Hari-hari telah aku lewati, hingga saatnya kini kami harus meninggalkan rumah asrama yang selama ini menjadi saksi bisu perkembangan ku sejak aku lahir hingga aku remaja. Sekarang aku sudah lulus dari SMP ku dan usiaku kini sekitar enam belas tahun. Hidup ku yang hanya sebatas dikelilingi oleh tembok bata, kini aku akan keluar dan hidup di luar tembok itu.
Masa bakti ayahku untuk satuan kompinya kini telah usai, sekarang tugas selanjutnya sebagai seorang tentara adalah terjun ke masyarakat. Biasanya tentara yang selalu ada di setiap desa disebut dengan Babinsa. Selain itu, setiap daerah pasti terdapat beberapa kesatuan-kesatuan yang di sebut dengan Kodim dan juga Koramil.
Kami tinggal di suatu daerah yang jauh berbeda dengan tempat sebelumnya kami tinggal. Disini rumah kami sangat dekat jaraknya dengan sawah-sawah, jauh dari kota dan juga jarak antara rumah satu dengan yang lain tidak sepadat dengan rumah di asrama. Bahkan suasana yang disajikan pun juga berbeda. Mulai dari pemandangannya, suasana yang sunyi dari keramaian dan juga tentu saja rumah kami yang kini menjadi luas.
Terkejut itu pasti, karena biasanya kehidupan kami sangat dekat dengan pusat kota kini jika ingin ke kota harus menempuh jarak sekitar satu jam lamanya. Meskipun begitu setidaknya aku harus bisa menikmati kehidupan baruku ini. Apa lagi sekarang aku akan tinggal di rumah yang luas, kamar yang luas dan halaman yang luas.
Masyarakat ditempat aku tinggal juga semuanya ramah-ramah dan mau membantu kami untuk memasukan barang-barang kami yang ada didalam truk untuk dimasukan kerumahku. Rasa saling membantu dan gotong royong antarmasyarakat di tempat aku tinggal sangat luar biasa. Meskipun kami masih baru di lingkungan itu dan belum mengenali semua tetangga-tetangga yang tinggal didaerah tersebut.
Setelah perabotan rumah kami yang berukuran besar masuk kedalam rumah, kini tinggal beberapa perabotan atau barang-barang yang ringan untuk dibawa. Di sini aku membawa beberapa kardus yang berisikan buku-buku dari dalam mobil. Semabri membawa, tiba-tiba dating seorang wanita berhijab yang sangat sopan langsung membawa kardus yang ada ditangan kiriku.
"Sini mbak biar saya bantu"
"O iya, terimakasih banyak" jawabku sambil membalas senyuman yang diberikannya kepadaku.
Kamipun masuk dan meletakan kardus-kardus itu diatas meja dan hal itu kami ulang lagi hingga barang-barang yang ada di dalam mobil telah terangkut dan dibawa masuk kerumah. Barang-barang kami baik yang besar maupun yang kecil memang banyak sekali. Pantas saja selama berada di rumah asrama terasa lebih sesak dan sempit karna dipenuhi banyak barang. Dari belakang rumah, ibuku membawa beberapa minuman dingin dan cemilan untuk diberikan kepada orang-orang yang telah membantu kami mengangkut barang. Aku mengambil dua gelas minuman dingin untuk diriku dan juga seseorang yang tadi membantuku.
"Ini minumannya diminum" sambil memberikan gelas tadi kepada orang itu
"Iya mbak terimakasih banyak" jawabnya.
"Ah tidak-tidak, aku yang berterimakasih karena kamu sudah membantuku tadi"
Sambil meminum beberapa teguk minuman dingin ku, aku bertanya kepada orang itu "Namamu siapa?"
"O iya belum kenalan ya mbak, maaf nama saya Zahra mbak, mbak sendiri namanya siapa?"
"Namaku Jihan"
"Selamat datang di desa kami ya mbak, semoga senang dan betah tinggal disini" senyum penuh ramahnya yang diberikannya membuatku yakin bahwa orang ini adalah orang yang baik.
"Iya" aku juga tersenyum kepadanya "Tapi dari tadi kamu memanggilku mbak terus, emang setua itukah aku dimatamu?"
"Ehhh tidak mbak, bukan begitu, aku hanya menghormati mbaknya, tapi ya siapa tau mbak nya memang lebih tua dari saya" Zahra yang tiba-tiba mengajakku untuk bercanda dan tanpa disadari aku juga ikut tertawa kecil dengannya.
“Aku baru lulus SMP tahun ini, dan mau mendaftar SMA"
"Woh sama kayak saya mbak, brarti kita seumuran dong mbak?"
"Kalau seumuran jangan panggil aku mbak lagi, panggil aku J I H A N Jihan, oke?" sambil mengeja namaku agar faham dengan namaku.
"Iya mbak"
Aku benar-benar merasa nyaman bersama dengan Zahra, mungkin karena dia sangat baik kepadaku atau mungkin memang sifat ramahnya yang sangat aku kagumi.
Hari sudah mulai gelap, barang-barang kami juga sudah tertata rapi di setiap ruangan. Suara adzan mulai berkumandang, tanda akan tibanya sholat mahgrib. Segera mungkin aku mengambil air wudhu di tempat yang sudah disediakan dirumah baru ini. Mukena putih dan sajadah berwarna hijau di dalam ruangan berukuran 3x3 yang memang di sediakan untuk tempat ibadah kami jika tidak sempat untuk pergi ke mushola atau masjid. Sembari menunggu ayah dan ibuku siap aku duduk-duduk dan termenung di atas sajadah hijau. Tidak lama kemudian, ayah dan ibuku sudah siap untuk sholat berjamaah. Kami pun mulai sholat berjamaah dengan khusyuk.
Sekitar jam 7.30 malam, aku membantu ibuku untuk menyiapkan makanan malam kami. Seperti biasanya, apapun sayurnya pasti ibuku membuatkanku menu faforitku yaitu tempe goreng. Kami pun mulai menikmati hidangan diatas meja dengan lahap. Tiba-tiba ayahku mengatakan sesuatu padaku.
"Mau masuk SMA mana?"
"SMA Negeri yah.., kebetulan nilaiku juga bagus, bisa lolos persyaratan untuk masuk SMA" jawabku dengan percaya diri.
"Mmmm, baiklah" sambil melanjutkan makan malam milik ayah.
Kami pun telah selesai menyantap makan malam kami, dan tentu saja aku membantu ibuku membereskan semua piring-piring kotor untuk dibersihkan. Setelah selesai semua urusan yang ada di ruang makan, aku langsung pergi kekamar baruku. Tanpa berfikir panjang langkah ku langsung menuju ke kasur dan merebahkan diriku.
Hari ini benar-benar melelahkan, aku ingin tidur lebih awal aku memeluk guling yang ada didekatku.
Ditemani suara katak yang seakan sedang bernyanyi dan kesunyi malam tanpa ada suara bising kendaraan, membuatku merasa nyaman dan damai. Tidurku pun juga mulai lelap, entah karena hari ini memang sangat melelahkan atau kenyamanan dari lingkungan rumah baruku. Tapi aku tidak peduli akan hal itu, aku mulai tidur dan mimpi indah.
Pagi yang saat itu masih sunyi, mulai terdengar sayup-sayup suara adzan Subuh sebagai pertanda masuknya waktu sholat Subuh. Aku yang masih berusaha membuka kedua mataku, terus berusaha untuk bangkit dari tidurku dan aku mencoba untuk duduk sebentar. Setelah aku merasa energi ku sudah terkumpul, aku segera berdiri dan merapikan temmpat tidurku.
Waktu pagi yang masih sangat dingin, membuat tanganku yang menyentuh air wudhu seakan terkena air es. Dingin dan segar rasanya. Tentu saja setelah selesai berwudhu aku langsung menunggu ayah dan ibuku yang saat itu juga sedang berwudhu untuk melakukan sholat subuh berjamaah. Keluargaku memang bukan dari kalangan keluarga yang sangat agamis, tapi keluargaku selalu berusaha untuk dapat sholat berjamaah.
Pagi yang kuawali dengan melakukan ibadah, membuatku bersemangat untuk melaksanakan rutinitas pagi ku yang sudah terjadwal oleh ku. Tentu saja ini adalah hari dimana aku akan mendaftarkan diriku di sekolah yang sudah aku incar. Sembari mempersiapkan beberapa berkas yang dibutuhkan untuk mendaftar, aku juga memilih beberapa pakaian yang aku rasa pantas dan sopan untuk mendafatar.