The Other Sides: Next World

Bima Kagumi
Chapter #6

Langkah Baru bagian dua

Jiro hanya melirik kiri dan kanan mewaspadai pepohonan. Meski itu terbilang cukup jauh dan hal-hal semacam itu tidak akan membuatnya mati, Jiro tetap waspada dan melihat sekelilingnya. Jiro bermaksud memahami keadaan dan mencari jawaban dari pertanyaannya.

“Pertempuran? Sepertinya ini akan sesuai harapan.”

Gempa tidak berlangsung lama dan Jiro akhirnya bisa berdiri tanpa gangguan. Pemuda itu tidak ingin lari. Dia menatap ke kejauhan melihat fenomena tersebut sambil menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia tahu apa yang bisa dilakukan Elvriesh dan sejak awal Jiro sudah siap dengan masalah yang akan datang.

Terdengar raugan keras di balik asap itu. Suara tersebut terdengar kecil karena jarak tetapi, cukup untuk membuat Jiro lebih bersiaga. “Elvriesh, siapkan pelindung!” perintahnya.

Jiro berusaha menenangkan dirinya dengan membuat antisipasi, tetapi usahanya tidaklah instan. Dia tetap tampak waswas dan bertanya-tanya tentang apa yang ada di balik fenomena tersebut.

Oui, Master.”

Elvriesh sudah berdiri di samping kanan bayangan Jiro. Dia hanya sedikit membungkuk untuk membalas perintah Jiro dan tidak ada hal-hal lain yang terjadi. Yang dilakukannya hanyalah memajukan ubun-ubun kepala ke depan dengan rasa hormat mendalam dan menariknya kembali.

Jiro menyipitkan matanya yang sudah sipit. Dia berusaha mengambil informasi untuk menjawab pertanyaan yang ada di dalam pikirannya. “Seberapa berbahayanya? Seberapa besar kesempatan yang dimilikinya untuk kabur? Apakah dirinya bisa menyelamatkan gadis itu?” Namun, pada akhirnya, Jiro hanya diam dan tak sanggup memberi tanggapan terhadap fenomena tersebut. Fenomena yang ada di hadapannya tidak ada dalam rincian yang dibuatnya. Artinya, hal itu adalah bentuk dari permintaan yang tidak terduga atau hiasan berlebihan.

Sesuatu yang ada di balik asap tersebut seperti bergerak-gerak. Kepulan asap terusik oleh sesuatu yang berjatuhan. Itu adalah pepohonan yang hangus. Asap-asap itu bergerak seperti tersingkirkan dan dari waktu ke waktu asap itu memudar. Lalu, apa yang ada di dalam asap bergerak meluncur terus meninggi dan semakin besar. Cahaya merah dari api yang berkobar semakin kuat mengalahkan cahaya jingga matahari. Tanah dan pepohonan berjatuhan seperti pasir lalu bentuk besar itu ke bawah dan akibatnya asap bertambah. Untuk sementara, sesuatu yang ada di balik asap itu kembali tidak diketahui.

Ketika Cahaya itu berhenti bergerak, tidak memakan waktu cukup lama, keadaan mulai tidak alami. Dari sudut pandang miliknya, Jiro melihat api dan asap bergerak seperti ada yang menariknya ke satu titik. Lalu tampaklah, apa yang ada dibalik fenomena tersebut. Itu adalah 100% reptil raksasa bersayap.

Jiro tersentak dan kedua kakinya tanpa sadar melangkah mundur menunjukkan tanda dari ketakutannya. “Dragon? Kok, bisa? Dia makan apa sampai sebesar itu?” ucapnya tidak percaya.

Dragon adalah salah satu permintaan yang disertai rincian panjang. Jiro menulis ukuran dragon sebesar sepuluh kali tubuh manusia. Namun, yang ada di hadapannya ribuan kali lebih besar. Bentangan sayapnya mencapai panjang 28 kali lapangan sepak bola, tubuhnya sudah seperti gunung, manusia sudah seperti kutu dan pepohonan seperti rumput. Semua ciri fisik kecuali ukurannya telah sesuai dengan permintaan Jiro. Walau ukurannya sebesar itu, keberadaannya tidak dapat dirasakan. Mereka adalah alam itu sendiri. Namun, untuk kaum Drakiana seperti Laish dapat merasakannya dalam kondisi tertentu.

Dragon adalah reptil rakasasa yang memiliki sisik lebih keras daripada berlian dan mampu menyemburkan napas ber-elemen. Moncongnya merupakan seringai yang terbentuk dari gigi-gigi taring yang menujukan bahwa dia pemakan daging. Satu atau lebih tanduk yang tumbuh memiliki tekstur yang sama dengan domba tetapi, lebih keras daripada sisiknya. Sepasang sayapnya merupakan lengan atau sebut saja kaki depan. Ekornya berfungsi sebagai penyeimbang ketika terbang atau berdiri. Itulah yang tampak pada pandangan Jiro.

“Aku tidak meminta yang sebesar itu. Apa yang terjadi dengan dunia ini. Ini terlalu jauh,” pikirnya.

Jiro tidak menyangka permintaanya akan menjadi seperti itu. Dia sekarang diselimuti rasa takut tetapi, bukan karena reptil raksasa yang ada di hadapannya, melainkan takut pada perwujudan dari permintaan yang lain akan seperti apa.

“Menurutmu seberapa kuat dia?” tanya Jiro kepada Elvriesh tanpa mengalihkan pandangannya.

“Dia memiliki total kekuatan sebesar 20 kali dari gadis itu, Master,” jawabnya tanpa ekspresi dengan nada formal.

Pada awalnya Jiro tidak berniat untuk lari. Meski itu sudah tampak menakutkan, dia tetap tidak ingin lari. Dia tahu semua kemampuannya. Namun, setelah mendengar tingkat kekuatannya Jiro mengalihkan pandangannya ke arah Elvriesh dan menunjukkan ekspresi ketidakpercayaannya. Keinginannya untuk kabur menjadi yang terkuat.

“Huh? K-kau...” ucap Jiro terpatah-patah. Dia berbicara sambil mengalihkan pandangan antara dragon dan Elvriesh. Dia enggan memercayainya. Lalu, Jiro menyulitkan matanya lagi. “Hm”, bunyi itu keluar dari mulutnya yang tertutup. Dia menemukan seseorang yang tengah bertarung melawan makhluk tersebut. Namun, makhluk itu berhasil menggagalkan serangannya dengan mengibaskan satu sayap. Itu Laish, dia terhempas dan pepohonan terbang ke udara sedangkan tanah menjadi seperti tepung. Area di sana menjadi terlalu panas saat Laish terhempas.

“Elvriesh kita mundur. Di mana pun tempatnya...” katanya terhenti.

Angin yang sangat kuat yang berasal dari kepakan sayap dragon telah sampai di tempat Jiro berdiri. Jiro lupa caranya bernapas akibat keterkejutannya. Dia lebih memilih mengatup mulutnya sendiri dan meletakkan tangan-tangan di depan wajahnya guna mengantisipasi benda-benda yang terbang ke arahnya. Tubuhnya seperti terdorong arus air yang kuat. Pijakan kakinya bergeser satu meter ke belakang sedangkan siapa yang ada di belakanyanya bergerak menjauh seperti magnet.

Jiro menyadari tindakan Elvriesh yang berlindung di belakangnya dari aura miliknya yang bergerak menjauh. Itu adalah hal wajar yang dilakukan oleh seorang wanita. Lelaki itu memakluminya, tatapi dia sudah menerima perintah. Ingin sekali Jiro menuntutnya. Namun, dia tidak diberi kesempatan untuk menarik napas. Detik selanjutnya, sebuah dinding dengan nyala kemerahan bercampur ungu dan biru datang seperti ombak. Dalam sekejap, musim berganti. Badai salju menutupi jarak pandang. Apa yang telah terjadi? Jiro sama sekali tidak mengetahuinya. Dia tidak mengerti, pakaiannya telah mengabaikan dingin berlebih.

Pemuda itu memutar pandangannya ke segala arah untuk mengingat apa yang baru saja terjadi. Sejauh matanya memandang hanya ada butiran putih yang beterbangan. Sekujur tubuhnya dipenuhi partikel-partikel putih. Pijakan kakinya pun terasa berbeda dari sebelumnya. Daratan yang dia pijak terasa begitu keras dan mengilap. Jiro berkesimpulan bahwa dirinya secara tidak sengaja telah ikut berpindah ke suatu tempat yang jauh atau dia telah diusir paksa supaya tidak terlibat pertarungan. Namun, kesimpulannya segera berubah. Jiro menyadari bahwa partikel-partikel putih tersebut bukanlah salju, melainkan abunya abu hasil dari pembakaran.

“Lalu apa yang kuinjak ini?” pikir Jiro.

Jiro mengamati dengan jeli, tetapi dia tidak bisa mengambil semuanya. Suara menggelegar dari kejauhan menghentikan dirinya. Suara tersebut berasal dari kilatan petir berwarna putih kebiruan. Lalu tidak lama setelahnya, sebuah cahaya kemerahan muncul bersamaan dengan angin berkekuatan besar menyapu bersih badai abu. Semuanya terjadi begitu cepat. Kini terlihat dengan jelas hamparan bening tipis berkilauan sejauh mata memandang.

Suara raungan keras dan berat terdengar lagi. Makhluk raksasa itu terlihat kembali tengah menghembuskan napas api. Jiro mengabaikan hal ini, semua kemampuan dragon ada dalam pikirannya. Dia sama sekali tidak memerhatikan lidah api akan membakarnya. Baju yang dikenakannya tidak akan membiarkan pemakainya terkena panas berlebih ataupun dingin berlebih.

Lihat selengkapnya