Anne tidak percaya dengan yang ada dihadapannya saat ini, halaman rumahnya yang seharusnya tadi sudah sangat berantakan karena perkelahian tadi siang sudah kembali seperti semula seperti tidak ada apapun yang pernah terjadi. Bahkan dua retakan berbentuk lingkaran yang dibuat oleh Kelan dan Nolan juga sudah tidak ada, atap rumah Anne yang bolong pun sudah kembali seperti semula.
“Bagaimana mungkin? Apa ini semacam sihir Anak Dunia Bawah?” tanya Anne masih mendongak melihat atap rumahnya.
Adam mengeluarkan pedangnya dengan gaya yang sama seperti Kelan lakukan saat menghadapi tiga iblis di Danau Hitam. Pedang panjang dengan cahaya merah pada gagangnya itu tiba-tiba saja menghilang seperti diserap oleh tangan Adam dan kini telapak tangan Adam yang jadi bercahaya merah menggantikan pedang itu. “Selain menjaga manusia dari iblis, tugas kami juga adalah membereskan semua kekacauan yang ‘tidak sengaja’ kami lakukan dan kau bisa menebaknya kalau sepenuhnya tugas ‘bersih-bersih’ ini adalah tugasku karena Kelan adalah prajurit sejati” tutur Adam tersirat.
Itu adalah kedua kalinya Kelan dibuat merasa bersalah setelah perkataan Anne dalam perjalanan sebelumnya, ia menghelas nafas berat. “Kau benar-benar membuatku terlihat mengerikan” keluh Kelan datar.
Adam tertawa geli. “Entahlah, sejak bersama Anne rasanya jadi lebih menyenangkan sedikit ‘mempermainkanmu’” celetuk Adam santai.
Kelan membuang muka, kesal.
Anne tidak bisa tidak tersenyum melihat tingkah laku Kelan dan Adam. Rasanya seperti mendapatkan keluarga baru dan sedikit lebih ramai. “Terima kasih” gumam Anne.
Kelan dan Adam bersamaan menoleh pada Anne.
“Maksudku, sebenarnya yang menyebalkan bukan hanya kalian saja sejak kemarin tapi aku juga cukup menyebalkan karena keras kepala dan sikapku yang berubah-ubah tanpa alasan. Tapi kalian tetap bersedia menemaniku sampai Glendon-“
Adam memegang bahu Anne. “Kau adalah bagian dari kami sekarang Anne.” Adam mengingatkan lembut. Anne hampir saja menangis lagi jika Adam tidak segera memeluknya. “Kau akan baik-baik saja bersama kami.” Gumam Adam.
Anne mengangguk dalam pelukan Adam, kemudian perlahan menarik diri. “Dan maaf mengenai mobilmu” sesal Anne kikuk.
“Bukan masalah. Aku sudah membawanya ke tempat cuci mobil.” Senyum Adam meyakinkan.
“Apa kita bisa pergi sekarang?” tanya Kelan, sudah berdiri dimulut pintu.
“Benar juga kita harus menunggu gerbang Api Merah terbuka, subuh nanti.” Adam teringat.
“Apa kita memang harus menunggunya di apartemen itu?” tanya Anne. “Maksudku kita bisa menunggunya sampai subuh disini.” Ujar Anne.
Kelan dan Adam bertukar pandang seperti menyadari sesuatu. “Sebenarnya itu bukan masalah karena dimanapun ada Pluto gerbang Api Merah akan selalu terbuka saat subuh.” Adam menanggapi. “Bagaimana, Kel?”
Kelan terlihat tidak yakin.
“Aku bisa membuatkan makan malam untuk kalian.” Kata Anne.
Kelan masih diam tidak bergerak.
“Ayolah, Kel. Di dunia manusia kita mudah lapar saat tengah malam.” Adam mengingatkan seakan itu kenangan buruk.
"Terserah” Kelan menyerah kemudian menutup pintu dan menjatuhkan diri di sofa untuk satu orang yang membelakangi jendela. Rumah Anne sama seperti rumah pada umumnya, halaman rumah yang terbuka tanpa pagar dengan kotak pos beberapa meter didepannya. Pintu masuk satu pintu disamping kanannya ada tangga ke atas menuju kamar Anne dan kamar tahu. Kemudian disebelah kiri ada ruang tamu tempat Anne, Kelan dan Adam berada sekarang. Disamping kanan ruang tamu ada meja makan untuk dua orang dan dapur, dan sejurus dengan pintu masuk jika berjalan lurus ke depan maka disitu ada pintu menuju halaman belakang.
Anne mencoba membuat makan malam dengan bahan seadanya. Daging panggang dengan kentang tumbuk adalah makanan kesukaan Glendon dan karena hanya itu saja bahan yang ada jadi Anne membuat porsi untuk tiga orang. Bukan hal mudah melupakan Glendon yang baru saja tewas atau lebih tepatnya menghilang setelah tewas dihadapannya saat siang tadi, tapi saat ini Anne mencoba meyakinkan kalau semuanya akan baik-baik selama ia bersama Kelan dan Adam.
Selama memasak Anne memperhatikan Kelan dan Adam yang berperilaku layaknya tamu yang baik. Keduanya duduk tenang sambil menonton TV, Adam cukup menikmati acara komedi yang kadang Anne tonton untuk menunggu Glendon pulang, tapi Kelan tidak. Ia lebih memilih pergi keluar sambil menunggu makan malamnya.
“Baunya enak sekali” seru Adam, menoleh dari sofa pada Anne yang ada di dapur.
“Hanya ini yang bisa kubuat saat ini” ujar Anne seraya tersenyum, kemudian meletakkan dua piring di meja makan. Saat akan mengambil piring satunya Adam sudah ada disana, mengambilnya sendiri.
“Kurasa aku akan makan ini sambil menonton acara itu. Sekali lagi terima kasih Anne.” Ucapnya seraya tersenyum kemudian kembali ke sofanya.
“Baiklah. Kalau begitu sepertinya aku harus memanggil Kelan masuk.”
“Dia ada diatas” seru Adam tiba-tiba.
Anne menoleh bingung ketika baru saja ia akan membuka pintu keluar.
“Saat bosan ia akan berada di tempat tinggi.” Ujar Adam yakin.
Anne sebenarnya tidak terlalu mengerti maksud ‘atas’ yang Adam katakan tapi ia juga tidak ingin mengganggu Adam yang sudah mulai melahap makanannya sambil menonton TV. Anne putuskan tetap mencari Kelan dari luar, mungkin saja Kelan ada diatas pohon.
Suasana malam hari disekitar rumah Anne hening dan sepi seperti biasa. Tapi ada beberapa tetangga yang melintas dua orang wanita paruh baya bersama anak-anak mereka sepertinya baru saja kembali dari tempat bermain. Anne refleks tersenyum sopan walaupun mereka hanya melihatnya dengan heran kemudian saling berbisik dan berjalan cepat-cepat.
Anne sudah sangat terbiasa diperlakukan seperti itu tapi Anne punya pemikiran lain saat meliihat dua wanita paruh baya itu, mungkin mereka merasa aneh karena Anne memakai pakaian seperti ini. Gosip lain akan segera menyebar mengenai dirinya.
“Apa yang kau lakukan disitu?” seru Kelan dari atap rumah Anne. Perkataan Adam benar, dia duduk diatap rumahnya layaknya sedang berjemut di pantai.
“Makan malamnya sudah siap.” Jawab Anne. “Apa yang kau lakukan disana?” tanya Anne mendongak.
“Melihat hal yang tidak bisa kau lihat jika kau berada dibawah” jawaban ambigu lain diucapkan Kelan datar.
“Apa aku boleh melihatnya bersamamu?” tanya Anne lagi.
“Ini rumahmu, aku tidak punya hak melarang” jawab Kelan datar.