The Other Sides: Next World

Bima Kagumi
Chapter #14

Kekuasaan dan Energi bagian dua

Setelah memerintah seenaknya, pria dengan kumis itu kembali menatap Verra dan tiga lainnya. Selanjutnya tanpa disadari Lin, mereka berpindah tempat. Kini, mereka berada di ruang temaram berdinding abu. Pria itu mewujudkan meja bundar dan cukup kursi.

“Maaf untuk nona yang di sana. Anda menolak untuk berpindah kemari tapi, terima kasih Anda tetap kemari.”

Pria itu bicara pada Elvriesh sambil menyiapkan dirinya untuk duduk, tetapi Elvriesh sama sekali tidak menjawabnya sebab dia tidak beranggapan pria itu bicara padanya. Pertama, dia, pria itu, tidak memasalahkannya dan menyilakan semua untuk duduk. Namun, sekali lagi, Elvriesh tidak meresponsnya. Pria itu pun mengulangi ucapannya dangan pengandaian Elvriesh tidak mendengarnya.

“Silakan duduk,” ulangnya dengan ramah dan penuh perlakuan istimewa. Dia juga menarik dan menyiapkan kursinya dengan baik.

Elvriesh pun menyadari hal itu, dia menjawab dengan nada formal dan sikap biasanya, “Permintaan Anda dibatasi.”

Pria itu tidak bisa berkata-kata saat respons seperti itu terlihat alami tanpa masalah. Untuk pertama kalinya, dia tidak marah dan tetap berusaha mengambil tindakan tepat serta ramah. Namun, pendirian Elvriesh lebih kuat hingga emosi mulai muncul. Pria dengan kumis memiliki niat untuk mengulangi kata-katanya tetapi, mungkin ini hari keberuntungannya, jika Lin tidak ada di sana, dia akan terbawa emosi dan Elvriesh akan memberi jawaban yang sama dan selamanya tidak akan berubah maski dunia harus hancur sekalipun.

“Duduk Elvriesh!” suruh Lin. Nadanya tidak bersemangat dan terkesan lemah lembut.

Oui, Master.”

Selanjutnya, mereka tidak memperpanjang hal itu.

Satu-satunya pria berkumis di sana melihat yang lain dan yang lain menyimak. Dia mengambil ancang-ancang untuk bicara. Lalu disebar olehnya, dua pasang benda kecil, bundar, dan pipih seperti kancing. “Perogoh! Tolong untuk tidak menolaknya!” katanya tegas melalui kumisnya bergoyang.

Dia melanjutkan, “Sebelumnya, nama saya Amette Brian. Saya tidak berwenang untuk ini. Dan yah, ada banyak pekerjaan hari ini. Jadi, permisi.”

Dia tidak bergerak saat bicara, tetapi tangannya menyuguhkan makanan yang kemunculannya tidak diketahui. Itu terlihat seperti kue. Bentuknya bulat-bulat. Setelahnya, dia pergi menghilang.

Lin menggebrak meja dan berkata, “Untuk apa dia duduk di situ?”

“Oh, lihat kapten kriminal kita!” seru Harrish.

“Emhp... hm….” Verra menahan suaranya untuk mengatakan persetujuannya. “Dia punya nyali,” tambahnya sinis. “Apa kau kira setelah bertambah kuat kau kebal hukum?”

Lin menghembuskan napas sedikit menyesal. Namun, sesalnya tidak ditujukan pada perbuatan yang maksud. “Seharusnya aku pergi ke perpustakaan waktu itu. Ver, apa yang berbeda dengan sihirnya?” ucapnya mengarah ke Elvriesh.

“Semua orang mendengar, aku tidak mau membahasnya.”

Verra membalas tak acuh bahkan sampai tidak melihatnya. Walau dia memiliki mata tanpa titik buta, saat itu dia tidak sedang memakainya. Kedua matanya berwarna normal seperti orang Asia yang lainnya.

“Begitukah?” tanya Lin, tetapi dia tidak benar-benar bertanya.

Itu adalah kata terakhir yang keluar. Selanjutnya, mereka diam dalam sunyi. Mereka berusaha menyibukan diri sampai seseorang datang memecah itu semua. Harrish mencoba hidangan, Verra bersantai sambil memandangi kuku-kukunya, Elvriesh hanya berkedip dan Lin membolak-balikan benda kecil pemberian Brian. Mereka tidak mau bicara meskipun banyak yang harus ditanyakan.

Tak lama kemudian, seseorang membuka pintu. Satu wanita masuk berpakaian formal milik Kerajaan Slovia: kemeja putih, bawahan dan rompi hitam yang agak ketat di pinggang. Dia berdahi lebar dan berdagu lancip, karenanya wajah dan kepalanya tampak kecil.

Sang wanita yang baru saja masuk menghela napas lelah dan bicara, “Pagi-pagi emang enak sarapan onar?”

Orang itu berjalan tanpa gangguan dan langsung menyiapkan kursinya sendiri. Tangannya membawa lembaran tipis putih yang tidak terbuat dari serat kayu–sebut saja lembar itu kertas partopat. “Saya Naura Tasbihan sebagai pengadu.”

Lin dan Verra menahan tawa saat kata itu datang. Kilasan di pikiran mereka setiap kali kata itu terdengar adalah anak kecil yang menangis. “Jadi, dia yang ngaduin ini ke mamanya, huh?” pikir Lin.

Dia sedikit meremehkan hal itu, tetapi tentu, ini berakhir dengan cepat dan tidak merubah suasana. Verra menutup mulutnya supaya tidak tampak geli. Lin memasang benda kecil itu sebagai pengalihan untuk menyembunyikan tawanya. Harrish tidak ikut dan bermuka datar. Elvriesh mengikuti perintah Lin dan Naura bertingkah seolah tidak terjadi apapun. Dia melihat lembaran yang dibawanya sekilas.

Lin bertanya, “Apa yang kau maksud ‘pengadu’?”

“Aku yang mengadukan ini ke hakim,” balas Naura.

“Sesimpel itu?” pikir Lin.

Penjelasannya terlalu sedikit, tetapi Lin dapat menyimpulkan maksud dari kata pengadu tersebut. Pengadu artinya mirip seperti jaksa karena tidak mewakili atau membela terdakwa. Lin mengangguk hanya memahami makna itu. Dia menahan diri untuk tidak bertanya lagi. Namun, pemahaman itu telah sampai lewat benda kecil di keningnya kepada Naura. Benda kecil yang menempel di kening berfungsi sebagai penggali kilasan yang terpikirkan si pemakainya.

“Sepertinya kau punya banyak pertanyaan, tapi kesampingkan hal itu. Aku sudah membacanya. Lylia Siyantini, kau yang bertanggung jawab atas perbuatan Pradipta Lintar Kadhraka?” tanya Naura. Dia melihat Verra dan Lin. Ada sedikit penekanan pada nadanya.

“Ya, begitulah.”

“Baiklah. Kalian berada di Bahein pukul… 06:26 untuk berlatih. Kemudian kerena sukses besar, kalian memutuskan untuk beristirahat dan… beberapa pengubahan. Itu mengerikan! Kemudian… saudara Lintar mempunyai sedikit urusan dengan IKAS. Kau pergi ke kantor kependudukan saat itu.”

Naura menuturkan ringkasan kronologi, tetapi dia tidak berhasil mengkonfirmasi semua data pada lembar laporan yang dipegangnya. Pada laporan, seharusnya Elvriesh juga ikut. Namun, Lin berpikir ini adalah salahnya dan Elvriesh saat itu sama sekali tidak berpikir sehingga perogoh tidak merespons. Artinya, dia mengabaikan Naura dengan lihai dan sempurna tanpa cacat sedikitpun.

Kalimat Naura terputus-putus karena memang dia sedang menunggu data dari perogoh. Dia berkewenangan untuk mengatakan apapun yang dia suka asalkan bertujuan untuk mengambil data-data dari kepala, tetapi dia tidak melakukannya dengan alasan malas. Naura ingin segera menyelesaikan urusannya.

Setelah penjelasannya yang begitu singkat selesai, dia menyerahkan dua lembar partopat berwarna putih berukuran A4 pada Verra di kanannya. “Jadwal sidang kedua hari ini pukul 11:00,” katanya kemudian berlalu lewat pintu dan menghilang.

Satu lembar itu setidaknya berisikan pembatasan ruang untuk Verra di tempat umum selama jeda waktu sebelum sidang, izin-izin mengetahui posisinya dan janji tepat waktu di persidangan. Sedangkan, yang satunya lagi tidak tertulis apapun. Lembar tersebut akan diisi setelah sidang.

Verra tidak melihat isi lembar. Dia hanya merapikannya dan lembar tersebut menghilang masuk dalam gelang yang dikenakannya. “Formalitas,” katanya.

Semua urusan sudah selesai. Mereka mencopot perogoh dan berdiri mengikuti Verra. “Kita menang, Ver?” tanya Lin.

Verra menegaskan. “Tidak, kita bahkan tak punya kesempatan. Di sini, pengadilan tidak seperti itu.”

Lin menjadi tidak tenang. “Kalau urusan denda, aku yang akan membayarnya. Lagi pula, ini salahku, kan?”

Verra tidak langsung menjawabnya begitu juga dengan Harrish. Dia memilih melewati pintu dan membagi jejak arah tujuannya untuk mengganti suasana. Tiga yang lainnya pun mengikutinya. Mereka berpindah ke tempat yang sudah dijanjikan di Kota Parianka, Desa Parimana 2079, gerbang pertama. Namun, saat ini mereka menggunakan gerbang ke-2 sehingga kehadiran mereka sedikit melenceng dari lokasi. Verra sengaja melakukannya hanya untuk jeda waktu.

Sesampainya di sana, mereka menapakan kaki di daratan berbatu yang luas. Lin membuka pandangan lebih luas lagi. Ekspresinya takjub. Verra dan Harrish sudah terbiasa ekspresinya tidak berubah sedangkan Elvriesh tidak mampu berekspresi. Lin sudah terbiasa dengan kerumunan orang-orang semasa hidupnya di Bumi, tetapi penampakan kerumunan di Arqush berbeda. Orang-orang sudah terbiasa dengan sihir. Orang-orang menjadikan sihir sebagai identitas Arqush.

Kota ini dapat disebut kota industri dilihat dari aktivitas dan banyaknya pabrik. Orangorang yang menempati Desa Parimana ini hampir semuanya berprofesi sebagai pedagang. Namun, pemandangan yang ada tidak dipenuhi dengan gerobak atau apapun namanya. Sederet para pedagang yang berdiri di sisi jalan telah terbiasa menjajakan barang dagangannya hanya dengan membawa gelang atau cincin ruang. Pedagang yang menyajikan makanan tidak pernah mengenal peralatan memasak. Semua bahan atau apapun yang dibutuhkan melayang di sekelilingnya. Mereka berkreasi dan mengolah makanan di udara. Mereka menciptakan pemandangan yang unik.

Para pedagang juga menjajakan barang jualan atau jasa dalam bangunan: toko, ruko, dan perusahaan. Bangunan-bangunan berdiri lima tingkat (tumpuk) ke atas, tetapi tidak sampai melebihi tingkat enam. Warna-warni sebuah promo barang dan jasa membuat masing-masing bangunan terlihat mencolok satu dengan yang lainnya. Kata tetangga sudah diartikan sebagai saingan.

Jalan-jalan atau area sihir perpindahan yang tersusun dari batu-batuan digelar oleh kerajaan. Area tersebut sudah sedemikian rupa dirancang sebagai penampung sihir perpindahan dan juga sebagai area serap air. Di sisi kiri dan kanannya, terdapat 3 sampai 10 tiang-tiang tergantung jarak antar persimpangan. Tiang-tiang itu adalah satu-satunya kendaraan umum yang juga masuk dalam varian transitor. Inilah tanda lokasi yang digunakan bersamaan dengan nama desa, kota, provinsi dan nomor bangunan sebagai sesuatu yang disebut alamat. Titik-titik itu disebut juga sebagai gerbang. Tiang-tiang inilah yang menciptakan pemandangan dari kerumunan Manusia (atau makhluk-makhluk) yang bergerak seperti kumpulan gelembung meletus. Pemandangan keramaian akan terlihat seperti ditambah dan dikurangi secara acak.

Siapa pun yang melihat ini akan mempunyai kesimpulan bahwa sihir digunakan secara bebas, tetapi kenyataannya adalah sebaliknya. Para penjaga, prajurit, peladen, dan bahkan para kesatria selalu mengawasi dan bertindak sebagai penegak hukum. Mereka sering menyebar daerah kesadarannya seluas 80 kilometer persegi di daerah umum. Mereka dapat menemukan suatu pelanggaran hukum hanya dengan hitungan jari di daerah umum. Siapa pun yang menggunakan sihir perpindahan di sembarang tempat tanpa transitor yang disediakan negara akan dianggap sebagai penyalahgunaan trayek. Dan tentu, tempat latihan tidak disebutkan dengan alasan pengembangan bakat.

Semua perkembangan itu adalah dampak dari kemajuan dalam mengolah energi. Sementara itu, semua orang tidak ribut adalah dampak dari kekuasaan yang merata. Dengan kata lain, semua orang memiliki hak masing-masing dan ini disadari oleh setiap individu.

Lin masih mengingat pelanggaran yang dilakukannya dan urusannya di kantor kependudukan. Dia tidak pergi ke sana hanya untuk bertanya. “Sidangnya dua kali, Ver?”

“Ya, yang tadi itu masuk yang pertama. Isinya putusan siapa yang melanggar hukum... atau perjanjian. Jika dua pihak sama-sama melanggar hukum, meski tidak dengan perjanjian, keduanya akan maju ke sidang kedua bersama atau terpisah.”

“Begitukah? Oke, lalu... kau tahu, IKAS milikku masih belum kuambil. Apa semua status negatif ada padamu? Maksudku, setelah semua itu apa aku masih diperbolehkan?”

“Meskipun, aku yang bertanggung jawab, tidak semua status negatif ada padaku,” balas Verra.

Harrish menunjuk Lin. “Kau dicap sebagai murid nakal, Pengganggu!”

Lin tidak membalas provokasi Harrish. Dia memakluminya sebagai candaan batas wajar.

Verra melanjutkan. “Kau tidak boleh jauh-jauh dariku. Dan soal denda, kau tak perlu khawatir. Aku punya uang lebih banyak darimu, Jiro. Simpan saja atau pakai uang itu untuk modal.”

Sambil berjalan mereka bertiga terus bicara dan topik tentang keuangan terus berlanjut. Keberadaan Elvriesh dengan sendirinya tidak dibutuhkan. Lin mengatakan bahwa dirinya miliki uang untuk seumur hidupnya dan tidak tahu tempat untuk menghabiskannya. Dia bersikeras untuk membayar dendanya, tetapi Verra tetap menolaknya dengan alasan uangnya tiga kali lebih banyak. Sementara itu, Harrish yang panas dan tidak bisa menahan diri mengatakan, “Sudahlah biar aku yang membayarnya. Aku orang terkaya kedua di kerajaan Slovia. Kalian itu seperti peminta-minta di mataku.”

Verra tidak menanggapinya, tetapi Lin berkata sambil menujuknya dan menggeleng. “Wah, itu bukan candaan, bukan candaan lagi itu namanya.”

“Kesampingkan saja itu, tapi soal kekayaanku itu nyata.” Harrish menukas sambil membusungkan dadanya dan meninggikan cara bicaranya. Lin menerima itu karena itulah Harrish. Dia mengakui kekalahannya. Kemudian, topik berubah saat mereka berdiri sampai di lokasi.

Lin terhenti sesaat. Dalam dirinya, kekecewaan meninggi tak tertahankan. Lin tidak terima bar bergaya abad pertengahan berada di dunia sihir yang sudah berkembang jauh. Namun, apa daya? Semua orang boleh berkreasi. Itulah prinsipnya.

“Argh... aku tahu siapa yang buat ini bar,” kata Lin.

Tampak dari depan, bangunan itu berdesain sederhana. Sebagai suatu dekorasi, “Medieval Bar” tertulis di atas pintu dari kayu yang di belah tebal dengan huruf alphabet. Dindingnya tersusun dari bata-bata terekspos dan pintunya terbuat dari kayu, tidak rapuh tetapi, potongannya sangat rapi. Jendelanya juga demikian tetapi, tidak untuk bagian transparan. Itu terbuat dari material lain yang sama beningnya dengan kaca.

Harrishlah yang mendirikan bar tersebut. Inilah pemasok isi dompetnya. Dia berhasil menerapkan ide tersebut sehingga nama “Medieval Bar” sudah tersebar luas di seluruh Kerajaan Slovia dan kerajaan lainnya.

Bagian dalamnya dibuat minim cahaya. Dindingnya tidak berbeda jauh dengan bagian luar bar. Namun, terdapat kayu-kayu yang melekat di dinding guna merapikan dinding. Empat tiang penyangga ditambahkan, meski tak berguna sebagai penyangga atap. Ruang untuk bartender terpampang di hadapan meja-meja pelanggan dari pintu masuk. Meja tersebut terbentang dari sisi kiri sampai pintu dapur di sisi kanan. Dinding dan mejanya dipenuhi botol-botol minuman ber-alkohol yang jelas bukan dari anggur atau beras.

Harrish mengatakan sambil melangkah, “Itu semua adalah hasil penelitianku. Anggur atau tumbuh-tumbuhan dari Bumi tak bisa tumbuh di sini. Jadi, aku menjelajahi hutan untuk itu.”

Mereka kecuali Elvriesh menyiapkan diri untuk duduk lalu, “Jadi, Ver….” Lin mencoba menyimpulkan apa yang dilakukan kedua teman di masa lalu tetapi, ada yang mengganggunya. “Kita kemari pakai nama samaran, kan?” tanya Lin mengingatkan.

Verra membalas, “Oh ya, itu membingungkan jika di depan orang lain, tapi aku tak keberatan.”

“Aku setuju. Panggil aku… Rex. Aku menggunakan nama Rex Jadranko sebagai pemilik bar dan Fitz Tasbihan sebagai keluarga bangsawan di sini,” kata Harrish.

“Tasbihan? Kau satu keluarga dengan yang tadi itu? Bagainama bisa? Apa kau yang memulainya?” tanya Lin.

“Tidak, aku hanya mengambil tubuh anak dari keluarga itu.”

“Hanya katamu?”

“Ya, hanya satu. Verra ngambil tiga malah.”

Lin tidak berkata-kata dan hanya melihat betapa kejam temannya itu tetapi, oleh kerena tidak ada kata, Verra menjelaskan sedikit terlambat. “Untuk jadi warga sipil di sini itu tidak mudah. Apa lagi, statusnya makhluk asing. Aku membutuhkannya. Tasbihan itu keluarga bangsawan sekaligus keluarga kerajaan. Untuk kau Jiro, tidak, Lintar sebenarnya aku ingin bertanya. Bagaimana kau diterima sebegitu mudahnya?”

Lin bertanya balik alih-alih menjawabnya. “Apa kalian mengundangku untuk ini?”

“Untuk itu juga ada tapi, aku tidak memaksa jika kau tidak mau.” Verra menjawab dengan menyodorkan pilihan, tetapi tidak ada pilihan di dalamnya.

“Ada banyak hal yang ingin kutanyakan. Ya, ini untuk itu. Aku ingin tahu secara perlahan, tak usah terburu-buru. Lagi pula, apa menyenangkan jalan-jalan sendiri?” kata Harrish.

“Sebenarnya, aku juga tidak mengira akan menjadi seperti itu.”

Lin tidak langsung menjawabnya. Dia dan dua yang lainnya menyentuh dua kali meja untuk mengadakan opsi berupa menu. Botol-botol minuman pun tampil. “Jika ini ada, apa fungsinya bartender?” tanya Lin menunjuk opsi.

Lihat selengkapnya