Antara ADA (Aku dan Ayah)

Niktan' Nissa Mitza Gallish
Chapter #7

Selisih

Kami mulai berlatih bersama setelah sepulang sekolah, dua kali pertemuan dalam satu minggu. Ekstrakurikuler tari yang kami adakan mulai berjalan dengan baik, bahkan kami akan memulai mendaftarkan sekolah kami di beberapa perlombaan. Kami berlatih seni tari baik itu tradisional maupun modern melalui beberapa vidio yang kami lihat di YouTube. Sebelumnya pihak sekolah masih ragu akan ekstrakurikuler tari ini, sehingga masih belum memberikan kami mentor tari. Namun setelah melihat niat kami yang tinggi, pada akhirnya sekolah memberikan kami mentor tari. Mentor kami ini bernama ibu Sari, beliau masih terlihat muda dan memang pandai dalam hal menari.

Kami bersiap-siap untuk mengikuti perlombaan tari di antarsekolah. Latihan yang awalnya dua kali dalam seminggu, kini menajadi hampir setiap hari. Lelah memang kami rasakan, sehabis sekolah kami langsung latihan. Tapi kami yakin pasti usaha kami ini tidak akan mengkhianati kami.

Hari dimana perlombaan tari antar sekolah pun dimulai. Kami yang merasa gugup saat akan tampil, saling berangkul dipundak untuk menenangkan rasa gugup kami.

"Jangan gugup Jihan, kita pasti berhasil" Firda mengatakannya dengan menepuk-nepuk bahuku.

"Aku tahu itu" aku membalasnya dengan senyum percaya diri.

Dari jauh aku melihat Zahra dan juga Dita datang untuk mendukung kami. Mereka membawa kertas karton yang bertuliskan dukungan mereka kepada kami.

"Ayo teman-teman semangat......!" Triakan Dita yang super semangat.

Waktu untuk kami tampilpun dimulai. Musik mulai dimainkan dan kami siap untuk menampilkan hasil dari latihan kami kepada para juri maupun yang menyaksikan kami di atas panggung. Cahaya lampu panggung yang berwarna-warni, menjadi hiasan kami saat menari. Percaya akan diri sendiri, pasti bisa menampilkan yang terbaik. Kami mengakhiri tarian kami dengan lancar tanpa ada kesalahan sama sekali. Kerjasama kami yang sangat baik membuatku puas akan penampilan untuk hari ini.

"Ah..., Aku capek banget tapi seneng banget" Lilis melompat-lompat senang meski dia mengatakan lelah.

"Ya..., bagaimana pun hasil akhirnya, setidaknya kita sudah berusaha dengan semaksimal mungkin" Bu Sari yang datang sambil tersenyum mengarah ke kami.

"Tenang Bu, hasil akhirnya pasti bagus, kita sudah latihan dan juga berusaha keras" Firda yang mengatakannya dengan percaya diri.

Akhirnya sampai juga pada sesi yang kami tunggu-tunggu. Pengumuman akan pemenang tari antarsekolah yang akan segera diumumkan. Kami saling bergandeng tangan dan berdoa agar diberi kemenangan oleh Allah. 

"Baiklah kita umumkan pemenang lomba tari antarsekolah adalah....... dari MA Al-Islamiyah. Beri tepuk tangan yang meriah" pembawa acara menyampaikan pengumuman dengan sangat baik, hingga membuat kami terkejut mendengar bahwa kami lah yang memenangkan perlombaan ini.

Kamipun saling berpelukan dan melompat-lompat di tempat dengan kegirangan. Satu persatu kami naik di atas panggu untuk menerima piala yang akan kami bawa pulang ke sekolah kami. Kami juga tidak lupa mengucap syukur kepada Allah yang telah membantu setiap langkah kami dan mengabulkan do'a kami. Piala ini akan menjadi awal bagi kami untuk kembali mengharumkan nama sekolah kami di perlombaan selanjutnya.

Lagi dan lagi kami sibuk latihan untuk mempersiapkan lomba berikutnya. Kami terus mencoba melakukan yang terbaik untuk penampilan selanjutnya. Berinovasi dalam merangkai beberapa gerak tarian agar sesuai dengan musik yang sudah kami pilih. 

Tak terasa dua Minggu lagi adalah hari yang kami tunggu-tunggu. Untuk mempersiapkan segalanya, pihak sekolah memberikan kami surat izin untuk orang tua kami agar memberikan izin kepada anak-anaknya untuk dapat melakukan tambahan waktu latihan. Sekolah tidak ingin jika ada kesalahpahaman antara orang tua dan pihak sekolah, jika anak-anak merek kelelahan atau tertinggal dalam pelajaran.

Aku menerima kertas izin yang berlogo sekolah kami dengan rasa antara ingin memberikannya atau tidak kepada orang tuaku. Karena sebelumnya ayahku pernah melarang ku untuk melakukan pentas tari. Meskipun jika aku fikir-fikir memang itu kesalahanku karena tidak memberitahu ayahku. Tapi aku yakin, kali ini ayah akan memberikanku izin melalui surat dari sekolah. 

Malam pun tiba dan saat itu ayah, ibu dan aku kebetulan sedang menyaksikan TV bersama di ruang keluarga. Saat itu aku langsung memberikan surat dari sekolah dari kantong celanaku dan memberikannya kepada ibuku terlebih dulu.

"Ini Bu ada surat dari sekolah" 

"Surat apa ini sayang?" Ibuku menerima surat dengan penasaran dan langsung membuka surat itu. 

Terlihat dari ekspresi wajah ibuku, aku tau jika ibuku pasti memberikan izin kepadaku. Ayah yang sebelumnya tidak begitu tertarik menjadi penasaran dengan isi surat itu dan mengambil nya dari tangan ibuku. Ayahku membaca semua isi surat dengan seksama. Saat itulah hatiku dibuat rasa takut jika ayah nanti tidak mengizinkanku.

Lihat selengkapnya