Suasana di kamar Semele menjadi cukup tegang karena Anne hampir tidak mengatakan apapun setelah mereka tiba, sedangkan Raghnall, Kelan, Adam dan Solom yang ada di ruangan yang sama diminta Semele berdiri dengan posisi membelakanginya agar Semele bisa berkonsentrasi ‘melihat’ Anne. “Sebelumnya aku ingin meminta maaf Lady Anoushka, aku tidak bisa mengendalikan kemampuanku ini jadi aku...” ujar Semele ragu ketika gambar kehidupan Anne sebagai manusia yang menjadi bulan-bulanan teman-temannya terpaksa ia lihat.
Saat melihat wajah Semele yang sedih dan tidak tega itu Anne mengingat sesuatu yang tidak asing. Itu adalah wajah orang-orang yang mengasihaninya tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena takut pada George Hall. “Kau melihatnya?” tanya Anne.
Semele mengangguk kecil seraya menutup matanya, seakan tidak ingin melihatnya lagi.
Anne yang tangannya masih berada dalam genggaman Semele balas memegang tangan Semele lembut. “Tidak apa-apa, Semele” ujar Anne lembut.
“Tapi terlepas dari hal itu nyata atau tidak aku tetap tidak bisa melihatnya Lady” ucap Semele sedih.
Solom yang mengenal sifat asli kakaknya meresa jijik mendengar kakaknya yang tiba-tiba bicara sangat lembut dan berperasaan itu. “Kau harus lebih sering bertingkah seperti itu padaku Sem.” Celetuk Solom santai.
Semele menatap Solom kesal.
“Apa maksudmu nyata atau tidak?” tanya Anne. “Dan kenapa kau terus menyebutku Lady Anoushka? Aku-“
Semele menggeleng. “Aku dapat melihatnya. Sebagian dirimu sudah sedikit menerima kalau kau adalah bagian dari kami tapi ada hal lain yang membuatmu bingung dan tidak yakin seperti sekarang dan itu adalah hal yang tidak bisa kulihat, karena ingatanmu setelah upacara pernikahanmu dengan Josias Jenesis sebagai Lady Anoushka telah dikunci oleh seseorang yang menjadikanmu manusia dan memberikan memori palsu mengenai masa kecilmu.” Semele menjelaskan
Anne bangkit karena terkejut membuat kursinya jatuh kebelakang. “Menikah? Aku?” seru Anne tidak percaya dan sempat terdiam selama beberapa detik kemudian menarik tangan Kelan. “Kelan, kumohon bawa aku kembali! Aku tidak bisa mengerti ini semua, aku....” Anne sangat pucat dan terlihat sangat ketakutan.
“Anne kau harus bersabar, kau-“ Kelan mencoba menenangkan Anne.
“Tidak aku-“
Brak....
Tiba-tiba saja pintu kamar Semele terbuka menabrak dinding yang ada disampingnya. Glendon, pria berambut emas gelap dengan baju sehari-harinya kemeja flanel kotak-kotak dan celana jeans belel muncul dihadapan semua orang.
“Glendon” Anne segera berlari menyerbu Glendon dan memeluknya erat.
“Syukurlah kau baik-baik saja.” Glendon mengusap-usap punggung Anne lembut.
“Glendon Claus?!” seru Raghnall tidak percaya. “Kau? Bagaimana Anak Langit sepertimu bisa masuk ke Dunia Bawah?!” serunya tidak percaya dengan mata yang membelalak.
“Tanyakan pada dirimu sendiri” ucap Glendon sinis, sebelum akhirnya cahaya putih melingkar dikaki keduanya, menarik Glendon dan Anne masuk ke dalamnya dan menghilang dari hadapan semua orang.
“Telah terjadi sesuatu pada Lady Anoushka di Dunia Langit.” Ucap Raghnall. “Aku akan segera menghubungi wakil petinggi untuk menghubungi Josias dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Kalian berdua kejar Lady Anoushka dan bawa dia kembali dari tangan makhluk itu” perintah Raghnall terdengar nada kemarahan dalam ucapannya.
Kelan dan Adam segera pergi meninggalkan kamar itu.
Solom sudah berdiri disamping kakaknya yang masih duduk dengan tenang tapi menatap Raghnall yang menoleh padanya. “Kurasa panggung pedamaian yang kalian bangga-banggakan akan segera runtuh.” Ucap sinis Semele menatap mata Raghnall.
Raghnall menyunggingkan senyum dinginnya pada Semele. “Kau harus menyadari posisimu Semele Calliah. Jangan melakukan hal yang tidak perlu dan duduk manis saja sebagai penonton yang baik.” Ucap sinis Raghnall sebelum akhirnya ia meninggalkan ruangan dengan langkah kaki beratnya.
“Aku benci padanya.” Gumam Solom.
* * *
Anne dibangunkan oleh aroma roti bakar dengan isi selai stroberi yang biasa Glendon buat dipagi hari sebelum Anne berangkat sekolah. Anne tertidur diatas sofa ruang tamu mereka. Ia mengerjapkan matanya mencoba meyakinkan dirinya kalau yang dilihatnya sekarang benar-benar rumahnya dan bukan dunia aneh atau apapun itu.
Itu benar rumahnya, atap rumah yang sudah mulai usang tapi Glendon masih juga belum memperbaiki dan sofa tempatnya berbaring saat ini sudah sobek di beberapa bagian tapi Glendon tetap keras kepala tidak ingin menggantinya karena ia selalu bilang akan berbeda rasanya jika ia harus menonton dengan sofa yang berbeda. Ia tidak ingin mengkhianati sahabat besarnya ini.
Didepan sofa ada meja dimana roti panggang dan segelas susu sudah Glendon siapkan untuk Anne.
“Terlalu siang untuk menyebutkan sarapan tapi aku yakin kau belum sarapan” ujar suara berat tapi lembut itu. Itu benar-benar Glendon yang sedang berdiri didapur dan memakai celemek merah muda pemberian Vladimir yang Anne tidak bisa tebak maksud dari warna merah mudanya itu.
Anne tidak ingin banyak bicara dan benar kalau ia saat ini sangat lapar. Aneh sekali karena dia tidak merasa lapar sama sekali saat berada di tempat yang bernama Dunia Bawah ini. Anne bahkan masih tidak percaya dia pergi ke tempat yang mengerikan tapi indah itu dan bertemu dengan iblis. Anne cepat-cepat melenyapkan pikiran itu dan melahap roti panggangnya.
"Kau tidak akan merasa lapar di Dunia Bawah Anne” ucap Glendon tiba-tiba.
Anne segera menoleh setelah menghabiskan hampir setengah roti. “Glendon...” gumam Anne.
“Kau sudah meminum air danau hitam dan gadis berpengelihatan itu juga sudah mengatakannya padamu, nak” ujar Glendon pasrah.
Anne meletakkan rotinya kembali diatas piring kemudian bangkit perlahan, mulai melangkah kearah Glendon. “Jadi semua itu...benar....” Anne mencoba berbicara tapi gugup.