tidak kembali ke kantor.
***
Taksi online berhenti tepat di depan kelab kecil di sudut kota. Sebelum memutuskan untuk turun dan masuk, Eca menarik napas panjang lalu menyeka sisa air mata yang masih membasahi sudut matanya.
"Terimakasih, Pak." Dia turun dari mobil.