Ketika pementasan teater semakin mendekat, Adelia merasakan tekanan yang semakin membesar. Dalam setiap latihan, ia menuntut lebih dari dirinya hingga ia merasa kehabisan energi—tubuhnya lelah dan pikirannya semrawut. Di tengah semua itu, semangatnya mulai pudar, seakan bayang-bayang kembali menghadangnya.
Suatu pagi, Rangga yang merasakan keraguan putrinya, mengajak Adelia berjalan-jalan di halaman yang dipenuhi bunga-bunga. “Kadang, kita harus berhenti sejenak, Nak, dan mendengarkan suara hati kita. Apa yang kau inginkan?”