Antara ADA (Aku dan Ayah)

Niktan' Nissa Mitza Gallish
Chapter #5

Kesulitan

Minggu-minggu awal sekolah yang dimulai dengan perkenalanpun telah usai dan kini saatnya untuk memulai pembelajaran di sekolah. Pembelajaran pertama disekolahku adalah pelajaran yang berbau pengetahuan umum. Aku sanagat bersemangat, karena aku bisa memahami apa yang diajarkan oleh guru mata pelajaran. 

Selama kurang lebih empat puluh lima menit proses pembelajaran pertama pun telah usai. Kini giliran pelajaran yang berbasis agama dan hal inilah yang aku takutkan, salah satunya adalah pelajaran Bahasa Arab. Tanpa bosa-basi guru yang terlihat sangat serius itu memlui pembelajaran dengan menggunakan bahasa Arab. Semua teman-temanku yang ada dikelas memahami dengan mudah apa yang dimaksud oleh guru itu dengan bukti mereka menyahut perkataan guru tersebut. Aku hanya bisa menatap dan terdiam dalam bangku ku.

"Zahra... aku gak faham" bisikku sembari memegang lengan Zahra.

"Tenang Jihan nanti aku bantu" sembari kepala Zahra mendekatiku.

Apapun yang diajarkan oleh guru pada saat itu, aku benar-benar tidak memahaminya sama sekali. Tentu saja, aku yang tidak pernah memegang bahkan membaca buku-buku yang berbasis tentang bahasa Arab, mana mungkin bisa memahaminya. 

Suara bel tanda berakhirnya pembelajaran dihari itu telah usai. Semua siswa mulai merapikan buku dan memasukkannya kedalam tas masing-masing serta mempersiapkan diri untuk pulang. Tidak lama, ketua kelas kami mulai memimpin untuk berdoa.

"Di tempat duduk siap grak, berdoa mulai"

"Bismillahirrahmanirrahim..." semua siswa mulai berdoa bersama. 

Uniknya disini kami setiap kali membaca doa, doa yang kami baca pasti dilantunkan dengan bersuara. Untuk orang seperti aku yang biasanya di sekolah umum berdoa selalu membaca didalam hati dan sekarang harus di baca dengan bersuara serta bersama-sama, membuatku menganggap hal ini adalah budaya baru untukku. Mungkin tujuannya agar semua siswa tidak hanya mendoakan dirinya sendiri, tetapi juga mendoakan teman-teman se-kelasnya atau mungkin karena kami memiliki keyakinan yang sama jadi tidak masalah jika berdoa dengan bersuara.

"Beri salam!" ketua kelas kami memimpin

"Terimakasih, pak!"

"Baik, semoga ilmu yang kita dapat hari ini bisa bermanfaat untuk kita, dan jika terdapat salah kata maupun perbuatan bapak tadi, bapak mohon minta maaf yang sebesar-besarnya. Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarrakatu" sembari membawa buku-buku yang telah kami pelajari tadi.

"Waalaikumsalam warrahmatullahi wabarrakatu" jawab salam kami kepada guru kami.

Kamipun keluar dari kelas bersama-sama. Aku dan Zahrah pulang bersama menaiki sepeda milik Zahrah. Selama diperjalanan menuju tempat parkir sepeda, aku bertanya kepada Zahra tentang beberapa hal.

"Zahra..sejak kapan kamu bisa bahasa Arab?"

"Kalau itu, aku sejak masuk MI kemudian lanjut MTs dan sekarang MA jawabnya kenapa kamu Tanya seperti itu? Apa kamu meragukan kemampuanku dalam berbahasa Arab?" tanyanya sambil bercanda kepadaku.

"Ya gak mungkinlah kalau aku meragukanmu, kamu sangat hebat dalam hal ini" aku memberi kedua jempolku untuknya dan kamipun tertawa bersama.

Zahra memberiku tumpangan sepeda, karena kebetulan rumah kami bertetangga. Jadi setiap berangkat sekolah dan pulang sekolah kami bersama-sama menaiki sepeda milik Zahra. Terkadang aku tidak enak kepada Zahra, tapi Zahra selalu memaksaku untuk berangkat dan pulang sekolah bersama dengannya. 

Sesampainya dirumah, aku segera mungkin merapikan buku-buku sekolahku di atas meja belajarku dan segera mungkin untuk pergi mandi. Hal ini aku lakukan setiap habis pulang sekolah. Orang tuaku sangat menyukai hal-hal yang rapi dan bersih. Terutama ayahku, ayahku sangat menyukai hal-hal yang rapi dan bersih. Sehingga semua yang ada dirumah haruslah rapi dan bersih. Jika ayahku melihat kamarku baik itu meja belajar, pakain, dan tempat tidur yang tidak rapi, ayahku akan bertindak seperti memberi hukuman serta amarah ayahku yang akan memberiku nasehat mungkin satu jam lebih lamanya. Aku tidak menyukai hal itu.

Setelah selesai urusan pribadiku, aku langsung menuju ke tempat tidur dan merebahkan diriku sejenak. Tak lama kemudian, suara motor yang sama seperti milik ayahku terdengar di halaman rumah. Aku segera bangun dari kasurku dan langsung pergi ke depan rumah serta memastikan bahwa itu benar ayahku. Ternyata dugaanku benar, bahwa itu adalah ayahku yang baru pulang dari kantornya. 

"Baru jam segini kok sudah pulang yah? biasanya pulangnya nanti jam-jam mau maghrib gitu" aku yang heran karena saat itu ayahku tidak pualng seperti biasanya.

"Ya, hari ini urusan ayah dikantor selesai dengan cepat, jadi ayah pulangnya juga cepat" Jelas ayahku.

Disaat aku akan kembali kekamarku, tiba-tiba ayahku meminta tolong kepadaku.

"Jihan masukan motornya ke garasi!"

"Baik yah..." jawabku.

Aku bergegas menuju motor yang ada didepan rumahku dan mulai menyalakan mesinnya untuk aku bawa masuk ke garasi. Garasi rumahku yang berwarna putih dengan satu pintu di sebelahnya, aku hanya membuka bagian pintu untuk memasukkan motor ayahku. Namun saat akan masuk, perkiraanku dalam memasukan motor dengan pintu garasi yang terbuka hanya satu pintu pun melesat. Pada akhirnya bagian belakan sepion motor terbentur. Aku benar-benar sangat terkejut bahkan ayahku yang mendengarnya benturan itupun langsung pergi menuju garasi.

"Kamu ini bagaimana sih, disuruh masukin motor malah ngebentur motor!" dengan nada tinggi ayahku.

Wajah marah yang menurutku itu sangat mengerikan, ditunjukan kepadaku sambil mengambil motor dari tanganku. Kemudian dengan rasa kecewa, pada akhirnya ayahku yang memasukkan motor ke garasi. Aku masih merasa tidak enak pada ayahku, seharusnya aku membantu ayahku malah sebaliknya aku menambah pekerjaan ayahku. Setelah merapikan motornya di garasi, ayahku langsung pergi menuju ke tempatku berdiri. 

"Kalau mau masukin motor tidak bisa pintu satu, ya pintu garasinya dibuka semuanya, kalau tadi benturannya keras bagaimana, pecah nanti kaca sepionnya" dengan nada amarahnya yang tinggi.

Antara takut, sebal, dan gak enak, perasaanku yang bercampur aduk saat itu sembari mendengarkan amarah ayahku. 

Ayahku memang bukan tipe orang yang mudah salah dalam hal apapun. Ketika ayahku melakukan sesuatu pekerjaan maka pekerjaan itu akan selesai dengan sempurna. Jadi jika ayahku melihatku salah dalam hal apapun, ayahku pasti akan marah. Semua yang aku lakukan haruslah selesai dengan baik tanpa ada kesalahan.

Hampir setengah jam lamanya ayahku memarahiku gara-gara masalah motor. Aku hanya terdiam dan menundukan kepalaku. Tapi setelah aku pikirkan, memang yang salah itu aku, karena aku kurang tepat dalam perhitungan. Setelah amarah ayah mulai mereda, aku langsung meminta maaf kepada ayahku.

"Ayah aku minta maaf" dengan rasa menyesalku

"Lain kali jangan diulangi lagi!" suara ayahku yang mulai mereda

Setelah semuanya membaik, ayahku langsung masuk kerumah dan membersihkan diri. Sedangkan aku langsung pergi ke kamarku. 

Ketika aku bersama ayahku terutama dalam hal membantu beberapa pekerjaannya, ayahku memang sangat tegas dan teliti. Jika aku melakukan beberapa kesalahan, walaupun itu kesalahan kecil, ayahku akan sangat marah besar. Hal ini sudah biasa bagiku, sehingga ketika aku membantu ayahku aku memang lebih bertindak hati-hati. Namun memang terkadang kecerobohanku mulai merasukiku, aku akan membuat beberapa kesalahan dan hasilnya ayahku marah kepadaku. 

Sama seperti ketika aku membantu ayahku. Saat itu, dipagi hari yang cerah, ayahku mulai melakukan beberapa rutinitasnya. Salah satu jadwal yang sudah ayahku buat adalah mengecek keadaan mesin mobil. Mesikupn ayahku bukanlah seorang montir bengkel, tetapi ayahku sangat menyukai belajar tentang hal-hal yang memang belum diketahui ayahku. Bahkan dalam hal belajar, hanya dengan melihat ayahku langsung bisa memahaminya. Aku akui ayahku memang ayah yang serba bisa dan hebat.

Aku yang sedang berada di dapur ingin membuat suatu kudapan yang aku sukai. Aku sangat menyukai kudapan yang manis dan aku memutuskan untuk membuat kudapan pudding cokelat. Karena ini hari libur, jadi aku dapat leluasa menikmati waktu santai dengan membuat pudding. Aku bukanlah seorang yang ahli dalam bidang masak-memasak, aku menggunakan tepung pudding serbanguna dan melihat tata cara pembuatannya. Setelah aku selesai membaca tata caranya, aku langsung menyiapkan beberapa peralatan yang dibutuhkan dalam membuat pudding. 

Lihat selengkapnya