“Kalau ada apa-apa lo cerita aja ke gue!” tawar Danil dengan nada yang lembut.
Qilla menoleh kepada kakanya, ada kenyamanan yang dia rasakan jika sudah berada di dekat Danil. Danil adalah tipe laki-laki yang tidak bisa melihat orang yang dia sayangi sedih, akan dia lakukan apapun supaya bisa melihat orang tersebut berbahagia. “Emang lo mau dengar cerita adek lo?” Tanya Qilla.
Danil menyingkirkan anak rambut Qilla yang menutupi wajah teduh adiknya itu. “Emang seorang kakak gak boleh menjadi wadah untuk menampung curhatan isi hati adeknya sendiri?” Tanya Danil lagi dan membuat Qilla terdiam sejenak.
“Ga juga sih kak,” jawab Qilla. Situasi mendadak formal karena tidak akan ada lagi embel-embel lo dan gue. Karena mereka hanya menggunakannya jika dalam keadaan becanda.
“Tu tau, pokonya sampai kapanpun, kakak akan menjadi tempat untuk adek kakak yang satu ini agar bisa membagi masalahnya." Disisi lain Danil sangat senang jika adeknya bisa membagi apa yang dirasakannya kepada dirinha sendiri.
“Makasih ya kak.” Qilla memberikan senyuman kecil dan memeluk kakaknya itu dari samping.“ selain menjadi kakak Qilla, Danil juga ada ketika dia membutuhkan tempat untuk berbagi cerita.
“Sekarang kamu mau cerita apa?” tanya Danil.
Qilla menghembuskan nafasnya pelan dan mulai menjelaskannya apa yang dia rasakan saat ini. “Qilla capek kak, semenjak kuliah daring Qilla jadi kehilangan segalanya." ujarnya lirih. Apa yang dia katakan memang benar adanya.
“Kehilangan?” Tanya Danil menimpali ucapan Qilla.
“Qilla kehilangan teman yang suka berbagi canda dan tawanya, Qilla kehilangan aktivitas Qilla yang selalu produktif, Qilla kehilangan istirahat karena selalu bermain dengan tugas yang terus mengalir tanpa henti, Qilla juga kehilangan kebebasan jalan-jalan untuk melepaskan rasa lelah," Qilla memperlihatkan wajah suramnya.
“Kamu tau alasan kenapa pihak kampus memindahkan perkuliahan lewat daring yang dilakukan di rumah saja gak?”
“Tau kok kan, karena adanya virus corona kan?”
“Kamu tau kan virus corona itu seperti apa?”
“Ya pasti tau dong kak, siapa sih yang gak tau. Dimana-mana ada beritanya tentang virus ini. Corona adalah virus yang sangat mematikan dan bisa menular dengan cepat."
Danil meraih kedua bahu Qilla dan memposisikan Qilla menatap dirinya. “Adek kakak yang paling cantik, jika kebijakan sekarang tidak dilakukan maka akan berdampak buruk dari apa yang kamu rasakan sekarang. Kamu gak liat bagaimana susahnya para tenaga medis menyelamatkan nyawa banyak orang bahkan membahayakan nyawanya sendiri. Bagaimana susahnya pemerintah menerapkan berbagai macam kebijakan supaya tidak ada lagi korban yang berjatuhan. Kamu harus tau kalau virus ini sangat berbahaya, kita sebagai masyarakat hanya bisa mendengarkan apa yang diperintahkan dan menerapkannya. Jika terus saja mengabaikan bagaimana keadaan ini cepat pulih?” Danil menjelaskan kepada Qilla agar dia bisa menerima keadaan saat sekarang ini. Dia pun melepaskan tangannya dari bahu Qilla dan kembali ke posisi semula yaitu menatap lurus ke depan.
"Asal kamu tau, untung saja kamu setelah diliburkan langsung cepat-cepat pulang kerumah. Kalau gak mungkin udah menetap disana sebelum pandemi ini berakhir."
“Tapi kak,-“
“Kamu capek karena banyak tugas? Kamu bisa kok mengatasinya supaya tugas yang banyak itu terasa sedikit dan biasa saja.”
“Emang bisa kak? Caranya?”
“Membagi waktu dengan baik!”
“Emang kakak pikir Qilla gak bisa bagi waktu dengan baik, Qilla rasa udah kok kak," ujar Qilla membanggakan dirinya sendiri dan berhasil membuat kakaknya tertawa.