Anne merasa seperti deja vu saat ia akhirnya membuka mata di sebuah ruangan aneh lainnya. Ruangannya berada saat ini adalah ruangan yang bergoyang ketika ia bangkit untuk berdiri. Ketika pandangannya mulai jelas kembali ia sadar kalau dia ada didalam sebuah sangkar burung raksasa. Sangkar burung berbentuk seperti kubah yang terbuat dari es berwarna merah karena warna merahnya menjadi lebih terang ketika cahaya yang muncul dari atas meneranginya dan itu membuat warna merah sangkar itu menyala seperti lampu. Cukup indah, tapi Anne tidak punya waktu untuk mengagumi hal itu karena saat ini ia berada di dalamya.
Anne berada di dalam sangkar burung yang di gantung bersama beberapa sangkar burung merah lain, di ketinggian yang Anne sendiri tidak ketahui berapa karena saat ia mengintip kebawah ia hanya bisa melihat jurang besar gelap yang menghembuskan angin dingin keatas. Anne menelan ludah karena ketakutan. “Tempat apa ini?” gumamnya mulai cemas. “Hei! Tempat apa ini?! Keluarkan aku dari sini?!” seru Anne entah pada siapa tapi ia tetap mencoba. “HEI!”
“Jangan berisik” Kelan muncul dari balik tiang besar yang mengelilingi jurang tempat Anne berada. Anne berada didalam sangkar di tengah jurang, sedangkan Kelan berdiri dengan tenang di tepian yang sengaja dibuat untuk orang berjalan. Tepian yang di beberapa sisinya terdapat kursi seperti tempat duduk penonton pertunjukan.
Pikiran Anne mulai kembali liar dan memikirkan hal paling buruk selain dia dipaksa bergabung dengan perkumpulan aneh Kelan dan Adam. Ia mulai berpikir kalau sebenarnya ia sedang menjadi korban perdagangan manusia dan sangkar tempatnya berada saat ini adalah tempat para korban dipertontonkan pada para calon pembelinya. Anne terlalu lelah untuk memikirkan sejauh itu tadi malam. “Apa sebenarnya yang kau inginkan dariku?” seru Anne, suaranya menggema ke seluruh ruangan. “Apa kau ini bagian dari serikat perdagangan manusia?” Anne tidak yakin dengan yang dikatakannya tapi ia akan berusaha terus bicara agar mengerti situasi apa yang sedang dihadapinya ini.
“Aku benar-benar tidak mengerti semua perkataanmu” Kelan masih mengeluarkan jawaban yang sejak kemarin terus ia ucapkan setelah Anne bertanya dan berbicara padanya.
“Apa maksudmu kau tidak mengerti? Bukankah kau yang membawaku kesini? Dan bukankah kalian bilang kalau aku hanya akan diperiksa dan kalian akan membiarkanku pergi setelahnya?” tuntut Anne.
“Hasilnya positif kalau kau adalah Anak Dunia Bawah sama seperti kami” jawab Kelan setidaknya ia mengerti perkataan Anne mengenai pemeriksaan.
“Apa?” ucap Anne tidak percaya. “Jadi maksudmu-“
“Kau akan tetap berada di Penjara Darah sampai waktu pemeriksaan dan sidangmu ditentukan. Jadi selama menunggu kau akan tetap berada disana.” Lanjut Kelan datar kemudian pergi meninggalkan Anne sendiri lagi.
“Tidak! Hei! Aku tidak mau disini?! Hei? Aku mau pulang dan aku tidak melakukan kejahatan apapun!” seru Anne tidak sabar karena sudah muak dengan kurungan. “Hei!” Anne tidak bisa diam terus membuat sangkarnya berguncang ketika ia menggedor-gedor karena kesal. Selama hampir satu jam hingga akhirnya ia lelah tapi anehnya ia sudah tidak merasa lapar lagi karena seingatnya ia tidak makan apapun sejak kemarin.
“Pssttt....”
Suara desisan seseorang menyadarkan Anne dari kelelahannya. Anne melihat sekeliling mencari asal suara tersebut.
“Pssstt....”
Anne bangkit untuk mencari lebih teliti darimana suara itu berasal tapi ia tidak menemukan siapapun di tepian jurang ataupun sangkar lain yang ada dibawah dan atasnya. Susunan sangkar burung itu cukup menarik karena banyak sekali sangkar yang digantung, maka susunannya menjadi seperti lampu yang digantung tidak beraturan jarak tingginya.
“Diatas sini”
Anne mengikuti panggilan suara itu dan akhirnya mendongak. Ia menemukannya asal suara itu ternyata berasal dari seorang pemuda yang usianya mungkin sekitar tiga belas atau lima belas tahun. Ia berambut coklat karamel acak-acakan dengan bercak hitam aneh dirambutya. Ia tersenyum lebar menunjukan gigi putihnya sambil melambaikan tangannya dengan bersemangat pada Anne yang ada dibawah.
“Hei, apa ini pertama kalinya kau masuk Penjara Darah?” tanyanya dengan suara bersemangat anak ABG dan tidak sadar kalau dia sendiri juga berada di dalam sangkar yang sama.
Anne tidak mengerti harus menjawab pertanyaan itu seperti apa jadi tanpa disadarinya ia malah tertegun heran tapi masih melihat kearah pemuda berambut karamel aneh itu.
Pemuda itu menunjukan wajah bingung karena Anne tidak menjawabnya tapi tiba-tiba wajahnya terlihat bersemangat lagi seperti teringat sesuatu. “Maaf karena aku tiba-tiba bertanya sebelum memperkenalkan diri. Perkenalkan namaku Solom Calliah. Aku seorang Kurir Pesan di Dunia Bawah. Senang bertemu denganmu.” Tuturnya sopan. “Dan kau?” tanyanya.
"Oh!?” Anne tersadar dari lamunannya. “Aku...Namaku Anne Claus. Senang juga bertemu denganmu.” Jawab Anne.
“Wah namamu bagus sekali.” Pujinya jujur. “Kurasa kau akan lebih cantik jika rambutmu terurai.” Tambahnya.
Tanpa Anne sadari ia memegang kunciran rambut hitam lurusnya tapi ia berusaha untuk tidak terlalu memperdulikan kalimat terakhir Solom mengenai rambutnya itu.
“Jadi apa yang membuatmu berada di Penjara Darah, Anne?” tanya Solom lagi, mengulang pertanyaan pertamanya.
“Sejujurnya aku juga tidak terlalu mengerti apa yang sedang terjadi padaku.” Jawab Anne ragu. “Saat aku sadar tiba-tiba saja pria bernama Kelan itu sudah memasukanku kedalam sangkar ini.”
Solom mengangguk seperti menandakan kalau dia mengerti situasinya.
“Apa kau bagian dari perkumpulan ini juga?” tanya Anne.
“Perkumpulan?” ulang Solom bingung, memiringkan kepalanya.
“Tempat ini. Apa kau juga bagian dari perkumpulan di tempat ini? Apa perkumpulan ini melakukan perdagangan manusia?” tanya Anne lagi gugup.
Solom masih memiringkan kepalanya seakan dia sedang berpikir keras. “Kenapa kau berpikir begitu?”
“Karena kita berada di dalam sebuah sangkar aneh yang mungkin saja akan menjadi panggung para pembeli gelap yang ingin membeli manusia disini.” Jawab Anne sangat yakin.