Pukul sebelas kurang lima menit, Lintar dipaksa untuk ikut dengan Lia (Verra) menjalani pengadilan. Lin ikut serta dalam pengadilan untuk mempertanggungjawabkan tindakannya sebagai terdakwa, tetapi Lia tetap yang menanggung semuanya dan hukuman akan jatuh kepadanya. Arti lainnya, Lia hanya pihak yang bertanggung jawab, bukan terdakwa.
Meskipun kata ajaran mempengaruhi kata pelajar, Kerajaan Slovia tetap harus bertanggung jawab atas undang-undang yang berlaku terkait benda kecil bernama perogoh, mengenai dua kepala tidak dapat diartikan satu kepala, mengenai harga yang tak ternilai dari satu nyawa. Artinya, Lin bertanggung jawab atas tindakannya, bukan dinilai dari ajaran atau pun kesalahpahaman antar kepala. Ini merupakan sebuah formalitas yang meluruskan jalan murid.
Jalannya pengadilan milik Kerajaan Slovia berlandaskan pada kata “menilai” yang tidak dapat digunakan untuk diri sendiri. Jika digunakan untuk diri sendiri, kata itu akan melahirkan sebuah pengakuan berupa kebohongan atau kesombongan atau rendah hati ataupun yang lainnya. Oleh karena itu, pengadilan menciptakan sistem pengaduan dan menghilangkan pembelaan. Artinya, bukti dan saksi adalah syarat yang harus ada dan keputusan hakim akan dimutlakan. “Sebuah hukuman merupakan bimbingan” itulah semboyan para penegak hukum milik Kerajaan Slovia.
Pukul sebelas kurang satu menit, pengadilan dipersiapkan dengan suasana mencekam. Lia dan Lin berada di pengadilan tingkat desa. Ruangan dibentuk setengah bulat gelap dan tidak menerima cahaya matahari. Alasnya ditutupi karpet merah polos. Di tengahnya adalah ruang untuk terdakwa berupa panggung kecil berbentuk lingkaran dan pagar setengah lingkaran berwarna hitam. Terdapat tiga balkon yang mengelilingi panggung kecil. Yang satu tepat di tengah–yang seharusnya berhadapan langsung dengan terdakwa–adalah tempat duduk untuk tiga hakim. Yang kanan dan kiri berada di belakang terdakwa adalah tempat untuk para saksi dan orang-orang yang akan menyampaikan bukti. Tepat di antara dua balkon itu tersedia pintu masuk khusus untuk terdakwa.
Ruangannya begitu luas seolah disiapkan untuk arena tarung atau sebagai bentuk dukungan dari antisipasi serangan dan perlawanan. Meski demikian, ruangan tersebut dibentuk untuk masalah-masalah kecil. Ruang pengadilan untuk tingkat kota dan provinsi lebih luas lagi dan keamanan juga ditingkatkan. Sementara pada tingkat yang melibatkan negara atau bangsa-bangsa, pengadilan tidak diadakan dalam ruangan tetapi, di pulau terpisah seluas 120 ribu kilometer persegi.
Harrish atau Rex, Sasha, penjaga hotel dan petugas resepsionis menghadiri pengadilan sebagai saksi, mereka ada di sisi kiri terdakwa sedangkan sisi balkon kanan diisi sepasang Manusia (ras) pria dan wanita. Masing-masing dari mereka memakai kemeja putih dan bawahan sempit. Naura sebagai pengadu berdiri di sisi kiri terdakwa masih dengan pakaian formalnya. Lalu di sisi kanan terdakwa, ada satu wanita berpakaian yang sama dengan Naura, dia berlaku sebagai pengawas jalannya pengadilan. Para hakim memakai kemeja longgar hitam. Para penjaga memakai tiga lapis pakaian. Kaos leher kura-kura sebagai dasar lalu dibalut zirah cincin dan dilapis ulang rompi besi serta balutan bahan sama di kepala, bahu, legan, dan paha. Untuk tangan, mereka memakai sarung tangan besi. Dan untuk kaki, mereka memakai sepatu bot tinggi yang terbuat dari bahan yang sama. Pada bagian tengah rompi, terdapat permata bening bercahaya dan mengeluarkan asap samar berwarna hitam. Pakaian itu dirancang untuk tidak mengisi setiap sendi supaya siap tempur saat dipakai.
Ketiga pihak di atas balkon dilindungi oleh kekkang tingkat tertinggi yang didirikan para penjaga guna antisipasi perlawanan. Naura, Lia, Lin dan satu pengawas, keempatnya ditempatkan ditempat yang rendah. Posisi tertinggi tetap hakim dan terendah pengadu. Hakim dipandang sebagai pihak ketiga yang memiliki pernyataan mutlak. Saksi dan pembawa bukti diletakan diposisi setara dengan hakim sebab mereka tidak bersalah. Pengadu dipandang rendah sebab membawa masalah orang lain. Pengawas disimpan setara dengan pengadu karena dia sewaktu-waktu dapat menjadi pengadu yang mengadukan hakim atau yang lainnya ke hakim yang lain. Pengawas dalam pengadilan juga harus bersikap netral dan hanya mengawasi semuanya tetap pada tugas masing-masing.
Saat waktu sidang yang telah ditentukan tiba, terdakwa dipastikan untuk memakai perogoh dan izin akses tidak boleh ditolak. Pengadilan akan diawali dari konfirmasi izin terdakwa berupa kesiapan oleh ketiga hakim. Setelahnya, hakim di tengah akan memastikan kesadaran dan kewarasan terdakwa. Lalu, dua hakim di kanan dan kiri hakim akan mulai mencatat. Pengadilan akan dibuka oleh laporan pengadu. Selama proses untuk mencapai itu, hakim tidak diperkenankan bicara lebih dari sekedar mempersilakan pengadu bicara. Sepanjang jalannya pengadilan, terdakwa juga dilarang bicara dan tidak boleh mengungkapkan pembelaannya. Segala tindakan terdakwa umumnya akan terungkap oleh perogoh termasuk manipulasi ingatan di sidang pertama.
Naura tidak membawa apapun. Sebelum bicara, dia membungkukan badan sedikit untuk menghormati pengawas dan semua yang berdiri di balkon. Dia dengan sengaja bersuara lemah lembut dan bernada formal. Semua kecuali para penjaga tertuju pada Naura.
“Nama saya Naura Tasbihan. Saya menjalankan kewenangan untuk mengkonfirmasi sebuah status tuduhan penyalahgunaan trayek dan mengganggu kenyamanan orang lain di tempat umum terhadap terdakwa *** bertempat di Desa Parimana, Kota Parianka, pukul 07:34 Selasa 15 Nasamasa 1135. Pada pukul 07:37 Selasa 15 Nasamasa 1135, Saya mengambil alih sidang pertama berkesimpulan bahwa ternyata terdakwa adalah mu*** dari ***.”
Lin mencermati dengan baik dan menahan diri untuk tidak membantah sampai selesai, tetapi kalimat Naura memiliki banyak kata-kata yang tidak bisa didengar olehnya. Kata itu seperti terpotong. Lin tidak berkata-kata dan memilih diam sebab Lia sama sekali tidak menunjukkan apapun. Saat itu, dia berpikir Lia merencanakan sesuatu.
Setelah kata-kata itu selesai, hakim menoleh ke kanannya dan mempersilakan satu per satu saksi untuk bicara. Para saksi begitu juga dengan yang di kanan terdakwa sebagai pembawa bukti tidak memakai perogoh. Mereka bebas bicara apapun bahkan untuk kata-kata kotor. Tugas mereka hanya memancing kilasan pikiran Lin sampai hakim memperoleh informasi yang cukup.
“Namaku Sasha. Semua yang kuingat tidak berhubungan dengan kasus ini tetapi, jika memang diperlukan akan kukatakan. Dia hanyalah tamuku. Dia menginap sehari yang lalu, sekian.”
Sasha mengatakan kata-kata singkat dan berusaha untuk mengurangi informasi yang bocor. Namun, itu semua tergantung pikiran Lin.
“Aku kenal dengannya, dia anak lugu,” kata Rex singkat setelah Sasha.
Semuanya diam saat itu, orang-orang menghormati haknya untuk bicara. Suasana menjadi hening. Mereka menunggu kata yang lainnya keluar, tetapi itu tidak pernah terjadi. Tindakannya itu bahkan membuat hakim menunggu. Penjaga hotel yang menunggu gilirannya harus mengambil inisiatif untuk membuat suasana baru.
“Namaku Dairi sebagai penjaga hotel dan peladen dari Guild Letna S. Persis seperti yang diucapkan Wakil Sasha, dia tamu di Hotel Letnas. Satu-satunya yang bisa kusampaikan adalah ketika malam pertama dia menginap.”
Dairi mengucapnya tersendat dan membuat imajinasi Sasha aktif. Dia menggumamkan sesuatu ketika mendengarnya. “Elvriesh,” katanya.
Dairi melanjutkan. “Saat itu, aku bekerja–walau para tamu hotel tidak ada yang menyadarinya.... tapi ya, itu agak menjenggelkan menurutku. Dia memainkan sedikit gelombang kejut tetapi, dia sama sekali tidak mengendalikannya. Itu tidak membahayakan dan seperti yang diharapkan, serangannya lemah dan memang tidak merusak apapun, tapi serangan seperti itu dapat menjadi tanda karena semua orang di desa kecuali tamu hotel mengetahuinya. Aku ragu dia punya tujuan.”
“Lemah dan tidak merusak apapun, katanya? Ya, memang apa adanya, tapi apa dia melindungiku.” pikir Lin dan semua itu masuk ke otak hakim.