Jam berikutnya masih di hari Selasa, Lin secara alami membuka matanya. Jam menunjukkan pukul enam tepat pagi. Ucapan salam dengan kepadatan terlampau tinggi dari rasa hormat Elvriesh berdengung di kepalanya. “Selamat pagi, Master.”
“Argh… pagi Elvriesh,” balas Lin. Nadanya berada di kelas malas.
Kondisi tubuh Lin kaku hingga membuatnya kesulitan. Bahkan, sejuknya udara pagi yang menyerang dari jendela tak sedikitpun meninggalkan goresan. Atribut yang dipakainya melindunginya. Kain tebal menghalangi cahaya untuk masuk. Ranjangnya yang empuk membawa kegelapan dibaliknya. Ruang kamar menjadi benteng tak tertembus dari kehidupan dunia luar. Lin mendapat efek “immune” dari kemalasannya. Dan pada akhirnya, Lin kembali ke dunia mimpi yang indah.
Beberapa menit pun berlalu, di hadapannya adalah sosok yang manis tangah terseyum cerah. Cahaya itu begitu indah dan menyilaukan. Senyum itu melepas kekang kemalasan Lin, tetapi yang menggatikan bukanlah rasa kebahagiaan atau semangat. Tubuh Lin bergetar. Ketakutan menyelimutinya dan menelan tubuhnya hingga lemas tak berdaya. Dunia mimpi yang indah menjadi keyataan yang mengerikan. Dengan kepanikan, matanya terbuka lebar, tubuhnya tegak dengan kecepatan yang luar biasa. Walau ini bukan yang pertama kali, dia tidak bisa terbiasa.
“Verra?” tanya Lin. Ucapannya tersendat-sendat. “Bagaimana kau masuk?”
“Ohayo, Ji-ro-kun.”
Verra mengabaikan pertanyaan Lin. Dia mengucapkan selamat pagi dengan cara tidak ramah. Matanya memandang rendah Lin sampai ke titik seperti melihat serangga. Namun, wajahnya tetap cerah dan kecantikannya tidak berubah.
Lin mengangguk dengan niat menjawab ucapan selamat pagi dari Verra. “Bagaimana kau bisa masuk?” tanyanya lagi.
“Ohayo, Ji-ro-kun,” ulangnya. Dia tidak menginginkan jawaban itu.
“Pagi, Verra.” Lin membutar bola matanya tidak memandang Verra. “Sore de… bagaimana kau bisa masuk ke sini?” tanya Lin sambil menunjuk pintu yang sudah terbuka. “Sore de” boleh diartikan lalu.
Nafsu membunuh yang terpancar pun hilang dan membuat suasana santai di pagi hari yang sudah seharusnya seperti itulah pagi. Verra mengangguk sambil menahan suara keluar. “Hm… trik-trik kecil seperti itu tidak akan pernah mengahalangiku.” Verra mengatakannya dengan ekspresi dan nada mengejek.
Setelah menerima jawaban, Lin beranjak dari ranjangnya dan berkata, “Pagi, Elvriesh.” Sambil mengatakan itu, Lin memerintah lemari di seberangnya dan membuat kain-kain melayang sesuai dengan keinginannya.
Lin diam-diam mengganti baju dengan cara menimpa baju tidurnya dengan baju warna biru tua kerah tinggi sambil bicara. Lembar kain yang berada dalam kekuasaannya tersebut kemudian membalikan posisinya antara kemejanya dan baju tidurnya.
“Dengan kegembiraan, pagi yang cerah ini telah dipersembahkan untuk Anda, Master.”
Tidak sedikit pun dari ucapan Elvriesh yang sampai kepada keduanya. Verra bahkan memulai topik baru sesaat setelah salam Lin selesai. “Oh…kau cukup lihai untuk ini.”
“Begitukah? Ya, entah kenapa. Ini mengalir begitu saja. Mangkin, karena sudah terbiasa,” kata Lin.
“Untuk belajar sihir, inilah dasarnya. Kau lulus. Kayaknya kau menjalani kelas cepat, nanti.”
“Sebenarnya, aku sudah paham semua seluk-beluk sampai tetek bengeknya. Tapi…. Ya, aku tak bisa menggunakannya. Untuk itulah aku ingin pergi ke sekolah, mendapat pengakuan dan kerjaan.”
Verra mendorong tangannya, meminta tangan Lin dan tidak bicara lagi. Dia memeriksa sirkuit sihir Lin dengan menyentuh setiap jari tangannya. Lin tahu apa yang sedang dilakukannya. Jadi, dia mengizinkannya tetapi, tidak membiarkan Verra mengambil alih tangannya.
“Ngomong-ngomong, kau tidak merusaknya, kan? Pintu?”
Verra melepas tangannya. “Ya, aku merusaknya.” Dia berhenti di sana sambil melihat ekspresi terkejut Lin sesaat lalu melanjutkan. “Tapi, aku kenal Balie. Lagi pula, itu kerusakan kecil, Satu dua min– maksudku, detik, itu akan kembali seperti semula,” balas Verra. Perkataannya tersendat. Dalam pandanganya, Verra menganggap Lin masih belum terbiasa dengan istilah-istilah baru.
Lin cukup lega. “Tak apa. Maksudku, kau tak perlu menahan diri. Aku sudah terbiasa. Jika ada yang tidak ku mengerti, aku bisa bertanya.”
Verra mengerti. “Hanya satu yang kurang darimu, Jiro.”
Lin menatapnya. Wajahnya mengatakan, “Apa itu?”
“Pengusaan. Sirkuit sihir dan tubuh itu punya tempat yang sama, bukan alam bawah sadar atau apapun. Bisa dibilang, itu bagian dari tubuhmu. Sirkuit sihir seperti halnya kepanjangan atau bagian bonus. Untukmu Jiro, ya, itu milikmu tapi, kau tidak memiliki hak akses. Ini sedikit… dari mana kau dapat ini? Permintaan?”
Lin mengangguk dan mengakuinya. Ya, “Permintaan.”
“Itu wajar, ya.” Sambil mengatakannya, Verra melangkah menjauh. “Oke, ayo pergi, kasian Harrish.”
Verra menghilang dengan cepat setelah melewati pintu. Dia tidak mengatakan apapun lagi, tetapi dia mengirim sebuah pemahaman ke mana ia akan pergi secara langsung ke pikiran Lin. Pemahaman tersebut bukan sebuah kata-kata, melainkan sebuah gambaran dan titik-titik gerbang lompatan atau boleh disebut secara singkat “alamat”.
Lin menghela napas dan menyiapkan diri. “Elvriesh, kau ikut!”
Lin bersikap acuh tak acuh terhadap Elvriesh. Ini adalah kebiasaan yang terbawa semasa hidupnya di Bumi, tetapi saat dia memerintah seenaknya, Lin sebenarnya selalu memperhatikan Elvriesh. Ketika baju tidurnya dilayangkan ke lemari sambil melangkah, dialah yang menggantikan baju tidur Elvriesh. Dia hanya tidak mau melihatnya. Inilah bukti betapa menakutkannya kebiasaan.
Baju Elvriesh berubah menjadi kemeja putih dan rompi hitam merah yang agak kecil. Lalu bawahannya berubah menjadi rok merah nanggung bergaris. Untuk Lin, dia memakai dan bawahan panjang hitam yang sangat halus. Pakaian tersebut memiliki ketahanan yang sama dengan tiga lapis baja dan efek regenerasi untuk dirinya sendiri dan pemakainya sedangkan untuk Elvriesh sama sekali tidak memiliki apapun. Pakaiannya hanya diisi efek perubahan bentuk.
Lin tidak bisa meminta Elvriesh untuk melakukan sihir perpindahan oleh karena hanya dia yang menerima lokasi. Dia juga tidak bisa mengatakan arah tujuannya atau memakai sihir untuk mengirim pemahamannya tersebut kepada Elvriesh. Lin mengira-ngira, ini adalah ujian pertamanya. Lin dipaksa untuk dengan cepat sampai di tujuan guna melatih kelihaiannya.
Lokasi yang diterima Lin adalah pulau terbuka untuk semua ras di Arqush. Langkah-langkah yang ada dalam pemahamannya mengharuskan dirinya keluar dari hotel terlebih dahulu kemudian, menuju kota yang terbuka antarnegara, pusat perekonomian Kota Parianka lalu tujuan akhir kepulauan Bahein gugusan ke-2.
Kepulauan Bahein merupakan kumpulan pulau buatan yang tersedia untuk para murid sekolah sihir melakukan latihan langsung. Bahein terdiri dari 21 pulau berbentuk lingkaran yang rata-ratanya berukuran 50 ribu kilometer persegi. Pulau-pulau tersebut dibuat melingkari satu pulau yang lebih besar dari yang lainnya. Dua puluh pulau tersebut dibuat khusus untuk latihan sedangkan satu yang lain adalah sebuah arena latih tempur latih tanding. Selain itu, satu-satu dari pulau tersebut tersedia untuk dihancurkan. Lingkaran sihir raksasa tertanam di dalamnya untuk pemulihan ketika dihancurkan. Pemandangan di sana akan dipenuhi oleh kilatkilat, ledakan kecil dan getaran di tanah atau hal-hal yang lumrah bagi para penyihir.
Di karenakan kepulauan Bahein digunakan untuk latihan, orang yang berkunjung akan di batasi setidaknya 6 ribu orang. Siswa akan mendapat wilayah kekuasaan yang cukup luas dan tidak akan mengganggu siswa lain. Meskipun begitu, wilayah tersebut terbilang sesak untuk para penyihir atau para penguasa. Kepulauan Taranhein memiliki luas 140 ribu kilometer persegi untuk dikuasai dan hancurkan oleh delapan orang kesatria kerajaan. Kepulauan Taranhein hanya cocok untuk para penguasa tingkat 7 ke atas. Untuk tingkat lima ke bawah, untuk para siswa, Bahein ada.
Selain sebagai tempat latihan, kepulauan Bahein juga tempat yang menakjubkan sebagai objek wisata. Di sana, terdapat pantai, hutan dan berbagai bentuk padang yang dapat diatur sesuka hati yang tentu saja terbatas. Setiap gugusan pulaunya tidak satupun berdiri sebuah bangunan resmi milik Bahein. Semua bangunan yang ada adalah hasil kreasi para pengunjung.
Semua orang dapat melakukan sebuah penyesuian secara bebas. Semua yang dibutuhkan–asalkan membayar–akan tersedia bahkan hanya dengan isyarat sederhana seperti menjentikkan jari atau mengedipkan mata atau hanya dengan keinginan hati. Para pedagang barang dan jasa akan selalu sigap bersedia. Mereka berada di jarak 8 kilometer dari pulau, cukup jauh untuk menghindari serangan nyasar. Dan sebagai akibatnya, pulau dipenuhi sebuah papan iklan para pedagang.
Lin sampai dengan dibuntuti Elvriesh dan melihat itu semua. Dia berada di tengah area sabana. Keberadaan Verra dan Harrish tidak diketahui, tetapi tidak memakan waktu lama, mereka datang menyapa.
“Yo, cepat juga. Itu pelajaran pertama, tapi… kau sudah terbiasa, ya. Seperti yang diharapkan.” Harrish yang mengatakannya sedangkan Verra hanya mengangkat tangan. Katakata Harrish tampak kecewa, tetapi dia membawakannya dengan rasa bangga.
“Semakin cepat, semakin baik,” balas Lin. “Aku mengandalkan kalian tapi, aku punya urusan pukul delapan. Mungkin, sampai di sana latihannya”
“Jam delapan itu masih lama,” tukas Verra diiringi respons Harrish. “Untukmu, latihan lima menit itu cukup, jangan terburu-buru. Lagi pula, kau tidak akan melampauiku.”
“Aku butuh banyak penyesuaian sepertinya dan juga percobaan.”
“Aku selalu ingin bertanya. Kau dapat itu dari permintaan, kenapa kau tidak minta lagi?” tanya Verra.
“Sebenarnya, aku datang kemari untuk mencari tahu tentang sihir dan membatasi permohonan. Jika aku tidak tahu apa-apa, membuat permohonan akan menjadi kecerobohan, kan?” jelas Lin.
“Aku mengerti maksudmu. Jadi, kau menghindari kecerobohan dengan kecerobohan,” kata Harrish mencoba menyimpulkan.