Solom berusaha turun dari gendongan Vladimir yang menggendongnya seperti karung beras. “Kenapa kau ini tidak bisa diam sekali?” keluh Vladimir, segera menurunkan Solom.
“Aku bukan anak kecil!” Solom menegaskan.
“Ya, kurasa anak kecil tidak akan tersungkur masuk ke dalam hutan hanya karena satu serangan.” Ledek Vladimir.
“Dia menyerangku mendadak” keluh Solom, masih tidak mau disalahkan.
“Lebih baik kau jangan beralasan,” kata Kelan ikut masuk pembicaraan.
Solom yang biasa pasti akan meminta dukungannya dan mengeluh kalau ia tidak ingin disalahkan, tapi sekarang tidak akan seperti itu lagi. Selain Solom yang belum sepenuhnya bisa memaafkan keberadaan Kelan, sekarang Solom sudah memiliki tekad yang kuat untuk memberikan kebebasan pada Semele, ditambah menyelamatkan Rhea yang telah lama dicarinya. “Kau tidak perlu banyak bicara juga, aku tahu” gumam Solom datar.
“Kurasa hubungan kalian sudah sedikit terdengar lebih baik.” Komentar Vladimir sambil memperhatikan, mengingat beberapa hari yang lalu Solom benar-benar menghindari dan mengabaikan Kelan.
“Hei,” panggil Hades pada Kelan yang berdiri disebelah kanannya. “Bagaimana keadaanmu?” tanyanya pada Kelan yang sekarang wajahnya sudah sepucat mayat manusia, jelas saja karena setengah dari darah Anak Langitnya sudah ia berikan untuk membangkitkan Hades.
“Aku baik-baik saja.” Jawab Kelan yakin. Tiba-tiba saja Vladimir memegang pundaknya. Kelan merasakan hangat pada bagian pundak yang disentuh Vladimir itu. “Apa yang kau lakukan?” tanyanya heran.
Vladimir tersenyum miring pada Kelan. “Ini hanya sedikit bantuan. Tidak akan bertahan lama, tapi cukup untukmu bertarung bersama Hades.” Tutur Vladimir santai.
“Kau-“
"Kau harus melindungi Anne dan menghentikan perang bodoh ini. Aku benar-benar sudah bosan melihatnya.” Vladimir menambahkan dengan nada bicara yang melebih-lebihkan, dan perlahan wajahnya mulai terlihat pucat ketika wajah Kelan kembali pada warna aslinya.
“Terima kasih” kata Kelan masih menatap Vladimir.
“Jangan buang-buang waktu.” Vladimir mengingatkan dengan santai.
“Hei, bocah Langit?” panggil Hades pada Kelan.
Kelan segera menghampiri Hades yang tatapannya masih tertuju pada Josias.
“Apa yang terjadi padanya?” Hades menunjuk Anne. “Dia seharusnya keturunanku, tapi kenapa dia terlihat seperti manusia?” tanyanya heran.
“Banyak hal yang sudah terjadi setelah kematianmu.” Jawab Kelan cepat.
Hades diam menatap Anne yang juga menatapnya dari jauh itu. “Dan keturunanku adalah bagian dari ‘hal’ itu?” tanya Hades, kemudian pandangannya kembali pada Josias yang juga masih menatapnya, tidak dengan terkejut seperti Anne, tapi lebih terlihat waspada. “Kurasa bocah sombong itu ada hubungannyakan?” tebak Hades.
Kelan hanya diam.
“Dia kakakmu, tidak heran kalau kau tidak ingin menyalahkannya” gumam Hades santai.
“Kau salah” Kelan dengan cepat membantah. “Terlalu banyak hal buruk yang sudah dilakukannya, sampai aku sendiri tidak yakin hal buruk apa saja yang sudah dilakukannya...” ujar Kelan.
Hades tersenyum remeh, kemudian terkekeh. “Kau mengingatkanku pada diriku saat muda dulu. Aku begitu membenci Zeus yang terlalu banyak tingkah dan bicara hanya karena dia pemimpin Dunia Langit.” Hades terkenang. “Tapi tatapanmu pada bocah itu, tidak pernah berhasil kutunjukan pada Zeus karena dia berumur pendek.” Hades menambahkan remeh, merasa menang.
“Ehm....” Josias berdeham dari kejauhan. “Aku tidak tahu apa yang membuat sang Dewa Dunia Bawah hadir disini, tapi jika kau tidak keberatan, bisakah kau pergi ke tempat lain untuk obrolanmu itu?, aku masih punya sedikit urusan dengannya sekarang....” kata Josias santai.
“Kau benar-benar mengingatkanku pada Zeus” gumam Hades yang menghilang dalam sekejap setelah pedang hitam panjangnya muncul. Hades melesat langsung pada Josias, bermaksud menebas kepala Josias tapi Nolan disana untuk menghalanginya. “Wah kau memberikan darahmu pada Anak Langit ini?” ujar Hades kagum. “Aku tidak ingat kalau hal itu sudah diperbolehkan sekarang.”
Josias menatap Hades dingin seraya tersenyum miring, “Apapun bisa kulakukan karena aku adalah pemimpin Dunia Langit” gumamnya.
“Aku tidak akan ragu untuk membunuhmu,” balas Hades dingin dengan suaranya yang berat.
BRUAK.....
Serangan tiba-tiba yang membuat Nolan tersungkur, membuat Hades dan Josias matanya membulat karena yang melakukan serangan itu adalah Solom. “Maaf mengganggu tuan-tuan,” celetuk Solom santai. “Aku hanya tidak bisa menahan diriku untuk tidak memukulnya.” Ujar Solom seadanya.
“Kerja bagus, nak” puji Hades puas.
“Terima kasih, tuan” balas Solom seraya tersenyum lebar.
Josias tidak bisa membiarkan penghinaan itu, ketika tangannya baru saja akan meraih Solom Hades menghalanginya dengan mudah.
“Lawanmu aku, bukan bocah ini” Hades mengingatkan.
Tatapan sinis dan penuh kebencian ditunjukan Josias pada Hades. “Dewa yang sudah mati lebih baik tidur saja dikuburannya” desis marah Josias.
“Akhirnya kau menunjukan sifat aslimu” gumam Hades.
Pertarungan Hades dan Josias kembali berlangung sengit, setelah interupsi yang dilakukan Solom untuk menyingkirkan Nolan yang mengganggu. Anne hampir tidak tahu apa yang harus dilakukannya, sampai Kelan menghampirinya. “Syukurlah kau baik-baik saja.” Anne memeluk Kelan erat, sedikit berjinjit untuk menyamai tinggi Kelan yang bahkan sudah sedikit membungkuk saat Anne memeluknya.
“Kau harus berterima kasih pada Raghnall...” kata Kelan.
Tidak lama Anne menarik diri dengan wajah tidak puas. “Atau Adam,” Anne mengoreksi. “Aku tidak ingin mendengar hal apapun yang berhubungan dengan Raghnall lagi saat ini.” ucap Anne dingin.
“Maaf” kata Kelan cepat.
Anne masih terus menatap Kelan dengan tatapan lembut yang sedih. “Kau tidak tahu apa yang kurasakan setelah kau memaksaku untuk meninggalkan Api Merah lebih dulu.” Gumam Anne parau. “Kukira aku...aku tidak akan....”
Kelan kembali mendekap Anne. “Aku disini sekarang. Tidak ada yang perlu kau cemaskan lagi...” ujar Kelan lembut.
“Aku benar-benar tidak ingin mengganggu kalian berdua, tapi sepertinya Hades butuh bantuan.” Celetuk Vladimir saat melihat keadaan semakin memburuk, karena Hades hampir tidak bisa bergerak setelah menerima serangan pedang jarum Josias yang bertubi-tubi.