Seiring berjalannya waktu, Aidan menawarkan Adelia untuk ikut dalam sebuah proyek teater amal di kota. Awalnya, Adelia ragu—dunia pertunjukan terasa jauh dari jangkauannya, namun ajakan Aidan seolah menjadi pintu untuk menjelajahi sisi lain dari hidupnya.
“Setiap kita memiliki cerita untuk diceritakan,” ujar Aidan saat mereka berlatih di ruang kosong pementasan. “Dan kita perlu membagikannya kepada dunia.”
Adelia menggenggam harap dan teror yang bercampur menjadi satu. Akhirnya, ia menemukan kekuatan dalam kata-kata—menemukan suaranya di antara riuhnya dunia. Saat tirai dibuka, ia menemukan dirinya berdiri di atas panggung, melawan bayang-bayang yang selama ini menghantuinya.